Echa terkesiap mendengarnya, dia seperti mendengar seseorang menyebut namanya. Suara itu... Sangat tidak asing untuknya, suara... milik Pak Romi. Apa Echa bermimpi?? Mendengar suara Pak Romi?? Kedua tangannya mengusap kasar kedua pipinya, menghapus sisa-sisa air mata yang mengalir dari kedua matanya.

Echa bangkit berdiri, menoleh ke kanan ke kiri, ke depan dan belakang memastikan suara yang baru saja menyebut namanya. Dia yakin, itu bukan mimpi... itu nyata. Tapi... dia tak menemukan sosok Pak Romi atau Bang Romi disekitarnya. Hanya menemukan sosok laki-laki yang berjongkok membelakanginya didepan makam, seperti mendoakan makam seseorang, dia berada jauh darinya. Tanpa sadar, Echa berjalan mendekati sosok laki-laki yang berjongkok jauh disana. Tanpa diketahuinya, pak Romi mengejarnya. Berjalan cepat mensejajarkan langkah kaki dengannya.

"Cha... kamu bisa mendengar suaraku kan?? Iya kan?? Tadi kamu mendengar suaraku kan?? Iya kan Cha??!!" cerocos pak Romi saat berada di dekatnya. Tapi, sangat disayangkan... Echa sama sekali tidak mendengarnya bahkan... Tidak menyadari keberadaannya yang berada didekatnya.

Detik itu juga, jantung Echa berdetak begitu cepat. Detakan yang sama dia rasakan saat bersama pak Romi dulu. Laki-laki yang kini berjongkok membelakanginya hanya beberapa langkah darinya, dia berdiri dan berbalik berjalan melewati Echa...

Echa menghirup aroma jeruk saat pria itu melewatinya begitu saja.

'Bukan... dia bukan pak Romi' Echa menggeleng lemah, kecewa.

'Pria itu... pria yang... kecelakaan bersamaku bukan?' pak Romi mengernyitkan dahinya, mencoba mengingat-ingat sosok pria yang ada didekatnya. Kini, dia berlari mengejar pria tersebut dan melupakan Echa untuk sementara waktu.

'Hai, kau!! Apa kau bisa mendengarku? Bukankah kau... yang mengalami kecelakaan bersamaan denganku dua tahun lalu? Benar kan? Iya kan?? Syukur lah kau selamat... Maafkan aku, karena aku -' pak Romi menggantungkan kalimatnya, saat melihat pria itu masuk kedalam mobil dan tidak menggubris kehadirannya.

'Karena aku... kau kehilangan seseorang yang kau cintai...' sambung pak Romi penuh sesal. Dia kembali ke makam, tempat dimana pria tadi berjongkok. Pak Romi mengamati sebuah nama yang tertulis di batu nisan, Citra Larasati. Dan... dia juga menoleh, melihat Echa yang masih berdiri mematung didepan makam tersebut.

'Maafkan aku Cha...' ujarnya, diliputi dengan ribuan pertanyaan. Apa yang terjadi dengannya?? Mengapa Echa tidak menyadari kehadirannya? Mengapa Echa tidak bisa mendengar suaranya? Sementara dia? Dia bisa melihat Echa, bisa mendengar suaranya. Tapi... Hanya satu yang tidak bisa dia lakukan, yaitu... menyentuhnya dan tidak bisa berkomunikasi dengannya.

Pak Romi tersentak kaget, saat getaran ponsel disakunya berbunyi memaksakan dirinya untuk kembali membuka kedua matanya, kembali ke alam nyata.

"Apa maksud mimpi tadi? Kenapa aku memimpikan Echa dan Dirga sepert itu? Tapi, Mimpi itu... seperti nyata bagiku..."

💛💛💛💛💛

"Tumben sekali kau main ke sini Dir?" ujar dr. Fadil sambil membawakan dua gelas air dan memberikan satu gelas kepada pak Dirga.

"Memang kenapa? Apa aku tidak boleh main kesini?" pak Dirga balik bertanya dan setelah itu dia menyesap minuman yang baru saja diberikan oleh dr. Fadil, kembali meletakkannya diatas meja. Pak Dirga berdiri mengamati keadaan sekitar apartemen dr. Fadil yang sudah lama sekali tidak dia datangi.

"Sudah berapa lama aku tidak kemari Fad?" dr. Fadil mengendikkan bahunya, tidak perduli dengan pertanyaan yang dilontarkan olehnya.

"Tidak tau, aku tidak perduli dengan itu" jawabnya santai.

[03] Love Two Heart [Complete]जहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें