Hello, Memory Kelima!

Start from the beginning
                                        

"Dasar culun! Oke, gue bakal kerjain ntar malem. Besok gue lempar ke depan muka lo," ucap Elma berapi-api lalu berjalan menuju mejanya dengan langkah yang menghentak-hentak. Di barisan belakang, geromobolan Aldo dan cowok lainnya masih saja menertawainya.

Maura akhirnya mengumumkan di dalam hati pemenang dari perdebatan ini adalah Nando, si tukang meremehkan oranglain. Maura tersenyum geli lalu membuka isi tasnya, mencari buku tulisnya. Dia merobek bagian tengah bukunya lalu menuliskan sesuatu di sana.

Setelah selesai, kertas itu dia letakkan tepat di atas buku tebal yang terbuka milik Nando. Maura tak mengucapkan apa-apa saat Nando menoleh ke arahnya dengan tatapan kesal.

"Apa maksudnya?" tanya Nando sinis.

Maura hanya tersenyum dan menunjuk kertas miliknya yang masih berada di atas buku Nando. Nando mengikuti arah tunjuk Maura dan mengernyit saat membaca tulisan di kertas itu.

Kita itu temen satu kelas, artinya lo juga harus nunjukin wajah kedua lo buat kita. Wajah yang kayak kemaren. Dan namanya juga tugas kelompok, ya dikerjainnya berkelompok. Nanti pulang sekolah kita bertiga kerjain bareng-bareng di kelas. Tanpa bantahan lagi ya, Pak Ketua Kelas!

Selesai membaca pesan dari Maura itu, Nando meletakkan kembali kertad itu ke atas meja. Dia tak mengeluarkan suara apapun. Entah mengiyakan atau menolak.

***

Sebelum Elma keluar kelas, Maura memanggilnya lebih dulu. Dan karena masih kesal dengan Nando, Elma jadi enggan mendekati meja Muara. Dia hanya berdiri di dekat papan tulis sambil bertanya pada Maura.

"Mau pulang? Kerjain tugas dulu, Ma," kata Maura.

"Tugas apaan?"

"Bahasa Inggris. Sini gue bantuin..." ajak Maura sambil menarik bangku di sebelah mejanya.

"Gue kerjainnya di rumah aja bisa kok," jawab Elma. "Sendirian!" lanjut Elma penuh penekanan seraya melirik sinis ke Nando.

"Buruan, gue nggak bisa lama-lama." Tiba-tiba suara dingin Nando terdengar. Cowok itu mengeluarkan buku-bukunya dari dalam tas tanpa mengangkat kepalanya untuk menatap Maura atau Elma. Elma yang kebingungan hanya mampu menatap Maura aneh.

"Lo apain sampe dia mau kerja kelompok?" bisik Elma ketika sudah duduk di kursi sebelah Maura.

Maura hanya mengangkat bahu. "Yuk kerjain, gue juga nggak bisa lama-lama."

Elma pun hanya bisa ikut mengangkat bahunya.

***

Pukul lima sore, akhirnya mereka bertiga selesai mengerjakan tugas kelompok di dalam kelas. Elma yang setiap harinya membawa motor ke sekolah pamit duluan menuju parkiran. Hanya tinggal Maura dan Nando yang tersisa di dalam kelas.

"Lo pulang naik apa?" tanya Maura setelah berdiri menggendong tasnya.

"Duluan aja," jawab Nando singkat.

"Ya udah kalo gitu."

Maura keluar kelas lebih dulu. Di lapangan sekolah, masih terdapat beberapa anggota basket yang sedang latihan. Ada beberapa anak mading yang sedang menempelkan bahan-bahan untuk mading besok. Di koridor-koridor kelas masih terdapat beberapa murid yang duduk-duduk sambil mengobrol dan menonton tim basket sekolah latihan.

Tanpa sengaja matanya menangkap sosok tinggi dengan balutan seragam serupa dengannya yang sedang berdiri sendirian di ujung koridor yang sepi sambil menatap layar ponselnya.

Dewa? tanya Maura pada dirinya sendiri.

Semakin dekat langkahnya dengan sosok itu, semakin yakin Maura kalau itu adalah Dewa. Dia sedang bersandar di tembok sambil memijit keningnya menatap ke arah ponsel. Wajahnya nampak tegang dan gelisah.

Hello, Memory!   [COMPLETED]Where stories live. Discover now