Hello, Memory Kelima!

Start from the beginning
                                        

"Makanan di kantin enak-enak semua," jawab Elma.

Oh, berarti bener kata Dewa, batin Maura sambil tersenyum tanpa sadar.

***

Tiba di dalam kelas, Maura dan Elma berjalan beriringan menuju meja Maura. Di belakang kelas, gerombolan cowok rusuh yang kemarin menggoda Maura saat pulang sekolah menyerukan candaan-candaan kejam pada Elma.

"Jangan jalan di samping Maura, Ma, lo makin kelihatan mini," celetuk salah satu cowok. Namanya Aldo, teman dekat Dewa sejak kelas sepuluh.

"Diem lo, kampret!" balas Elma sambil melotot yang justru membuat gerombolan itu semakin menertawainya.

Sebenarnya bukan salah tubuh Elma yang agak pendek dan kurus, tetapi karena cewek itu tengah berjalan dengan Maura yang tubuhnya tinggi dan ideal makanya jadi terlihat jomplang.

"Sabar ya, Ma," bisik Maura.

"Udah biasa gue mah, Ra. Emang kampret tuh si Aldo!" Elma berdiri di depan meja Maura di mana Nando sedang duduk di sana sambil membaca buku tebalnya. "Nan, kapan mau ngerjain tugas bahasa Inggris? Kita kelompok 1 kan?"

Butuh beberapa detik menunggu Nando menjawab pertanyaan Elma karena nyatanya cowok itu masih tenggelam dengan bacaannya. Maura hanya tersenyum geli dan duduk di kursinya. Elma yang merasa diabaikan langsung bertolak pinggang setelah menggebrak pelan meja Nando.

"Dasar culun!" hardik Elma.

Baru saja Elma menutup mulutnya Nando sudah mengangkat kepalanya dari buku dan menatap Elma kesal.

"Giliran dipanggil culun baru deh nengok," ceplos Elma cuek. "Gimana tugas kelompok kita, Nan?"

"Ntar gue yang kerjain."

"Nggak bisa gitu! Ini tugas kelompok, gue nggak mau terima beres gitu aja. Kalo gue nggak ngerti pas presentasi, ntar Pak Galih bisa marah-marahin gue lagi kayak semester lalu."

"Emang lo bisa bantu apa?" Ada nada remeh yang Maura dengar dari pertanyaan Nando barusan. Dia hanya mampu menggelengkan kepalanya dan tetap menikmati pemandangan debat di depannya ini.

Kita liat siapa yang menang, batin Maura.

"Lo tinggal bilang aja butuh apa, entar gue bantu. Yang penting gue ada kontribusinya. Biar gue juga ngerti sama materinya."

Nando diam dan membuka buku tulis lalu merobek bagian tengahnya. Dia terlihat sedang menulis beberapa poin yang kalimatnya panjang-panjang. Setelah selesai, kertas itu di berikan kepada Elma.

"Cari semua materi itu, cari penjelasan dan contoh soal dan kasusnya. Diketik yang rapih, cantumkan sumber dan kirim ke email gue besok malem," jelas Nando yang sukses membuat Elma menganga lebar.

"Besok malem? Materi sebanyak ini? Yang bener aja! Besok aja gue mesti latihan volly pulang sekolah. Kejam banget sih lo, Nando! Presentasinya juga masih senin depan. Kenapa bukan hari minggu aja batas ngirim emailnya, sihh??" cerocos Elma sampai berbusa.

Nando tetap santai menanggapinya, meskipun teman kelasnya yang lain mulai merasa terganggu dengan suara cempreng Elma yang terus berkoar.

"Berisik banget lo, mini! Kayak anak kampung aja!"

"Diem aja lo, kampret!" balas Elma menjerit ke arah Aldo, si salah satu cowok di gerombolan kursi belakang kelas.

Aldo tertawa kencang. "Mampus aja lo sekelompok sama si culun. Kerja rodi, Ma, kerja rodiiiiii."

"Kampretttttt!" jerit Elma lagi.

"Lo sendiri yang tadi nawarin bantuan. Kalau lo nggak bisa, ya udah gampang, besok tinggal terima jadi aja. Gue juga lebih seneng ngerjain sendirian kok." Nando berbicara lagi pada Elma walaupun tatapan matanya berpusat pada buku tebal ditangannya.

Hello, Memory!   [COMPLETED]Where stories live. Discover now