LTH [27]

4.7K 275 73
                                    

[VotMen Please]

Hari kedua Echa belum kembali ke apartemen, Dirga duduk menyandarkan punggungnya dibahu tempat tidur. Tatapannya kosong, tangan kirinya terus mengusap sisi kirinya, tempat dimana Echa selalu tidur disana. Dia selalu membayangkan jika Echa ada didekatnya, memberikan senyuman manis untuknya. Tawanya yang khas dan suara manjanya memenuhi indera pendengarannya. Dia tersenyum tipis, saat melihat bayangan Echa berada disebelahnya.

"Dari mana saja kamu?" ujar Dirga menyentuh wajah Echa yang tersenyum tipis kepadanya. Tapi, dalam hitungan detik bayangan itu menghilang dari pandangan matanya.

"Kamu tahu, aku sangat merindukan kamu my Freizh..."

"Om, makan siang dulu" Shasa mengerutkan keningnya, melihat Dirga tersenyum seorang diri dengan wajah menyamping dan membelai hembusan udara didekatnya.

"Om... Om..." Shasa mengguncang tubuh Dirga, membuat pria itu sedikit terkejut.

"Kenapa Cha?" jawab Dirga spontan.

"Om, makan dulu. Sudah dua hari Om tidak makan dan sudah dua hari juga Om tidak mandi" ujar Shasa sendu, prihatin melihat kondisi Dirga seperti mayat hidup tidak bernyawa dengan pakaian yang belum diganti selama dua hari, kucel dan dekil.

"Om tidak lapar"

"Tapi, Om..."

"Bawa semua makanan itu!! Buat apa Om makan?! Kalau Echa tidak ada disini?!"

PRAANGGG

Dirga mendorong nampan berisi makanan dan minuman yang berada ditangan Shasa jatuh berceceran dilantai.

"Ini semua salah aku, kalau seandainya hari itu aku dan Kezia tidak datang terlambat menemui Echa di Green Apple, ini semua pasti tidak akan terjadi. Dan Echa -" ujar Shasa lirih, menitikkan air matanya. Dirga menegakkan tubuhnya dan mencondongkan dirinya kepada Shasa, mencengkeram kedua bahu Shasa.

"Tadi kamu bilang apa? Kamu terlambat menemui Echa di Green Apple?"

Shasa mengangguk sambil menyeka air matanya. "Iya" kedua tangan Dirga merosot begitu saja dari bahu Shasa, Pria itu syok mendengar kenyataan dari keponakannya. Bahwa memang benar yang dikatakan Echa, kalau mereka janjian bertemu di Green Apple.

"Jadi, Echa tidak bohong? Dia benar-benar ingin bertemu dengan Shasa dan Kezia di Green Apple? Lalu Romi? Apa mereka kebetulan bertemu disana?" penyesalan semakin menyeruak dari dalam diri Dirga, setelah dia mengetahui kebenaran dari Shasa bahwa memang benar yang dikatakan Echa dua hari yang lalu, kalau dia ingin bertemu dengan Shasa dan Kezia. Bukan sebuah kebohongan seperti yang dipikirkan oleh Dirga selama beberapa hari ini.

Dirga beranjak dari posisinya, meninggalkan Shasa seorang diri dikamar tanpa memperdulikan teriakan Shasa memanggilnya.

"Om!! Om mau kemana?!"

Dirga berjalan cepat mengambil kunci mobil dilaci tivi. Pikirannya saat ini hanya satu! Menemukan Echa hari itu juga atau...dia tidak akan pulang sebelum menemukan Echa.

😜😜😜😜😜

Sudah berjam-jam Dirga mengelilingi kota jakarta hanya untuk mencari Echa. Tapi, hasilnya tetap nihil!! Dia sama sekali tidak menemukan keberadaan Echa. Pikirannya terus berkutat mencari seribu cara untuk menemukan keberadaan istrinya. Hingga sebuah ingatan menempel dibenaknya.

'Kamu adalah jantung dan paru-paru aku. sebagaimana manusia bernafas dengan paru-paru dan hidup dengan detakan jantung tiap detiknya. Jadi, aku mana mungkin bisa hidup tanpa kamu? Tanpa adanya jantung dan paru-paru didalam hidupku?' dia tersenyum miring, mengingat sepenggal kata-kata yang pernah dia ucapkan kepada Echa dulu.

[03] Love Two Heart [Complete]Where stories live. Discover now