Epilogue

5.8K 557 222
                                    

G W E N

Aku terbangun dalam perasaan terkejut dan juga gembira. Laki-laki yang semalam tidur di sampingku sekarang masih dalam alam bawah sadarnya; tertidur pulas dan terlihat sangat damai.

Tentu aku terkejut. Biasanya ia selalu bangun lebih awal dariku. Tentu aku gembira. Sekarang adalah jam 10 pagi dan ia tidak meninggalkanku untuk menyelesaikan pekerjaan yang dijatahkan 12 hari di Seattle. Maksudku, bukannya aku ingin menghalanginya dari pekerjaannya. Hanya saja...aku merasa bahagia jika ia ada di dekatku.

"What are you thinking of?" Sebuah suara membuyarkan lamunanku. Aku menyadari Harry yang melihatiku sambil tersenyum kecil.

"Kau."

"Aku? Apa yang kau pikirkan?" Tanyanya. Suara paginya benar-benar seksi.

"Jam berapa pesawatnya lepas landas?"

"Pesawat apa?"

"Kau. Seattle."

"Tidak. Aku tidak kembali kesana. Kita yang kesana. Atau mereka yang ke Manhattan."

Aku tidak dapat menahan dorongan yang ada di dalam diriku untuk mencium bibir Harry. Ia merapatkan tubuhnya padaku lalu kami saling mengamati. Mata hijaunya menatap dalam ke mataku dan jari-jariku berseluncur di pipinya.

 Mata hijaunya menatap dalam ke mataku dan jari-jariku berseluncur di pipinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lagi, kuharap jam dapat berhenti berputar. Napasku terasa semakin berat ketika semua yang terjadi belakangan ini menimpaku. Aku mencium lehernya lalu memeluk punggung telanjangnya. Tubuhnya sangat hangat, membuatku merasa aman dan nyaman.

"You're all I have. I love you," bisikku.

"I love you. I won't leave you alone."

And he does so.

***

Senyum yang lebar mengawali pagiku. Ini sudah satu minggu dari acara prom dan artinya hanya satu. Hari ini adalah acara kelulusan Jefferson High!

Aku mematikan alarm yang berdering dan melangkah ke kamar mandi.

Seminggu berlalu dengan cepat bersama Harry. Ia mengajakku jalan-jalan ke Brooklyn, mengantarku latihan kelulusan dan merawatku seperti bayi. Bukannya pekerjaannya berkurang, tidak. Terkadang dia bekerja dari Mac dan aku menonton tv di ruang tamu. Selama dia ada di dekatku, aku tidak akan bosan. Kami juga mengunjungi Dorothy untuk menbeli sofa oranye dekil. Sudah kubilang aku akan membelinya. Tapi kami meletakkannya di taman apartemen Harry.

Setelah aku selesai mandi aku memakai gaun yang waktu itu kubeli bersamaan gaun prom. Gaunnya hanya sepanjang lutut. Itu adalah aturannya karena kami harus memakai jubah kelulusan.

How to Get 11 Out of 10 [Harry Styles]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang