x

82.5K 7.8K 197
                                    

Bayu meletakkan tangannya di gagang pintu, hendak membukanya sebelum ia memandang Kira dan seakan pandangannya itu menanyakan siap atau tidaknya kah gadis itu. Kira hanya mengangguk, sambil menatap mata bayu lekat-lekat.

Bayu membuka pintu, dua penjaga itu melihatnya dengan tatapan bingung. "Mas Conor, mau kemana?" tanyanya salah seorang penjaga.

"Cari angin, aja." kata Bayu, ia mempercepat jalannya sambil menarik tangan kanan Kira.

"Tapi enggak boleh tanpa seizin Geovani." kata penjaga satunya lagi.

Kira melirik penjaga itu dengan jengah, ia menendang alat vitalnya sehingga ia mundur dan memegangi bagian itu. Sementara penjaga satu lagi, berlari sambil berbicara di walkie talkie dengan Geovani.

"Cepet!" kata Bayu, memberitahu Kira agar gadis itu berlari lebih cepat.

Kira mempercepat larinya, mereka memasuki lift dan menunggu dengan cemas pintu tertutup. Dan akhirnya, mereka selamat. Tapi, entah sampai kapan kata-kata 'selamat'nya itu berlaku. Setidaknya, untuk awal, itu cukup baik.

Bayu melirik Kira yang napasnya terengah, senyum tipis tersungging di bibirnya. "Gue suka rambut baru lo." ucap Bayu.

Kira hanya diam, tidak membalasnya. Jika ia membicarakan tentang rambutnya, entah kenapa justru membuatnya ingin memberikan tinju kepada cowok di sampingnya ini.

Lift berhenti di lantai satu, mereka langsung berlari dan bertemu dengan Vania di luar hotel tersebut. Ya, Kira berlari sambil terus berharap tidak ada anak buah Geovani yang mengikutinya di belakang.

"Mana Vania?!" tanya Kira.

Bayu tetap berlari sambil menarik tangan Kira agar gadis itu mempercepat larinya, sementara matanya menulusuri mobil dengan plat yang ia cari. Untungnya, ia segera menemukannya.

"Van!" panggil Bayu, Vania menoleh dengan cemas.

"Ini kuncinya, buruan. Gue balik naik taksi," kata Vania, ia melempar kunci mobilnya pada Bayu.

"Thanks! Gue kirim uangnya di rekening lo ntar." teriak Bayu, sebelum memasuki mobil.

"Oke Bay." kata Vania, ia berlari mencari tempat yang aman untuk menunggu taksi.

-••-

"Lo liat penjaga satunya lagi kemana?" tanya Kira, Bayu menggeleng sambil terus menyetir.

"Setidaknya, kita berhasil keluar dari hotel itu."

"Terus, mau kemana?"

Bayu menggidikan bahunya, "ATM maybe? Ngambil uang sebanyak-banyaknya, pindah negara, identitas baru, dan memulai hidup baru." ucapnya acuh.

"Seriously? Lo gila ya?"

"Gue enggak gila, gue waras. Gue emang udah ngerencanain hari ini, entah dari kapan." ucap Bayu, ia terus berdoa agar hari ini cepat berakhir dan muncul hari yang cerah setelahnya. "Gue udah muak hidup di pengaruhi bule-bule itu, Kira. Gue mau tinggal di Indonesia sejak lama, tapi, mereka nahan gue dan ngancem mau bunuh gue kalau gue ngelanggar." ucapnya panjang lebar.

Kira terdiam, ia tidak tahu bagaimana hidup bayu di Amerika sana sebelumnya. Ia juga tidak tahu apa yang terjadi pada cowok ini sebelumnya. Yang ia tanyakan sejak tadi adalah, apakah aku harus mempercayai Bayu untuk kali kedua? Apakah Bayu tidak akan menghancurkan kepercayaanku lagi?

"Gue enggak mau lo hidup kayak gue, Ra. Terkekang sama mereka."

"Terus, sekarang kita mau kemana? Maksud gue, setelah ngambil uang di ATM."

"Kita ke Jogja, Ra. Gue kangen Oma gue,"

Kening Kira berkerut, "Oma?" tanyanya kurang percaya.

Bayu mengangguk, "Sebentar aja. Gue jelasin nanti, oke?"

"Oke."

Aku enggak tau harus percaya atau enggak. Batin Kira, ia membuang pandangannya ke arah jendela dan membiarkan pikirannya terbang. Namun, tiba-tiba saja satu nama muncul di benaknya.

Khafi?

Sedang apa dia? Dimana dia sekarang? Ada hubungan apa sebenarnya ia dengan Fira? Lalu, kenapa sisa rasa ini masih terus saja muncul? Kenapa walaupun hanya dua persen, rasa itu seakan masih bisa terus di rasakan dengan waktu yang lama?

***

a.n :

Sorry for update malemnya hehe. Baru selesai padahal pendek gini. Maafkan sayalah.

AftertasteWhere stories live. Discover now