LTH [24]

4.2K 283 61
                                    

[VotMen Please]

"Maaf mas, selama ini aku selalu mengalah. Tapi, untuk yang satu ini... aku tidak bisa mengalah. Aku tidak bisa berbagi suami dengan wanita lain" setelah Echa berhasil membuka pintu, dia langsung melangkah keluar berjalan menuju lift.

"Echa!!" teriak Dirga sambil mengejar Echa. Dia menangkap lengan Echa sebelum wanita itu berhasil masuk ke dalam lift.

"Tolong, jangan tinggalkan aku. Semua yang aku katakan itu tidak benar. Aku tidak bersama wanita semalam, aku tidak tidur dengannya dan aku juga tidak akan menikah dengan wanita lain selain dengan kamu Cha. Aku mohon... jangan tinggalkan aku... aku benar-benar tidak bisa hidup tanpa kamu... kamu..." jeda sebentar, memikirkan kata-kata apa yang harus dia ucapkan untuk membuat Echa tetap berada disisinya. "Kamu... boleh menyukai Romi, kamu boleh mencintainya. Bahkan, kamu boleh menjalin hubungan dengannya. Asal kamu tetap berada disampingku... aku mohon Cha..." mohon Dirga putus asa.

"Ya Tuhan Mas... sampai detik ini-pun kamu belum mempercayaiku kalau aku tidak mencintai Pak Romi. Memang lebih baik kita harus berpisah, dari pada hidup satu atap tapi tidak didasari kepercayaan satu sama lain, itu sangat menyakitkan Mas..." Echa melepas tangan Dirga dan buru-buru masuk ke dalam lift, meninggalkan Dirga yang berdiri mematung. Perlahan, pintu lift mulai tertutup.

"Echa!! Echa!!" Dirga menggedor-gedor lift berkali-kali, menyadari Echa sudah tidak berada didekatnya lagi. Dia terus menekan tombol bergambar up-down, berharap pintu akan segera terbuka.

"ECHA!!" Fadil berkali-kali menepuk pipi Dirga berusaha membangunkannya. Sudah 15 menit Dirga mengigau berteriak memanggil nama Echa.

"Dir... Dirga!!" panggil Fadil masih menepuk kedua pipi Dirga, wajahnya bergerak ke kanan ke kiri dengan mata terpejam dan keringat bercucuran seperti habis lari marathon dengan jarak ribuan meter.

"Echa!!" Dirga tersentak kaget, saat Fadil masih menepuk pipinya sedikit keras. Kedua matanya melebar dengan nafas yang memburu naik turun bagaikan zet coaster, keringat bercucuran di sekitar leher dan wajah.

"Echa..." tatapannya kosong mengingat Echa akan pergi meninggalkannya. Dia menurunkan kedua kakinya dari sofa, bergerak cepat hendak keluar dari apartemen Fadil.

"Dirga!! Ada apa??!!" Fadil mengejar Dirga mensejajarkan langkah kakinya, kemudian dia berdiri dihadapan Dirga. Menatap kedua mata Dirga.

"Echa, Dil!! Dia pergi meninggalkanku. Apa yang harus aku lakukan?!" teriak Dirga sambil mengguncang kedua bahu Fadil. "Echa pergi... dia telah pergi meninggalkanku... semua salahku..." pria itu merenggangkan cengkraman tangannya dikedua bahu Fadil. Tubuhnya merosot begitu saja, terduduk dilantai tanpa tenaga.

"Echa..." tatapan matanya masih kosong, kini kedua tangan itu beralih memegang kepalanya kuat-kuat menyesali kejadian kemarin.  Fadil menatap Dirga dengan tatapan iba, dia sama sekali tidak percaya Dirga menjadi lemah seperti itu hanya karena wanita. Fadil duduk bersimpuh, menyentuh kedua bahu Dirga.

"Sadar Dil... sadar... Echa tidak pergi kemana-mana. Dia baik-baik saja..."

"Apa? Dia... baik-baik saja? dia... tidak meninggalkanku? Tapi, tadi dia..." Dirga melihat wajah Fadil meminta keyakinan darinya. Pria itu, Fadil tatapannya nanar melihat wajah Dirga yang telah sembab dengan air mata, dia terlihat sangat putus asa.

"Kamu hanya bermimpi Dir, apa kamu lupa semalam kamu menginap dirumahku?"

"Mimpi..."

"Iya, kamu bermimpi..." Fadil menganggukan kepala, membenarkan ucapannya. Dengan mata yang mengembang karena gumpalan buliran air mata yang menumpuk dimatanya, Dirga melihat sekeliling. Memang benar yang dikatakan Fadil, kalau saat ini dia berada di apartemennya.

[03] Love Two Heart [Complete]Where stories live. Discover now