xxx

53.3K 4.9K 99
                                    

Bayu.

Gue sempat marah sama Indra karena dia udah ngebiarin Kira ditangkep gitu aja. Tapi, mengingat alasan Kira melakukan itu, gue jadi tenang. Setelah beberapa strategi yang sudah kami susun, kami sudah siap untuk menjemput Kira di sana. Tak perlu waktu lama untuk kami bersiap-siap.

Beberapa personel anggota keamanan yang disewa oleh Digory North sudah siap di jalan yang letaknya tidak begitu jauh dari kantor cabang Profesor West. Beberapa petugas menyamar untuk mengamati keadaan sekitar.

Sementara, gue lihat Indra sekarang tengah menarik napasnya berkali-kali. Kami memutuskan untuk menyuruh Indra berpura-pura datang ke sana untuk menemui Kira. Setelah berhasil, kami akan menyusul nantinya.

"Lo pasti bisa, Ndra." kata Hana, cewek itu tersenyum pada Indra.

"Kalo kalian mesra-mesraan terus, gue jadi nyesel bantu kalian." sungut Martin.

Indra, Hana dan gue pun tertawa. Kenapa kami tertawa? Padahal jelas-jelas Martin tidak lucu, dan kami tidak seharusnya bercanda disituasi seperti ini. Tapi percayalah, kami semua sedang mencoba menghilangkan ketegangan.

"Ndra, gerak gih."

Kami berempat menoleh ke arah sumber suara. Di sana, berdirilah sang ketua dari personil-personil keamanan ini. Asal tahu saja, personil keamanan ini bukanlah personil resmi negara Indonesia. Jadi, Digory North menyewa mereka secara eksklusif. Agora Michael, namanya.

Indra mengangguk perlahan, cowok itu segera masuk ke dalam mobilnya. Ya, kami sengaja membiarkan Indra memakai mobilnya sendiri. Agar mereka sedikit terkecoh. Lagi pula, alat pelacak itu masih ada di mobil.

Sebelum Indra benar-benar pergi, gue menghampirinya.

"Gue percayain semuanya sama elo, oke?" kata gue.

Indra mengangguk, "Gue tau." katanya.

Akhirnya, mobil Indra melaju meninggalkan kami.

Kira.

"Mau apa kalian? Gue belom selesai, tau?" ucap gue, yang sedang mencoba menghilangkan rasa gugup gue.

"Kami cuma mau benerin cctv." kata salah satu orang berpakaian hitam itu.

Mungkin, mereka sempat denger gue menghela napas lega. Gue lihat, data itu udah selesai gue copy. Buru-buru gue memasukkannya ke dalam kantong kemeja yang gue pake.

"Nggak usah dibenerin cctv nya, lagian gue udah selesai." ucap gue, sambil menepuk-nepuk kedua tangan gue, merasa bangga.

"Miss Kira."

Gue mengalihkan pandangan. Di ambang pintu, berdiri profesor West dengan senyum lebarnya yang agak-agak menyeramkan.

"Aku sudah bisa menduga, kau pasti bisa menyelesaikannya dengan cepat." ucapnya, lagi-lagi senyum menyeramkannya itu muncul. "Aku ingin kau menandatangani kontrak, tapi, sebelum itu, kau harus bertemu seseorang."

"Seseorang?"

Dahi gue mengernyit, siapa?

"Ya, mari ikut aku. Dan, kalian berdua, tolong ambil chip itu kembali." katanya.

Guepun segera menuruti apa yang di ucapkan profesor West. Gue mengikutinya dari belakang. Hingga kami sampai di sebuah ruangan yang agak kotor, lalu, terdapat suara seperti orang kesetanan. Gue kenal suara ini!

"Indra?!" gue memekik.

Gue gak habis pikir, kenapa cowok ini harus datang ke sini. Maksud gue, kenapa harus cepet-cepet kaya gini?

AftertasteWhere stories live. Discover now