12. Morning in Rome

16.2K 1.1K 4
                                    

-Toast and Gelateria, Morning

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

-Toast and Gelateria, Morning. Roma-

Seandainya Lugio memang seorang yang jujur aku ingin mendengar langsung dari pernyataannya

Bagaimana bisa mereka menculikku?

Dan

Apa alasannya?

"Kau bodoh" ujarnya tiba-tiba.

        "Apa?"

"Kau itu benar benar tidak tahu apa apa ya" lanjutnya

Akhirnya lugio berhenti mengunyah sarapan paginya.

Berhenti sejenak dan memandangku,,

Begitu tajam,,,

Mirip seperti tatapan vitto

     "Lugi,,, kumohon aku benci mengatakan ini, tapi kau lumayan tahu segala informasi penting dan aku disini masih sama sekali tak mengerti apa yang terjadi sebenarnya?!"

      "Aku bahkan tidak mengerti apa yang kau maksud dengan 'jangan percaya pada mama rose'?!"

"Pelankan suaramu nona" lugio memicingkan matanya dan memberi isyarat untuk tenang.

Namun aku tidak sudi membiarkan ini, yang kulakukan hanya menoleh dan mengabaikan kehadirannya

"Oke! Kita bicarakan ini nanti setelah perutku kenyang!".

-Mobil, perjalanan-

Setelah mengemudi selama 11 menit akhirnya lugio unjuk bicara

"Kau spesial" ujarnya.

      "Apa?" aku tak percaya, aku sama sekali tak megerti

"Sejak tadi kau tuli atau apa sih?!"

"Oke! Kau itu spesial! Semua anggota mafia trope X tahu itu!"

Apa yang lugio bicarakan? tapi bukannya aku tidak pernah menduga hal ini, memang kupikir diriku diperlakukan terlalu nyaman sebagai seorang yang 'DIculik'

"..."

Lugio mengenakan kaca mata hitam dan mulai menarik nafas dalam dalam.

"Apa kau tidak lihat cara mama rose memperlakukanmu? Cara vitto begitu segan padamu? Dan bagaimana mungkin chloe sangat tertarik padamu?!"

Mendengar semua pertanyaan Lugio aku hanya menggeleng dan tak berkomentar,

"Kudengar kau menyebut nama 'jeremy' saat tidur. Siapa dia?"

Jeremy?! apa aku menyebutkan namanya!?

oh sungguh... aku... aku masih belum bisa melupakan dirinya

"Hanya teman,,, teman yang hilang entah dimana" jawabku pelan dan tak menghiraukan suara hatiku yang sangat gelisah

"..."

sejenak aku berfikir bagaimana awal cerita aku bisa diculik dan muncul dikamar asing dan menemukan gaun kuning yang dipuji jeremy...

Gaun kuning? benar! aku bahkan hampir melupakan tentang kotak itu!

"Apa kau tahu siapa yang meletakkan kotak dengan tulisan La Lady di kamar chloe yang berisi gaun kuning didalamnya?"

"Tidak, aku bahkan waktu itu tidak tahu kau tinggal bersama kami" jawab lugio ringan.

"Benar..." ya memang sepertinya itu hanya misteri yang tidak begitu penting

tapi...

"Ada apa?" tanyanya.

Aku mulai menutup mataku, "Tidak... itu gaun yang sangat jelek"

benar,, aku hampir saja melupakannya, mengenai misteri gaun kuning dan bagaimana bisa chloe mengenalku begitu saja,,, ada hal yang tidak ku ketahui...

Masih sangat banyak

-----------------

"Kita sudah sampai" lugio keluar dari mobil,

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Kita sudah sampai" lugio keluar dari mobil,

"Rumah tuan bouge tambahnya."

Aku sedikit gemetar, "Apa aku akan dijual lagi?"

"Tidak bodoh, kau akan dimutilasi dan diambil ginjalnya" goda lugio tertawa kecil.

      "Hei!"

"Hahahaha!"

Lugio memasuki halaman luas yang dihiasi tanaman tanman simetris sempurna serta rumput rapih layaknya perumahan perumahan di Malibu.

yang bisa dilakukan Vivi hanya mengikuti pria arogan ini, dari belakang ia hapal betul bagaimana pria ini berpakaian, jika bukan jaket kulit hitam, jaket kulit cokelat lembu, pasti baju Ham dengan lengan pendek yang memamerkan otot lengannya yang padat. lalu celananya tidak pernah formal jika tidak Vito memintanya,,

seketika ia tidak sadar terlarut mengingat setiap hari bagaimana Lugio berpakaian

"Lady??? apa kau jatuh cinta padaku?" tatap lugi sambil menyentuh dagu Vivi.

Secepat kilat Vivi menepak tangan lugi dan marah "Tidak! mana mungkin!"

Lugio selalu senang melihat gadis ini kesal, tapi kali ini ia tidak menggodanya terlalu lama,

karena mereka telah berada di rumah besar Tuang Rouge, seorang keturunan spanyol yang sejak lama menjadi teman bisnis dekat Ayahnya Vitto.

Ruangan itu bagaikan kastil, semua dilapisi perak dan bulu binatang dari russia, tidak heran apa yang dilihat vivi saat percobaan kabut pertamakalinya ia melihat begitu banyak gaya russia, mungkin dari si Rouge ini

seseorang membuka pintu besar yang berada tepat di depan kami, Kepala pelayan mendatangi kami

.

.

"Beliau memerintahkan untuk masuk" ujar sang kepala pelayan

Lugio dengan santai masuk ruangan itu dan vivi juga melangkah ragu sambil melirik bagaimana ruangan kerja si tuan kaya raya ini

tepat setelah melihat vivi masuk, tuan rouge yang berada di kursi empuk seharga jutaan dolar mengucapkan salam dalam bahasa spayol

Vivi menjawab sebisanya lalu ia menggunakan bahasa inggris sehingga lugio bisa mengikuti.

_next Scene_

LADY and DEVIL (TAMAT)Where stories live. Discover now