21. The Resignation - Part 2

3.6K 497 106
                                    

G W E N

"Gillian?" Kepalaku menengadah melihat badannya yang tinggi. Senyum sukacita itu masih terpasang di wajahnya.

Ia jongkok dan sekarang ia lurus di depan wajahku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ia jongkok dan sekarang ia lurus di depan wajahku. Ia mengulangi pertanyaanya, "bagaimana rasanya?"

Aku ingin berteriak di depan wajahnya, tetapi yang keluar justru suaraku yang lemah, "you did all of this?"

"My pleasure," ia menyeringai.

"Mengapa mereka bisa percaya denganmu?"

"Oh, aku merekam semua pembicaraan kita, sayang. Aku bahkan memutarnya di auditorium."

Air mataku jatuh lagi. Ini benar-benar keterlaluan. Aku tidak percaya. Aku tidak memperlakukannya separah ini. Aku tidak membuat satu sekolah mentertawainya. Dasar pembohong! Brengsek!

Aku menampar pipi kanannya lalu berdiri, "I thought you love me, because I really loved you."

Ia pun berdiri, "dulunya ya. Tapi sekarang? Aku mencintai Ursula yang mencintaiku sejak dulu. Kau tidak mencintaiku apa adanya, Gwen Kruger."

"Tapi aku tidak berbuat sekejam ini dulu!"

"Oh, balas dendam harus lebih kejam. And by the way, pembelaannya, aku hanya berbuat kejam satu hari," ia tertawa. Sungguh aku tidak menyangka akan adanya sisi pendendam dari wajah Gillian.

"Bastard," desisku.

"No," ia menggeleng, "kaulah yang bastard."

Aku menampar pipi kirinya. Gillian memegang pipinya dan tertawa lalu mengigit bibir bawahnya. Kakinya mengarahkannya untuk pergi. Dan aku rasa itu adalah hal yang bagus. Bahkan hanya dalam 5 menit aku sudah muak dengannya.

"Semoga harimu menyenangkan," suaranya menggema di koridor.

***

Manusia adalah mahkluk sosial. Aku tau itu. Satu minggu setelah kejadian itu aku hanya berbicara pada penjaga makanan cafeteria dan guru yang memberikanku pertanyaan. Tidak satupun murid di Jefferson ingin bicara denganku. Entah mereka jijik atau apapun. Tapi aku juga tidak memiliki kepercayaan diri untuk melakukan hal yang sama. Aku tak bicara dengan siapapun. Aku bahkan tidak mood membalas pesan Amy.

George mengantarku ke 93. Semua pertanyaan yang diajukannya padaku tidak ada yang kujawab. Aku tidak mau repot-repot menunggu para orang tua mengantri lift. Hentakkan kakiku memukul setiap anak tangga sempit bangunan ini. Aku memasukkan kunci pintu 93 dan melempar tasku sembarang. Tubuhku aku hempaskan di sofa oranye dekil. Aku meraih bantal dan menimpanya, meredam suara tangisku.

How to Get 11 Out of 10 [Harry Styles]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang