[34] Kesalahpahaman Yang Menyakitkan

Mulai dari awal
                                    

Sebuah bogem mentah tepat mendarat di pipi kanan Farlan, membuat Farlan yang masih belum bisa mencerna apa yang sebenarnya terjadi jatuh tersungkur ke lantai bar.

Tiba-tiba Petra memegang lengan kiri Levi dan memeluknya.

"Levi, cukup. Kau tidak boleh seenaknya menghakimi mereka!" ucap Petra sambil memasang wajah penuh kekhawatirannya kearah Farlan dan (y/n).

Hanji yang sekarang sudah berdiri disebelah (y/n) menatap tak percaya kearah Levi dan dengan cepat memberikan tamparan cukup keras kearah pipi kanan Levi.

"JANGAN SEENAKNYA BERBUAT GADUH DI BAR-KU!" teriaknya, membuat semua mata seketika beralih kearahnya.

Melihat pemandangan di hadapannya yang sudah sangat tak terkontrol itu, tak terasa air mata jatuh membasahi pipi wanita bersurai (h/c) dan bermanik (e/c) itu.

"L-Levi.... aku mempercayaimu dari lubuk hatiku yang paling dalam... apa kau tidak bisa melakukan hal yang sama..? Semua yang kau lihat tadi tidak seperti yang ada di pikiranmu..... Aku tidak mungkin mengkhianati cintamu Levi....." ucap (y/n) sambil meremas bajunya di bagian tengah dadanya.

Hanji yang masih melingkarkan tangannya di pundak (y/n) hanya bisa menatap nanar kearah wajah (y/n), sedangkan (y/n) mencoba menatap wajah kekasihnya yang sedang dipenuhi dengan amarah itu dengan kedua matanya yang berkaca-kaca—menandakan bahwa air mata akan kembali mengalir dari dua matanya yang indah itu.

Levi hanya terdiam. Di dalam hatinya ia mencoba untuk percaya, tetapi kejadian ini seperti mengembalikan ingatannya—lebih tepatnya mungkin ingatan buruknya. Saat dulu Petra didepan matanya bercumbu dengan lelaki lain setahun yang lalu.

"Levi? Mengapa kau diam saja...? Apa itu artinya kau tidak bisa mempercayaiku....Levi?" ucap (y/n) ditengah isak tangisnya. Rangkulan Hanji menurun ke punggung (y/n) dan ia mencoba memberikan elusan lembut di punggung (y/n) untuk meredakan tangis (y/n).

Lagi-lagi Levi hanya diam, kedua manik abu-abunya yang biasanya menatap lembut kearah mata (y/n) sekarang terlihat sangat dingin.

Melihat Levi yang sama sekali tidak merespon pertanyaannya, (y/n) hanya bisa menghapus air matanya yang kembali mengalir dengan punggung tangannya. Tak berapa lama ia melepas paksa rangkulan lengan Hanji dan tanpa mengucapkan sepatah katapun segera berlari keluar bar.

"(Y/N)! Tunggu (y/n)!" teriak Hanji. "Kita harus membicarakan masalah ini nanti, Levi" ujar Hanji sebelum pergi menuju pintu depan bar untuk mengejar wanita bersurai (h/c) yang hatinya sedang hancur itu.

Farlan yang terduduk di lantai bar sambil mengelap bibirnya yang mengeluarkan sedikit darah, akhirnya angkat bicara. Sudah cukup baginya melihat apa yang terjadi dengan gadis yang dicintainya dan yang membuatnya semakin kesal adalah : ia tidak mengetahui apapun tentang apa yang sedang terjadi.

Sorot matanya segera beralih ke Petra.

"Bisa kau jelaskan apa yang sedang terjadi, Petra? Dan apa yang (y/n) maksud dengan ia tidak akan mengkhianati cinta Levi? Bukankah kau kekasih Levi, Petra? CEPAT JELASKAN!"

Levi yang mendengar semua perkataan yang keluar dari mulut Farlan, segera menoleh kearah wanita bersurai keemasan yang sedang memegang erat lengannya.

"A-Apa maksudmu Farlan! Aku tidak tahu apa-apa!" teriak Petra sambil menolak kontak mata dengan Farlan. Levi menepis genggaman Petra di lengannya dan memberikan tatapan kematiannya kearah Petra.

"Tch. Jangan bilang..... ini semua ulahmu?! Petra!"

~~~~~~~~~~

HANJI POV

Kulihat langkah (y/n) terhenti setelah ia keluar dari pintu barku. Ia kemudian menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Tak berapa lama samar-samar aku mendengar suara isak tangisnya yang lama kelamaan terdengar semakin keras, membuat orang-orang yang lewat depan bar-ku menoleh kearahnya.

Aku perlahan berjalan mendekatinya dan berdiri di hadapannya. Aku kemudian memeluknya erat sambil mengelus punggungnya pelan.

"Sshh....sudah......Shorty terlalu mencintaimu hingga ia tak bisa mengontrol emosinya seperti itu (y/n)...aku yakin dia percaya padamu (y/n)" bisikku pelan ke telinga kanannya yang sekarang berada di pundak kiriku.

"Tapi dia tidak menjawabnya Hanji.....dia pasti sangat membenciku sekarang.....iya aku memang salah....aku mungkin bukan kekasih yang baik untuknya, aku tau sorotan mata Levi tadi...sorotan mata itu hanya ia berikan pada orang yang sangat ia benci....Hanji...."

~~~~~~~~~~

READER POV

Aku menaikkan kedua kakiku diatas sofa empuk Hanji yang terletak di ruangan depan apartemennya. Mataku yang sembab karena tidak henti menangis sejak kembali dari bar Hanji sejam yang lalu sudah mulai terasa lelah.

Ya, aku memutuskan untuk menginap di apartemen Hanji setelah kejadian tadi.. aku hanya tidak ingin Levi melihatku.. aku takut itu akan membuatnya kembali mengingat pengalaman pahit yang pernah ia rasakan setahun lalu..

Aku akui, aku memang bukan kekasih yang baik untuknya...aku bahkan telah kehilangan kepercayaannya sekarang..

Entah mengapa hatiku terasa sakit setiap mengingat tatapan dingin dari kedua manik abu-abu Levi tadi sore.

Perlahan aku membaringkan tubuhku—dengan bantal sofa yang menopang kepalaku. Aku memiringkan tubuhku kearah meja kayu yang terletak di depan sofa dengan tanganku menutup mulutku, mencoba untuk meminimalisir suara isak tangis yang mungkin akan sangat mengganggu penghuni sebelah kamar apartemen Hanji.

Sebelum kedua mata sembab-ku terpejam karena kelelahan, hanya ada 1 kalimat yang terbesit di pikiranku..



Apa cuma sampai disini saja......kisah kita.. Levi.....?

----------


Levi x Reader | You're My Only Shorty (Modern AU)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang