Part 13-Thankyou, Sick!

Start from the beginning
                                    

"Iya, iya, maafin gue ya Syaaa! Kali ini gue ngaku salah deh," balasnya sambil menarik kursi dan membuka buku menu.

"Hmm sebel gue," kataku sambil cemberut.

"Maafin gue dong! Eh gimana kemarin lo sama Radit? Lo satu kamar beneran sama dia?" tanyanya dengan keras. Aku langsung memelototinya.

"Gue ciuman sama Radit Li! What amazing!" jawabku sambil membenahi posisi duduk.

"Oh yaampun gue bersyukur banget Sya, gue seneng banget tau nggak sih dengernya. Terus-terus, anything else? Atau cuma gitu doang?" tanyanya lagi yang langsung kusambut dengan kerutan dahi.

"Cuma itu," jawabku singkat.

"Lo harusnya pake lingerie atau semacamnya gitu dong Sya supaya Radit lebih terangsang," kata Lia lagi, membuatku kembali memelototkan mata.

"Gila aja! Malu bangetlah gue kalo ketahuan sengaja mincing-mancing. Lagian gue juga nggak mau, ngeri gue. Ntar kalo gue hamil, nggak jadi ambil spesialis dong," kataku sambil menyeruput ice latte yang kupesan.

"Ih dasar lo ya! Lo ngelakuin itu sekali belum tentu juga langsung hamil," timpal Lia membuatku terdiam.

Memang benar yang dia katakan, batinku dalam hati. Kenapa aku harus takut?

Satu setengah jam kemudian aku dan Lia sibuk mengobrol dan membicarakan tentang kasus-kasus yang kami temui di rumah sakit. Aku juga sibuk menanyakan tentang program spesialis yang telah lebih lama diambil Lia. Dokter itu belajar sepanjang hayat, jadilah aku dan Lia dimanapun berada tetap selalu belajar hehehe.

Ah ya aku lupa menceritakan tentang Lia.

Dia adalah temanku sejak SMA, awal mulanya kami kenal hanya karena berada dalam satu organisasi. Tapi sesudah itu, kami selalu bersama bahkan sampai bekerja di RS Permata Hati. Aku sungguh bersyukur mengenalnya.

***

Jam sembilan malam akhirnya aku memutuskan untuk pulang, selain karena sudah lelah, hujan di luar membuatku sedikit takut untuk berlama-lama di kafe ini. Kalau tambah deras, gimana? Duh.

Beberapa menit sesudah itu aku sudah berada di dalam mobil. Tapi, mengapa mobilku tak bisa hidup? Oh aku mulai panik. Aku pernah mengalami ini beberapa bulan yang lalu, saat dynamo starter mobilku rusak. Tenanglah Sya! Tarik nafas dan hembuskan! Sayangnya, mesin mobil ini tetap tidak bisa nyala. Aku segera menghubungi bengkel tempat biasa aku servis, beberapa saat kemudian datanglah dua orang montir.

"Maaf Bu, mobilnya harus dibawa ke bengkel. Kalau malam ini belum bisa selesai. Dinamo starternya agak parah," kata salah seorang montir, kulihat namanya Rahman. Tuhkan benar penyakitnya sama!

"Oh iya Mas, nggak papa. Tapi besok bisa benerkan?" balasku.

"Bisa Bu, nanti kami antar ke rumah nggak papa," jawab Rahman sambil tersenyum.

Dia kemudian menderek mobilku. Ah, sudah hujan deras, mobil mogok, nggak ada taksi lewat, aku menggerutu dalam hati.

Akhirnya kuputuskan pulang naik Gojek malam itu, baju yang kugunakan dan jas putih yang kutenteng basah kuyup. Oh God, aku sungguh berharap ada Radit di sini dan membawaku pulang dengan selamat seperti waktu itu, batinku kesal. Entah kenapa aku justru mengingatnya.

Radit's POV

Aku baru saja selesai rapat di kantor pukul tujuh malam, kemudian bergegas pulang. Setibanya di rumah, aku tak mendapati mobil Rasya terparkir di garasi. Ke mana dia semalam ini? Sayangnya, aku tak memiliki nomor teleponnya. Hal ini sungguh menyulitkan aku.

Marriage With(out) LoveWhere stories live. Discover now