"Echa?? Mama tahu ini tidak masuk akal. Tapi, kalau seandainya kamu berada di posisi mama. Kamu pasti -"

"Berikan aku waktu Ma, aku perlu mempertimbangkannya" Ujar Echa tanpa menoleh sedikit pun kepada Erin yang berada disebelahnya. Tanpa sadar Echa mengepal ujung kaos dengan sangat kuat, nafasnya terasa sesak setelah mendengar permintaan Erin.

"Baiklah, lalu apa yang ingin kamu katakan kepada Mama?"

"Lain kali saja akan Echa katakan" permintaan Erin membuatnya enggan untuk mengatakan tentang kehamilannya. Echa sama sekali tidak percaya kalau mama mertuanya meminta Dirga untuk menikah lagi dan selama ini Dirga tidak pernah mengatakannya?

Bagaimana kalau saat ini Echa tidak hamil? Apakah Dirga akan menuruti permintaan Mamanya, setelah dia menuduh dirinya selingkuh dengan Romi?

"Kalau begitu Mama akan ke rumah Shasa, Mama akan menginap disana. Sampaikan salam Mama kepada Dirga, besok Mama akan kembali ke Surabaya. Mama pulang dulu Cha" tanpa ingin mengantarkan Erin hingga pintu depan, Echa terus mematung di tempat dan membiarkan Erin keluar dengan sendirinya. Air mata yang dia tahan selama berjam-jam, mengembang di kelopak matanya. Echa mengerjapkan matanya sekali, membiarkan buliran air mata lolos jatuh membasahi kedua pipinya. Sebelum membuka pintu, Erin sempat melirik ke arah Echa. Melihat Echa masih terduduk dengan kaos yang kebesaran, tidak menyadari perubahan perut Echa yang tertutup kaos kebesaran. Lalu, dia putuskan untuk keluar saat itu juga.

'Jadi... Selama ini, Mas Dirga menyembunyikan semua ini? Kenapa Mas Dirga tidak mengatakan kepadaku mengenai permintaan Mama?'

Echa mematung disofa selama berjam-jam. Dia menoleh ke arah jam dinding, jarum pendek menunjuk angka 10 dan itu artinya Dirga belum pulang hingga jam 10 malam.

"Kenapa Mas Dirga belum pulang? Apa dia masih marah kepadaku? Bagaimana aku harus memberikan kabar gembira ini, jika Mas Dirga belum pulang?" tanya Echa pada dirinya sendiri. Dia berjalan mengambil tas kecil, mencari ponsel untuk segera menelepon suaminya.

"Dimana ponselku? Kenapa tidak ada?" dia berkali-kali memeriksa isi tasnya, berharap akan menemukan apa yang dicarinya. Dalam detik itu juga, Echa mengingat kejadian beberapa jam yang lalu. Ponselnya terjatuh dijalan, saat Romi menolong dirinya. Dirinya memang selamat dari kecelakaan, tapi ponselnya? Sungguh sangat malang, menggantikan Echa terlindas truk.

Setelah menyadari ponselnya tidak ada, Echa berjalan pelan menghampiri telepon yang berada disebelah televisi. Dia menekan nomor ponsel Dirga yang sudah sangat dia hapal diluar kepala.

Tuuutt... Tuuuttt... Tuuuttt...

Nada sambung terdengar ditelinganya, "Halo, Mas" sapa Echa saat menyadari sambungan telepon sudah terjawab dari seberang sana. Namun, dalam beberapa detik Echa sama sekali tidak mendengar jawaban dari Dirga disana.

"Siapa sayang?" tanya seorang wanita dengan suara amat lembut dari seberang sana. Detik itu juga, hati Echa terasa teriris dengan ribuan pisau yang baru saja diasah oleh seorang master chef.

"Bukan siapa-siapa" suara bas yang sangat Echa kenal, menganggap dirinya bukanlah siapa-siapa. Dan saat ini, Echa hanya menjadi pendengar dua orang yang saling bermesraan diseberang sana.

"Malam ini, kamu menginap disini kan? Aku sudah lama sangat merindukan kamu, tapi kenapa kamu baru datang..."

"Tentu sayang, malam ini aku akan menginap disini. Tentu saja bukan hanya malam ini... tapi, setiap malam aku akan tidur disini. Tidur bersama wanita yang sangat aku cintai dan tentunya... bukan wanita pembohong yang tega membohongi suam -"

Klik!!

Tanpa ingin menguping lebih banyak pembicaraan kedua insan disana, Echa langsung memutus sambungan teleponnya.

[03] Love Two Heart [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang