xiv

69.7K 6.4K 211
                                    

Kira

Fix. Gue benci banget waktu pembantu rumah ini bilang kalau gue adalah pacarnya Bayu. Pacar? Jadi temennya aja gue nggak sudi! Yah emang sih, awalnya gue punya perasaan sama cowok ini. Entah perasaan apa, gak tau deh gue. Yang jelas, gue anggep cowok ini dulu tuh bener-bener kayak pangeran hacker. Yah, lebay sih.

Gue juga kesel, ternyata Bayu ini banyak tingkah banget ya kalo lagi bareng temennya. Yah, maklum aja gue kan gak pernah liat Bayu ngobrol dengan begitu akrabnya sama temennya. Paling juga gue dulu, kalo di sekolah.

"Cantik juga Bay, kok lo bisa sih..." bisik Indra, padahal gue jelas-jelas bisa denger omongannya tadi. Jelas lah, ini kan tangga yang kayaknya menuju ruang bawah tanah. Cuman dugaan gue aja sih.

"Bisa lah! Dia punya gue, awas lu!"

Apa-apaan?! Semenjak kapan gue milik Bayu?! Baru saja gue mau nyautin, cuma, melihat seorang pria yang sepertinya adalah Ayah Indra di bawah sana, gue gak jadi nyeletuk.

"Oh okelah, gue tau gue ganteng. Jadi masih mampu menggaet banyak cewek cakep."

"Bayu?" ucap pria itu, lalu Bayu dengan senyum lebar memeluknya. Bagaikan seorang Ayah.

Sejujurnya, gue sempet bertanya-tanya. Apa sih, alesan Ayah Bayu dibunuh? Apa dia sama seperti Bayu? Berkhianat? Atau apa? Segitu keji nya kah Profesor West?

"Oh ya, kenalin Om Dani. Ini temen Bayu, namanya Kira. Kami berdua ke sini, mau minta pertolongan Om." kata Bayu.

Gue pun dengan cepat melangkah untuk bersalaman dengan Om Dani, yang kelihatannya ramah sekali.

"Pertolongan apa? Oh ya, gimana kabar Papa kamu?" tanya Om Dani.

Gue melihat sekeliling ruang bawah tanah ini. Wah! Banyak sekali senjata. Dari mulai senapan, pistol, dan lain-lain. Gak tau deh namanya apaan.

Sementara Bayu menceritakan semuanya kepada Om Dani dan Indra, aku memutuskan untuk menyimak dan hanya mengiyakan saat Om Dani bertanya padaku.

"Om turut berduka cita atas meninggalnya Papa kamu, Bayu. Tapi, Om menyarankan agar kamu buru-buru menelepon nenek kamu. Om takut sesuatu terjadi di sana. Dan.. Ah ya, apa mereka tahu rumah ini?" tanya Om Dani.

Bayu mengangguk, "Giovani hampir tau rumah siapa aja yang aku kunjungi kalo ke Indonesia, termasuk rumah ini dan rumah nenek." katanya.

"Kamu nggak usah khawatir, siapa sih yang nggak takut sama Om? Yang penting, kamu siapin semuanya. Dari mulai perlengkapan senjata, pakaian kamu dan makanan. Hari ini juga, kamu akan ke Jogja. Om yakin, mereka gak bakal nyelakain nenek kamu. Yakin sekali." kata Om Dani.

"Tapi Om, kayaknya aku gak akan bisa nyetir selama itu. Aku butuh istirahat. Kalau naik pesawat, aku gak bawa paspor. Dan, Kira juga nggak punya paspor."

Dasar Bayu manja! Dia kan bisa menyerahkan urusan menyetir ke gue!

"Oke, hari ini kamu istirahat di sini. Dan besok, pagi-pagi, kamu harus udah berangkat."

"Wow! Kayaknya kalian bakalan ngalamin yang seru-seru ya! Pah.. Indra boleh.. Ikut.."

"Nggak." jawab Om Dani dengan cepat.

"Kenapa enggak?! Indra kan mau bantuin Bayu juga!" kata Indra, suaranya mulai terdengar seperti rengekan di telingaku.

"Oke, oke. Tapi Papa nggak akan tanggung jawab dan ngerasa nyesel kalo kamu tinggal nyawa doang."

"Ih Papa! Enak aja, dikiranya Indra kaga bisa berantem apa!"

Dilihat dari postur tubuhnya, Indra memang keliatan jago berantem. Badannya cenderung lebih bagus dibandingkan badan Bayu yang agak kurus dan tidak terlalu berotot. Indra dadanya terlihat bidang, dengan otot tangannya yang kelihatan sedikit besar, rambut tajam-tajam yang mencuat, dan mata sipit. Mungkin dia ada keturunan Cina, atau Jepang, atau Korea. Tapi, nggak juga. Dilihat dari kulitnya yang agak sawo matang ini.

Tunggu.... Apa gue lagi mendeskripsikan Taylor Lautner?

Masa bodo.

****

Indra menyiapkan sebuah kamar tamu buat gue, sebelum gue istirahat total hari ini dan puas-puasin buat tidur, Indra ngajak gue buat ketemu adiknya. Lia.

"Li, tolong pinjemin beberapa baju buat kakak ini ya.." kata Indra.

Lia memandangku, dari atas kepala hingg bawah.

"Siapa ini?" tanya Lia.

"Kira, temennya Kak Bayu." kata Indra.

"Oh oke, sini Kak." ajak Lia, dia menarik tangan gue masuk ke kamarnya.

Oh oke, sepertinya cewek ini punya dan danan yang ghotic abis. Buktinya, di dinding kamarnya terdapat banyak poster Linkin Park atau apalah itu, gak tau. Dan... Harry Potter? Gue suka Harry Potter!

Demi durian montong yang segede bola basket, Lia ini emang parah banget! Dia ngeluarin banyak kaos warna item dan bergambar tidak wajar. Yah tentu aja, gambarnya kebanyakan gambar lidah ditindik. Emangnya, cewek ini gak bisa minjemin baju yang sedikit normal apa?

"Ini pasti muat. Dan, kakak perlu celana?" tanya Lia, gue pun mengangguk.

"Ngg.. Lia, kalau bisa. Legging atau Jegging ya." kata gue, Lia pun mengangguk.

Setelah semuanya gue pikir cukup, akhirnya, gue pun berterima kasih dan keluar dari kamar tersebut.

"Oh iya Kak, kalau mau mandi, lebih baik di kamar ku aja. Kalau di kamar mandi bawah, Ka Indra suka-suka jorok." kata Lia.

"Di kamar kamu aja deh, bentar ya."

Lia, kamu benar-benar penyelamatku.

AftertasteUnde poveștirile trăiesc. Descoperă acum