LTH [33]

6.8K 319 56
                                    

[VotMen Please]

Empat bulan kemudian...

Echa berjalan melebarkan kedua kaki, karena perutnya yang sudah sangat membesar maju kedepan. Tangan kirinya menekuk dipinggang, sedangkan tangan satunya memegang perutnya. Dia begitu ketakutan karena diapartemennya Echa seorang diri, suaminya? Kemana dia? Pria itu kelayapan tidak jelas entah kemana, tidak memperdulikan istrinya yang tengah hamil tua.

Dengan sangat hati-hati dia meletakkan bokongnya diatas sofa, menarik nafas berat. Seharusnya, hari ini adalah hari yang spesial untuknya. Karena tepat dihari ini usianya bertambah satu tahun dan genap sudah usia Echa menginjak 24 tahun. Tapi, kenyataannya dia tidak bahagia sama sekali. Dia sangat kesal dan sebal karena Dirga meninggalkan dirinya seorang diri diapartemen. Padahal dia sudah membayangkan kalau Dirga akan memberikan kejutan-kejutan kecil seperti tahun-tahun lalu tepat dihari ulang tahunnya. Tapi, sekarang? Tidak sama sekali!!

Echa menoleh ke arah jam dinding waktu sudah menunjukkan pukul 07 malam dan itu artinya... 5 jam lagi, hari ulangtahunnya berakhir begitu saja tanpa adanya kejutan sedikitpun.

Echa menoleh kebelakang, mendengar suara decitan pintu.

"Mas Dir -" ucapannya terputus, dia begitu kecewa ternyata pria yang membuka pintu apartemen bukanlah Dirga melainkan Romi.

Romi berjalan mendekati Echa dan diikuti oleh suster Anya dibelakangnya. "Kenapa? Kamu kecewa karena kakak yang datang?" Echa menggeleng lemah.

"Kak Ryan... ada apa kemari?" Tanya Echa, menahan napasnya sebentar.

"Kakak dan Anya mau ajak kamu nonton"

"Nonton? Aku kan gak suka nonton, lagipula perutku..." Echa memandang Romi dan perutnya yang besar secara bergantian.

"Tenang saja Cha, dulu kamu tidak suka nonton? Tapi, sekarang... aku jamin kamu pasti suka dengan filmnya" ujar suster Anya duduk disebelah Echa dan dia mengedipkan sebelah matanya kepada Romi, memintanya melakukan sesuatu melalui isyarat matanya.

Dalam sekejap, Romi telah mengangkat tubuh Echa yang bengkak dalam gendongannya ala brydal.

"Kak Ryan aku berat lho..." Echa mencengkeram kuat pundak Romi, jujur saja dia sangat takut jika Romi tidak kuat menggendong dirinya.

"Siapa bilang kamu berat? Berat kamu masih sama dengan kamu yang dulu" Romi melangkah keluar dari apartemen dan suster Anya mengunci pintu apartemen mengikuti langkah Romi yang membawa Echa pergi.

💛💛💛💛💛

Romi membopong tubuh Echa, membawa masuk kedalam theater 3 yang sudah gelap gulita tanpa pencahayaan sedikitpun. Suster Anya berjalan dibelakang mereka, menyalakan cahaya minim dari ponsel hanya untuk sekedar mencari nomor kursi yang akan mereka duduki.

Romi mendudukkan bokong Echa setelah menemukan nomor kursi yang terletak ditengah-tengah. Sesuai nomor kursi, Echa duduk dipinggir barisan tengah, Romi duduk disebelah Echa sedangkan suster Anya duduk disebelah Romi.

"Kenapa gelap sekali? Apa kita datang terlambat?" ujar Echa pelan, agar penonton yang lain tidak merasa terganggu dengan suaranya.

"Tidak, tidak terlambat. Filmnya belum dimulai. Sebentar lagi akan dimulai" Echa mengangguk, dia menatap layar lebar di depan sana yang masih berwarna hitam.

Perlahan-lahan layar lebar itu menampakkan cahayanya, menampilkan sebuah iklan untuk menyambut film yang akan mereka tonton.

Beberapa iklan sudah terlewati, irama lagu untuk mengiringi film mulai bergema diruangan.

[03] Love Two Heart [Complete]Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt