Part 16 - Misunderstanding

Mulai dari awal
                                    

Aku mencari satu nomor telepon di daftar kontak ponselku, nomor yang selama ini ku simpan dengan nama 'Unknown Number'. Malam ini, aku harus memastikan semuanya.

Aku mengetikan nomor itu di ponsel Mbak Yeni lalu menekan tombol hijau. Terdengar nada tunggu selama beberapa saat.

"Halo." Pemilik ponsel itu mengangkat teleponnya. Suaranya sedikit serak, mungkin ia sedang beristirahat.

Aku berdeham sedikit, mencoba menyamarkan suaraku. "Malam, Bu. Apa benar ini Ibu Stephanie?" tanyaku asal.

"Salah sambung!" Jawabnya ketus.

Aku hendak mengakhiri telepon, namun perkataan yang diucapkan selanjutnya oleh orang itu membuatku terkejut setengah mati.

"Ini Angel, bukan Stephanie!"

-Cloudy POV End-

-Flashback End-

-----

"Makasih ya, Kak. Aku gak tau gimana jadinya kalo gak ada Kak Cloudy. Sekali lagi, makasih banyak ya, Kak." Devina tersenyum lebar.

Cloudy menatap Devina tak berkedip. "Iya, sama-sama." Ia menyunggingkan senyum simpul.

Kemudian keduanya keluar dari toilet secara bersamaan. Cloudy mengurungkan niatnya untuk buang air kecil karena insiden tadi. Terjadi suasana yang sangat canggung diantara kedua gadis itu. Cloudy masih sibuk menenangkan hatinya, sementara Devina...

"Kak Adri!"

Dengan cepat, Cloudy menengadahkan kepalanya. Tatapannya bertemu dengan Adrian. Sepertinya Adrian juga baru saja keluar dari toilet.

"Tumben banget kalian berduaan." Tukas Adrian dengan santai.

Devina tersenyum salah tingkah. Ia tak mungkin bercerita perihal insiden yang menimpanya tadi.

"Tadi nggak sengaja ketemu." Ucap Cloudy.

"Kak Adri." Tiba-tiba saja Devina menggenggam tangan Adrian. Hati Cloudy pun memanas seketika, tatapannya langsung tertuju pada tangan Devina.

Adrian terlihat sangat canggung, tapi ia tidak tega jika harus menepis genggaman tangan itu.

"Ada sesuatu yang mau aku kasih. Pulang sekolah nanti, Kak Adri tunggu di kelas dulu, ya." Pinta Devina. Ia mengulum senyum tipis.

Tanpa permisi, Cloudy membalikkan tubuhnya dan meninggalkan kedua orang itu. Perasaannya semakin hancur berantakan. Ia merasa muak jika harus berlama-lama disitu.

-----

-Adrian POV-

"Tanteku baru balik dari Perancis, dan ada oleh-oleh buat kakak."

Aku melepaskan tangan Devina dengan hati-hati. "Iya, nanti kasih aja pas pulang sekolah."

"Okay." Devina tersenyum kepadaku, aku pun membalasnya. "Aku balik ke kelas duluan ya, kak. Dah~"

Sejujurnya sejak tadi hatiku tidak tenang. Pikiranku hanya tertuju pada satu orang. Orang yang baru saja berlalu meninggalkanku.

Usai berpisah dari Devina, aku berlari cepat menuju ruang kelas. Sesampainya disana, aku mendapati Cloudy –kekasihku– sedang duduk termenung sambil menatap jendela. Dengan segera, aku menghampirinya.

Ketika aku duduk disampingnya, Cloudy seperti tidak menghiraukanku. Ia tidak mungkin tidak menyadari keberadaanku, karena sejauh ini, meskipun aku baru sampai di depan pintu kelas, ia selalu menyadari kehadiranku.

Only One [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang