[•••]

" Eh,, by the way, kok gue bisa salah bawa orang ya? Jelas-jelas tu cowok duduk di meja nomor lima, ID card yang dia kasih ke gue juga bener, tapi tu cowok juga ngakunya Al, bukan Ali. Gue penasaran deh sama tu orang" monolog Ily dengan telunjuk di bawah dagunya sambil terlihat seolah berpikir.

" Eh,,, lo mikirin apa? "
Yuki datang tiba-tiba dan mengagetkan Ily.

Ia merebahkan tubuhnya di samping Ily yang sedang duduk di ranjang mereka- ranjang Yuki yang mulai malam ini sampai waktu yang belum dipastikan dipakai mereka berdua.

" Ki,, tu cowok lo tinggalin sendiri di kamar gue? "
Ily berbalik dan menghadap Yuki yang sudah mulai memejamkan matanya. Mata itu tetap tertutup saat ia menjawab dengan deheman singkat atas pertanyaan Ily.

" Ki, dia kan orang asing, ntar barang gue ada yang ilang gimana? " tanya Ily panik.  Bagaimana bisa seorang lelaki asing tidur di kamarnya sendirian. Bagaimana jika lelaki itu mengambil barang-barang berharga dan kabur saat mereka terlelap tidur?

" Nih lo pegang! . " Yuki memberikan Ily sebuah kunci yang tak asing baginya.

" Lo ngunciin dia? " tanya Ily kaget

"Gue bahkan udah ambil KTP dia diem-diem " jelas Yuki dengan posisi masih seperti semula. Tidur namun masih sadar.

"Kok bisa,? "

Ily kembali menggeleng tak percaya atas sikap sahabatnya yang di luar dugaan. Mengambil KTP- yang sudah pasti berada di dompet,dan biasanya diletakkan di saku celana bagian belakang- tapi dengan mudah Yuki mendapatkannya. Seperti copet saja pikirnya.

" Ki,, lo nggak nanya sebenernya dia siapa? Kan lo bilang kalo orang yang bakal jadi pacar sewaan lo itu namanya Ali. Terus apa lo nggak penasaran gitu,  kok bisa dia ada di? tempat janjian lo terus ID card si Ali ada sama dia? "
Pertanyaan 'berantai' itu ia ajukan karena sangat mengganggu pikirannya. Banyak opsi jawaban, namun jika semua hanya sekedar tebakan sudah pasti akan tetap membuatnya penasaran.

Tak ada respon,

" Ya,, gue ditinggal tidur, argghh "
Yuki sudah berada di alam mimpi, meninggalkan sahabatnya yang sedari tadi menanyakan banyak hal.
Meninggalkan sahabatnya yang kini kembali kesal.

[•••]

Suara gedoran berasal dari pintu sebelah kamar membuat dua orang gadis yang semula terlelap mengerang kesal lalu menyingkap selimut dan terduduk lemas.
Mengumpulkan 'nyawa' yang madih tercecer di alam mimpi.  Ily melihat ke arah jam di atas Nakas.

" Suara apaan sih? " gerutu gadis yang berprofesi sebagai artis karena merasa sangat terusik dengan suara gaduh di samping kamar tidurnya.

Ily beranjak ke arah kamar mandi untuk mencuci muka agar terlihat segar.  Belum sadar sepenuhnya, ia kembali dikagetkan dengan suara gedoran keras dan teriakan seseorang.

Eh!!
Matanya membulat karena mengingat sesuatu.

Ily segera meraih kunci yang semalam diberikan Yuki di atas Nakas.  Berlari menuju kamarnya yang dipakai lelaki asing yang baru ia kenal kemarin dan memasukkan kunci itu lalu ia putarkan ke kiri untuk membuka pintunya.

" Lo gila? Kenapa Ngunciin gue semaleman? " protes Al saat pintu baru saja terbuka.

" Sorry, bukan gue yang ngunciin lo, tapi ya udahlah, udah gue buka juga pintunya. Lo kenapa berisik? "

" Fue laper. gara-gara lo bawa gue kesini, gue nggak makan kemarin! " alasannya.
karena Al benar-benar sudah tidak bisa menahan laparnya, alhasil keluarlah kekesalannya dengan menggedor pintu dengan kuat dan itu berhasil. Berhasil membuat dua gadis menyebalkan itu terganggu.

" L nggak bilang kalo lo belum makan, ya gue nggak tau lah "
Kilah Ily tak mau disalahkan.

" Sekarang, suruh artis lo itu kasih gue makan! " perintah
Al bak seorang majikan pada asisten rumah tangganya.

" Yee ambil aja sendiri, lo pikir gue pembantu lo, tuh di dapur banyak bahan-bahannya. Lo tinggal masak. Bye! "
Ily kembali ke kamarnya, tak mau sama sekali melayani keinginan Al.
Enak aja, dia pikir gue pembantunya?
Gerutu Ily dalam hati.

" Eh, lo mau kemana? Gue nggak bisa masak " cegah Al, namun Ily sudah masuk kamar.
Samar-samar terdengar jika Ily berkata " Itu masalah lo ". Sungguh menyebalkan bukan?

Dengan alat-alat yang tersedia, Al berusaha membuat masakan yang bisa ia nikmati di pagi menjelang siang ini.
Namun Ia terlihat ragu, bahkan nama-nama bahan yang ada di dalam lemari es di depannya itu tidak ia ketahui namanya.

Hanya buah-buahan yang ia ketahui namanya, lantas Al hanya memasak mie instant yang ia lihat berada di dalam lemari penyimpanan.

Menikmati makanan disaat lapar, sungguh sangat nikmat bukan? Tidak peduli makanan yang dimakan termasuk sehat atau tidak. Begitu pula yang Al rasakan saat ini.
Tujuannya adalah ingin memuaskan perutnya yang dari kemarin belum terisi apapun.
Malang sekali.

Selesai makan, Al kembali ke kamar untuk segera mandi. Badannya terasa lengket dan membuatnya tidak nyaman.

Ah, Al melupakan sesuatu. Baju ganti!

" Nasa' iya gue mau pakek baju ini lagi? " monolognya dengan melihat kaos putih yang ia pakai seharian kemarin.
Bahkan di sini ia tidak dapat menemukan pakaian yang sesuai dengan gender -nya.

Kini Al memutar otaknya, bagaimana cara ia mendapat apa yang ia butuhkan sekarang.
Al benci kotor, dan ia sangat peduli akan kebersihan, maka dari itu jika Al merasa apa yang ia pakai tidak sesuai, maka ia akan berpikir puluhan kali untuk melakukannya.

Saat ini Al hanya memakai handuk tanpa atasan. Memakainya di bawah pinggang- lingkar pinggul- dan itu cukup membuatnya 'sexy'.
Badan tinggi, kulit putih, ukuran tubuh sedang-tidak kurus dan tidak gemuk- serta muka tampan yang mendukung.
Jika saja Yuki dan Ily melihat ia dalam keadaan seperti ini, sudah pasti mereka akan terpesona.

" Ahhh!! "

Teriakan itu berasal dari luar kamar Ily, lebih tepatnya suara gadis yang tidak sengaja melihat tubuh Al yang setengah telanjang.

Al kaget dan berbalik, sikap itu lantas membuat Yuki makin histeris. Menutup kedua matanya menggunakan tangan dengan panik.

" Lo ngapain woy? "

" Gylu gu gue abis mandi, dan mau pakek baju. Tapi di sini nggak ada baju yang cocok buat gue " Al tergagap karena grogi.
Tentu saja, Al sangat sadar jika keadannya sekarang akan terlihat seperti lelaki mesum yan masuk ke kamar seorang gadis walau kenyataannya tidak seperti itu.

Yuki membalikkan arah tubuhnya ke belakang, menenangkan detak jantungnya yang berdetak bagai seorang yang baru saja berlari jauh dan menarik napas dalam.
Lalu ia embuskan pelan.
Berulang kali hingga detaknya normal kembali.

" Gue rasa, gue punya baju yang sesuai sama lo " Yuki bergegas kembali ke kamar dan mengambil baju yang ia cari.

" Yes ketemu," Yuki menemukan baju yang sudah lama tidak ia pakai setelah bertahun-tahun. Ia harap baju ini akan pas untuk lelaki itu.

Yuki menyodorkan sehelai pakaian pada Al sambil menutup kedua matanya. Ia masih enggan atau lebih tepatnya malu melihat lawan jenisnya dalam keadaan seperti itu.

Al menerima, dan kembali masuk ke dalam kamar untuk mencoba.

" Gimana? Cocok nggak? "
Tanya Yuki di balik pintu.

" Lumayan lah " jawab Al.

" Terus bawahan lo pakek apa? "

" Gue pakek yang kemarin. Tapi siang nanti lo harus beliin gue baju dan celana baru "

" Iya, bawel.! "

Yuki mencebikkan bibirnya dan berlalu ke dapur karena merasa lapar.

Tbc.

Pacar sewaan? (✔)Where stories live. Discover now