LTH [13]

4.5K 237 32
                                    

[VotMen Please]

"Ceraikan aku, kalau Mas -"

"TERSERAH KAMU CHA!! TERSERAH!!" pak Dirga melepaskan pelukan Echa dengan sangat kasar, lalu berbalik memunggunginya.

Hanya beberapa detik pak Dirga berbalik memunggunginya, terdengar isakan tangis dari balik pnggungnya.

"Aku tidak mau Mas nikah lagi... aku tidak mau dimadu..." katanya, dengan tangis terisak-isak. Hingga tumpahlah gumpalan airmatanya dari kedua matanya. Perasaan bersalah muncul di diri pak Dirga.

Pak dirga berbalik kembali, mengamati sang istri yang menunduk sambil menangis. Dia menangkup wajah Echa dengan kedua tangannya, menengadahkan wajah istrinya untuk melihat wajahnya. Disapunya wajah Echa yang telah basah karena airmata, dia mencium kelopak mata Echa secara bergantian dari satu kelopak ke kelopak mata yang lainnya. Lalu, turun kehidung dan mencium tipis bibirnya secara singkat.

"Aku hanya bercanda Cha, aku berani bersumpah kalau aku tidak akan menikah lagi. Hanya kamu, hanya kamu istri terakhir dalam hidup aku. Hanya kamu satu-satunya wanita yang akan menemani aku, sampai aku mati..." jeda sebentar. Dia masih mengamati wajah istrinya yang masih basah.

"Aku pernah bilang, kalau aku tidak perduli soal anak. Jika sampai mati kita tidak memiliki anak, aku sama sekali tidak perduli. Cha, kamu dengar baik-baik ya... seandainya saja Tuhan memberikanku pilihan antara kamu dan seorang anak, tentu saja aku akan memilih kamu. bagiku yang terpenting adalah kamu Cha"

"Dan... aku tidak bisa bayangkan... bagaimana hidup aku tanpa kamu. Jadi, tolong... Jangan pernah meminta cerai dari aku. Andai saja kamu memberikanku pilihan antara cerai dan kematian... tentu saja aku akan memilih kemat -" Echa meletakkan jari telunjuknya tepat dibibir pak Dirga, dia menggeleng lemah agar pak Dirga tidak melanjutkan ucapannya.

"Tidak Mas... aku tidak suka Mas bicara sepertu itu..." pak Dirga tersenyum hangat melihat istrinya. Dia mengambil jari telunjuk istrinya yang menempel dibibirnya, lalu mencium kelima jari tersebut dan mencium bibir tipis Echa. Dia membawa masuk tubuh Echa kedalam pelukannya, kali ini dia dapat merasakan perbedaan saat memeluk tubuhnya. Berbeda sekali dengan dua bulan yang lalu, perut rata itu sepertinya sudah mulai sedikit maju? Sepertinya... Echa bertambah gemuk? Mungkin karena kebanyakan makan atau cacingan? itulah yang dipikirkan oleh pak Dirga. Setiap hari memeluknya, setiap hari menggendongnya tentu saja dia dapat merasakan perbedaan itu. Pria itu memeluk erat istrinya, pelukan manja sambil mencium keningnya.

"Cha..."

"Hm?"

"Perut kamu agak gemukan? Jangan-jangan kamu..." pak Dirga mengelus-elus perut rata istrinya yang sedikit gemuk.

"Aku gendut maksud Mas?" wajah sembab itu kini mengerucutkan bibirnya, mendengar kata-kata pak Dirga yang membuat kaum hawa sedikit sensitif.

"Siapa yang bilang kamu gendut? Aku cuma mau bilang, jangan-jangan kamu cacingan??" ujar pak Dirga asal.

"Mas apaan sih??!!"

"AWWWWWW!!" teriak pak Dirga, karena Echa baru saja mencubit pinggangnya sedikit keras.

"Sakit sayang..." rengek pak Dirga sambil mengusap-usap pinggangnya yang baru saja dicubit oleh Echa.

"Biarin!! Aku sebel sama Mas!! Kadang-kadang manis, kadang-kadang ngeselin!! Ishhh..." dengan wajah yang masam dan sambil menggerutu, kini giliran Echa yang berbalik memunggungi suaminya. Baru saja dia terbang ke langit ketujuh, mendengar kata-kata manis dari suaminya. Dan kini? Dalam sekejap, dia terjatuh ke jurang yang paling dalam akibat kata-kata yang menjengkelkan dari suaminya.

Pria itu, hanya senyum-senyum melihat tingkah istrinya yang kesal kepadanya. Dia mendekatkan tubuhnya, memeluknya dari belakang.

"Maaf sayang... aku hanya bercanda. Kamu tahu tidak Cha? Hidup aku tidak lengkap tanpa membuat kamu kesal... ini cara aku mengungkapkan perasaan aku ke kamu. Semakin aku membuat kamu kesal, semakin sayang aku sama kamu... I Love You my wife, jantungku, paru-paru hidupku..." bisik pak Dirga tepat ditelinga Echa.

[03] Love Two Heart [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang