Part 13-Thankyou, Sick!

45.2K 1.5K 25
                                    

Penting: Akhir part ini ada adegan 18+ ya mohon skip yang belum cukup umur #maksa

Rasya's POV

Kurasakan tidurku sungguh nyenyak malam ini, ditambah hari ini aku masuk shift siang, sungguh surga dunia rasanya. Aku berusaha membuka mata namun rasanya sungguh berat. Kuingat apa yang terjadi tadi malam, ah Rasya, kamu itu tadi malam berciuman dengan Radit, kataku dalam hati. Bodohnya, aku justru menikmati bibir Radit hingga lupa perihnya mataku. Harus kuakui itu sungguh terasa nikmat.

"Kalo pasang alarm jangan berlapis-lapis dong Sya. Mana kamunya nggak bangun lagi," aku mendengar suara Radit dengan jelas ketika mataku terbuka. Huh! Sebal.

"Iya iya, maaf," kataku singkat.

Aku melirik jam, sudah jam tujuh. Sebelum masuk kerja nanti aku harus mempersiapkan beberapa berkas untuk pengambilan spesialisku, seperti hasil tes TOEFL, ijazah dokter yang sudah dilegalisir, surat izin praktek, dan sebagainya.

"Mau lagi dong Sya yang kayak tadi malem," kata-kata Radit membuatku terkejut.

Aku tersenyum sebal melihat wajahnya yang menggodaku. Entah sejak kapan Radit sering berusaha melakukan hal seperti itu.

"Emang tadi malem ngapain?" balasku sambil memicingkan mata.

"Ah nggak seru banget sih. Yaudah, saya berangkat dulu ya," balas Radit, aku sedikit kecewa karena dia tak melanjutkan usahanya.

Hentikan Sya, rutukku dalam hati.

Aku mengangguk, kemudian mengikutinya berjalan keluar. Kurasakan mataku masih sedikit perih. Aku duduk di meja makan. Kulihat Ibu dan Mama sedang berbincang dengan ditemani jus alpukat.

"Kamu masuk jam berapa Sya?" tanya Ibu pelan.

"Jam satu Bu, tapi aku mau siapin berkas syarat program spesialis," jawabku sambil meminum air putih.

"Kamu mau ambil spesialis apa, Sayang?" tanya Ma.

"Bedah rencananya Ma," balasku singkat.

"Eh bentar-bentar, mata kamu kenapa itu?" tanya Mama tiba-tiba. Radit yang sedang menyantap sarapan ikut menoleh ke arahku.

"Oh ini tadi.." belum selesai aku menjawab, Mama langsung berkata, "Kamu apain Rasya Dit? Kamu nggak salahkan tadi malem?"

Aku langsung terkejut mendengar kata-kata Mama. Ibu di sampingku malah tertawa.

"Bukan kok Ma, ini aku kelilipan aja kok," kataku pelan.

"Ah kamu bohong pasti Sya. Eh tadi malem berhasilkan?" tanya Mama, aku kemudian melirik Radit. Dia kemudian angkat bicara.

"Berhasil Ma, berhasil banget!" katanya keras, sambil membuat penekanan pada dua kata terakhir.

"Alhamdulillah, bagus deh," celetuk Mama, aku lalu memukul lengannya pelan.

Pagi itu dipenuhi oleh tawa kami berempat. Ayah dan Papa sudah berangkat ke kantor satu jam yang lalu. Setelah itu, Radit menyusul berangkat, ini pagi yang cukup indah untuk kukenang. Selain karena tadi malam yang nikmat, pagi ini Radit juga berpamitan padaku. Ah senangnya.

***

Aku melirik jam tanganku, sudah pukul tujuh malam, namun Lia yang kutunggu sedari tadi tak kunjung datang juga. Lima belas menit yang lalu aku sudah tiba di kafe dekat RS Permata Hati. Aku menunggunya sambil menggerutu sesekali. Jadwal shiftku hari ini berbeda dengan Lia, sehingga kami tak bertemu di rumah sakit.

Tak lama setelah itu, Lia datang sambil tersenyum ke arahku. Dia melepas jas putihnya.

"Kalo ini operasi, pasien lo dalam keadaan fatal tau nggak sih Li," kataku sebal.

Marriage With(out) LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang