ix

80.3K 8.2K 152
                                    

Kira menatap sekeliling kamarnya dengan pandangan tidak tertarik. Bukan karena kamar hotel ini tidak bagus atau buruk, namun, melihat seseorang yang kini tengah berbaring di ranjang sambil memejamkan matanya membuatnya sedikit muak.

"Sampe kapan sih, lo mau berdiri di situ?" tanya Bayu, ia membuka sedikit matanya untuk melihat Kira.

"Gue.. Sangat nggak tertarik buat tidur di sana, bareng lo, atau apalah itu namanya." ucap Kira, ia memutar bola matanya.

"Terserah. Lo boleh kok, nunggu gue sampe bangun nanti." kata Bayu, ia merubah posisi tubuhnya menjadi tengkurap.

Kira berdecak sebal, ia kembali mengamati kamar ini dan akhirnya, ia memutuskan untuk menyeret satu bantal dari ranjang dan memilih untuk tidur di sofa. Kira memejamkan matanya, ia meringkuk di sofa itu dengan pikiran yang masih melayang-layang entah kemana.

Beberapa saat, Kira hanya memejamkan matanya tanpa tertidur. Ia berpikir untuk mengistirahatkan tubuhnya sebentar, dan mungkin kalau nantinya ia tertidur, itu tidak masalah. Justru, ia bersyukur.

Kira menarik napasnya, ia menghembuskannya lalu membuka matanya. Saat ia melihat wajah Bayu tepat ada di depan wajahnya, Kira sontak memundurkan kepalanya dan menjauh.

"Gue punya rencana," ucap Bayu, ia tidak sedikitpun merubah posisinya.

Dahi Kira berkerut, "Rencana apa?" tanyanya.

"Yang jelas, lo nggak usah tidur malem ini. Lo bisa tidur di jalan nanti atau dimanapun terserah lo, tetapi nggak di sini."

"Maksud lo apa sih, Bay? Eh.. Maksud gue Conor,"

"Tetap panggil gue Bayu."

Kira memutar bola matanya, "Nama lo Conor, bukan Bayu." ucapnya.

Bayu mengangkat bahunya acuh, "Gue lebih suka nama Bayu," katanya.

Bayu bangkit, ia berjalan menuju lemari es yang ada di kamar ini. Berharap, sebuah makanan atau apapun bisa ia bawa nantinya. Tapi nyatanya, lemari es itu kosong. Bahkan, tidak menyala.

"Lo bawa uang?" tanya Bayu.

Kira menggeleng, "Tapi gue bawa credit card."

"Lo bisa berantem?" tanya Bayu lagi.

Kira terkekeh, "Gue pernah ikut taekwondo waktu SMP dulu." ucapnya.

"Okay, Vania bentar lagi sampe. Persiapkan diri lo buat berantem sama penjaga di luar nanti."

Kira bangkit dari sofa, ia menatap Bayu dengan tatapan bingung. "Sebenernya lo kerja apa sih, Bay?" tanyanya.

"Gue kerja sama Professor West di USA, dari kecil gue di sana sama bokap gue. Dan Giovani dulunya juga sama kayak lo, hacker yang di incer Profesor West."

"Kenapa dia bisa tau gue? Emangnya gue sehebat itu apa?" tanya Kira bingung.

"Lo inget waktu lo bantuin perusahaan di Singapore waktu itu? Lo bahkan bisa tahu elemen dari sistemnya, dan lo bisa tembus pertahanannya. Asal lo tau, rival lo itu sempat minta tolong sama Profesor buat bikin sistem pertahanannya."

"Tapi, benteng dari rival gue waktu itu sama sekali nggak menyulitkan gue di banding perusahaan yang lain..."

Bayu menghela napasnya, ia melirik handphonenya yang berisi sms dari Vania yang sudah berada di depan hotel tersebut.

"Siap-siap, Vania udah dateng." kata Bayu, ia mengambil jaketnya yang tergeletak di ranjang lalu memakainya.

Gerakan Bayu terhenti saat Kira menggenggam tangan kanannya, "Apa?" tanyanya.

"Buat apa lo ngelakuin pelarian diri ini? Sama aja lo berkhianat pada pekerjaan lo sendiri," ucap Kira, matanya menatap Bayu lekat.

"Gue nggak tahu, gue hanya nggak mau lo hidup kayak gue." ucap Bayu, ia mengunci tatapannya pada Kira.

"Cuma itu?"

Bayu menggeleng, "Alasan lainnya adalah, karena lo Kira. Lo Kira," katanya.

*****

a.n :

Balik lagi nih gue sama bakir(?) bayu kira maksudnya wkwwkw
Seperti yang gue ingetin di awal, cerita ini emang setiap chapternya gue bikin pendek. Ya bukan short story karena chapternya banyak sih, ya pokoknya gitulah.

AftertasteWhere stories live. Discover now