xxi

63.2K 5.8K 185
                                    

Bakir detected. Bagi siapapun yang nge ship Kira-Indra atau bahkan Bayu-Indra, tolonQ bersabar.

-------------

Bayu

Indra dan Hana sudah tertidur pulas di ranjangnya. Kamar ini terdapat empat ranjang kecil yang terletak disetiap sudut ruangan. Berbeda dengan Kira. Dari tadi, gue cuman pura-pura tidur. Kira kelihatan gelisah, kayaknya lukanya sakit atau apa. Sampai gue gak tahan ngeliat dia kayak gitu, gue bangun.

"Lo kenapa?" tanya gue.

Kira tampak terkejut, "Kok lo belom tidur?"

"Gak bisa." jawab gue singkat.

"Gue gak apa-apa kok." katanya.

"Sakit?"

"Dikit."

Banyak.

"Udah minum obat pereda rasa sakitnya?" tanya gue.

Kira mengangguk, gue sempet lihat dia meringis. Walau jelas sekali bahwa Kira menyembunyikan rasa sakitnya.

Gue bangkit dari ranjang, menghampiri Kira yang sekarang duduk di tepi ranjangnya. Perlahan, gue menuntun tubuhnya untuk berbaring.

"Tidur." kata gue.

"Gak bisa, sakit."

"Gue temenin, oke?"

Gue sama sekali perduli gue diizinin atau engga, karena gue buru-buru menarik selimut hingga menutupi badan Kira.

"Besok kemungkinan besar mereka bakal nemuin kita. Jadi, tidur, please. Lo butuh tenaga."

"Gue... Gue gak pernah ngerasain sakit kayak gini, jadi... Kaget aja."

Tanpa gue sangka-sangka, Kira menangis. Air mata itu tiba-tiba saja jatuh. Lalu, gue harus apa?

"Lo bisa nangis juga?"

"Gak lucu."

"Gaada yang ngelawak, Indra udah tidur."

Kira sempat tertawa sebentar, lalu buru-buru menghapus air matanya.

"Gue ceritain dongeng aja gimana?" tanya gue, padahal gue sendiri gak pernah baca buku dongeng.

"Gue bukan anak kecil."

"Dongeng kan untuk segala usia."

"Bayu, Connor mana?"

Gue tergelak. Tapi, lucu juga. Kenapa bisa Kira mengingat nama gue yang konyol itu?

"Ada di sini." jawab gue.

"Tolong peluk gue."

Eh?

"Kir-"

"Tolong."

Saat itu juga, detik itu juga, gue memeluk Kira. Gausah bayangin gimana posisi kami saat berpelukan saat ini. Karena, gue sendiri gak tau ini posisi apa.

"Lo ngutang dua tonjokan ya." katanya, gue hanya tersenyum tipis.

***

Sekitar pukul tiga pagi kami meninggalkan hotel. Kembali pada tujuan pertama kami, ke Bali. Indra yang menyetir mobil kali ini, karena gue dan... Ehem. Kira, hanya tidur kira-kira dua jam saja.

Gue duduk di jok belakang bersama Kira. Kami sedikit canggung, dan Kira belum ngomong sepatah katapun ke gue. Apa gue salah? Kan, semalem Kira yang minta.

"Haduh, gue masih mau tiduuuur." ucap Indra, sambil setengah menguap.

"Oh ya, hindari jalan yang semalem ya. Masuk pelabuhan, nanti gue yang pesen tiket. Kalian tetap di dalam mobil. Dan, gue yang nyetir." kata Hana tiba-tiba.

Gue mengernyit, "Kenapa harus gitu?" tanya gue.

"Karena kalian pasti di kenal." jawab Hana.

"Hana benar. Gue rasa Geovani gak begitu sadar kalau cewek yang semalem itu Hana. Ditambah, baju Hana semalem itu dress warna kuning. Girly banget. Dan sekarang, dia pake jeans sama kaos doang. Itu cukup. Mereka gak kenal wajah Hana." kata Kira, oh akhirnya dia berbicara juga.

"Gimana dengan mobil?" tanya gue.

"Oh, slow aja. Lo gak liat apa, tadi malem pas di parkiran gue udah nempelin stiker band rock yang didemenin adek gue. Jadi, kemungkinan besar mereka gak tau-"

"What. An. Idiot." cibir Kira.

Sepertinya, Kira harus lebih belajar dengan sifat Indra yang memang kayak gini dari sononya.

"Setidaknya ini menolong sedikit, buat mengelabui mereka. Plat juga udah gue ganti, tadi pagi.. Jam dua." kata Hana.

Wait... Jam dua?

"Lo bangun buat ganti plat, Han? Plat dapet dari mana?" tanya Indra.

"Iya gue bangun jam du-.. Ehm. Kalo lo cek bagasi, lo bisa nemu dua nomor plat. Dua-duanya beda." kata Hana.

"Wah, sepertinya bokap gue yang naro."

Gue sadar betul Hana melihat posisi gue yang gak pada tempatnya tadi malem. Raut wajah Kira juga sudah berubah, menandakan cewek itu juga menyadarinya.

"Lo lumayan juga." kata gue, memuji kecerdasan Hana.

"That's why, bokap gue mau adopsi dia. Iya kan?"

Hana hanya tertawa pelan menanggapi omongan Indra barusan. Kami sampai di pelabuhan. Dan saat ini, Hana sedang siap-siap mengamati keadaan.

"Oke, kayaknya aman. Mana uangnya?" tanya Hana.

Gue buru-buru ambil uang yang tersisa di ransel.

"Kalau nanti gue nengok ke sini, lo pindah ke tempat gue Ndra. Tapi kalo gue gak nengok, lo gak usah pindah oke?"

"Oke."

Kami menunggu di dalam mobil sambil memperhatikan sekitar. Hingga sepuluh menit berlalu, belum ada tanda-tanda mencurigakan disini.

"Wait." gumam Indra, matanya menerawang ke arah sebuah kapal. "Itu.... Apa.. Kita dijebak?" tanyanya.

"Dijebak gimana?" tanya gue, gue gak ngerti.

"Itu salah satu kacungnya Geovani, waktu kita tembak-tembakan di jalan tol." katanya.

Tiba-tiba saja, tangan Kira menyentuh bahuku. "Bayu.... Coba... Lo lihat ke belakang." ucapnya.

Aku menoleh. Disana, sudah ada sekitar empat mobil yang menghadang mobil kami.

a.n :

Gue deg degan wkwkw. Mungkin, kalo Hana mukanya asia. Bakal mirip sama yang di mulmed wkwkw ga secantik Kira, tapi lumayan lha

AftertasteTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon