18. Brunch In a Car

4.2K 471 60
                                    

G W E N

No fucking way.

Apa yang harus aku lakukan sekarang? Jungkir balik? Koprol? Kayang? Roll Belakang? Roll depan? Semua orang di kelas itu mengalami panik mini mendengarnya--well, mereka yang nerd tidak terlalu.

God, this is impossible.

Mungkin hanya sama nama? Tapi dia bukan murid baru. Mungkin ada dua anak bernama Gillian Swanson di Jefferson High? Tapi dia bilang dari ceritanya orang-orang sudah tau siapa dia.

"Please, take a seat, Swanson," perintah Mr. Lim.

Gillian berjalan dan mengangkat tasnya, lalu duduk di depanku. Apa dia membenciku sekarang? Apa dia berubah agar aku tertarik padanya?

"Hey," dia menoleh ke belakang. Tuhan, dia lebih tampan dilihat dari dekat.

"Are you talking to me?" Tanyaku gugup.

"Aku hanya ingin memberi taumu, kau dipanggil Mrs. Lane sepulang sekolah."

"Oke," jawabku. Ia menyeringai lalu kembali ke depan.

"Alright. Let's pick up where we left off," Mr. Lim memulai kelas matematikanya.

***

Aku masuk ke ruangan Mrs. Lane, tetapi ia tidak ada disana. Aku berasumsi ia berada di ruang buku yang menghubungkan ruangannya dan guru lain.

Aku duduk disana dan tak lama kemudian Mrs. Lane muncul.

"Coffee?" Aku meletakkan cup kopi yang aku bawa di mejanya.

"That's very nice of you," Mrs. Lane langsung menyesap kopi itu.

"Yeah, aku sudah mencobanya tetapi rasanya seperti teh tawar basi. So I gave it to you."

"What?" Mrs. Lane tidak jadi menelan dan kembali memuntahkannya ke dalam cup.

"Mrs. Lane kau sungguh menjijikan," kataku.

"Bisakah kau buang ini nanti?" Ia menyodorkan cup itu. Aku memutar mata lalu mengambilnya.

"Apa kau punya renana kau mau kuliah dimana setelah ini?"

"Hmm," aku memikirkan jawaban lain setelah waktu itu menjawab Universitas Ketidakpastian pada Samantha, "Vassar University," aku menyeringai.

Mrs. Lane agak tecengang, "Kalau boleh tau, kenapa?"

"Karena itu universitas termahal di Amerika," jawabku santai.

"W--well, aku ingin kau mengikuti ekstrakulikuler, karena kau tidak mengikutinya sejak kelas 9."

"Aku bahkan baru pidah kesini kelas 10," jawabku.

"Yap, kelas 10," ia menggangguk, "kau tau, aku baru. Jadi?"

Aku mengangkat bahu, "jadi apa?"

"Ada ekstakulikuler yang kau minati?"

"Dimana laki-laki tampan berada?"

"Futbal," ia terkekeh.

"Ugh," aku memutar mata.

"Aku benar-benar menyarankan kau untuk memilih satu Gwen. Aktif di ekstarkulikuler dan organisasi dapat membantumu masuk ke universitas yang kau inginkan. Disamping akademikmu yang--hmm. Ini, di daftar ini kau bisa melihat berbagai macam kegiatan, hari dan jamnya, dan jika kau tertarik, kau bisa menghubungi orang-orang ini. Aku benar-benar menanti kabar darimu, Gwen."

Aku menguap mendengar Mrs. Lane lalu mengambi dua lembar kertas yang di berikannya. Setelah itu aku keluar tanpa mengucapkan apapun. Sambil berjalan aku membaca kertas itu dan mataku tertarik pada satu poin.

How to Get 11 Out of 10 [Harry Styles]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang