xi

76K 7.3K 226
                                    

"Dua hari lalu, bokap gue dibunuh anak buah Profesor West." ucap Bayu tiba-tiba, suaranya yang serak memecah keheningan malam.

Kira melirik Bayu, sedikit tidak percaya. Sebelumnya, penilaian dirinya tentang sesosok 'Conor' adalah seorang anak laki-laki hebat, yang bisa melirik perhatian seorang Profesor West, dan hidup serba kecukupan di luar negeri sana.

"Gue baru aja tadi tau, waktu kita baru aja masuk ke kamar hotel. Ada seseorang yang ngasih tau gue via sms, dia sahabatnya bokap gue." lanjut Bayu.

"Tapi intinya, lo awalnya deketin gue cuman buat nyerahin gue ke profesor kan?"

"Iya itu bener. Tapi Kira, gue sama sekali nggak tau kalo Geovani bakalan dateng ke rumah lo dengan cara seperti itu. Yang ada di pikiran gue, dia bakal ngasih lo kontrak kerja sama, dan nyuruh lo nandatanganin."

"Sejak kapan ekspetasi sesuai dengan realita?" ucap Kira, ia membuang pandangannya dari Bayu.

"It's okay, kalo mau lo gitu. Yang penting, sekarang lo ikut gue." kata Bayu cuek.

Setelah itu, tidak ada percakapan lagi di antara mereka berdua. Kira hanya sibuk memperhatikan jalanan yang sudah sangat sepi. Hingga ia teringat sesuatu.

Kira memeriksa punggungnya, ia merabanya lalu menemukan benda kecil dengan lampu berwarna merah.

"Itu alat pelacak. Kenapa lo gak periksa dari tadi?!" ucap Bayu, intonasi suaranya meninggi.

Bayu merampas alat itu dari tangan Kira, lalu membuangnya keluar. Setelahnya, Bayu meraih ponselnya dan tak lama setelahnya, ia membuangnya.

"GPS?" tanya Kira, ia memandang Bayu sinis.

"Bukan. GPS gue mati. Tapi hape gue emang dirancang sebagai alat pelacak juga." ucap Bayu menjelaskan.

"Lo udah restart hape lo tadi kan?"

"Udah. Dan sialnya mereka bisa balikin semua data yang udah ilang, termasuk sms gue tadi ke Vania."

"What an idiot."

Bayu menghela napasnya, sampai kapan ia terus menerus bertengkar dengan Kira seperti ini? Sebenarnya, Bayu mengerti alasan sifat Kira begitu cepat berubah terhadapnya. Lagi pula, dirinya juga tidak mau dikhianati oleh seseorang kan?

"Ngapain kita ke rest area?" tanya Kira.

"Kartu ATM lo mana? Gue ambil semua uangnya, lo kalo mau ke toilet silahkan, gue di mini marketnya. Lo nyusul aja. Tapi inget, gak pake lama. Kita ngejar waktu."

"Gue ikut lo aja."

Bayu mengangkat bahunya, "Okay."

-••-

Kira mengambil beberapa minuman kaleng, makanan ringan, dan untung saja, mini market itu menjual sebuah kaos sehingga mereka mempunyai baju ganti.

"Kaos couple?" tanya Kira, ia mengerutkan dahinya.

"Dari pada lo make kaos promosi brand pembalut yang itu?" kata Bayu, ia melirik sebuah kaos bertuliskan salah satu merk pembalut terkenal di Indonesia.

Kira akhirnya mengalah. Benar juga. Setelah mereka selesai, mereka segera buru-buru kembali ke mobil. Tidak lupa, Bayu mengisi bahan bakar mobilnya sebelum mereka pergi dari rest area.

"Gue perlu hape, dan senjata. Jadi kita sementara keluar tol dulu ya."

"Lo yang memimpin perjalanan ini. Jadi semua terserah lo, toh yang penting gue ikut kan?"

Bayu tersenyum. Kira memang berbeda. Dia tidak seperti perempuan yang kebanyakan ditemui Bayu di Amerika sana. Meskipun cantik-cantik, namun bagi Bayu, wanita Indonesia lebih cantik dan menarik dibanding mereka.

"Wait.... Tadi, uang gue bener-bener abis?" tanya Kira.

Bayu mengangguk. "Sisanya di ransel." katanya

"Gokil. Kenapa harus gue yang bayar? Kesannya gue yang rugi."

"Karena uang gue dikontrol sama bokap, sementara sekarang bokap gue gaada, dan semua jatuh ke tangan Profesor West."

"Errrr.... Okeoke."

-••-

a.n :

HAIIIII IM COMEBACKKKKKKKKKKK. ADA YANG KANGEN BAKIR? WKAKAKAK
Btw gue pernah bilang, gue mau ngirim cerita gue ke penerbit. Oke. Gue batalin rencana gue, karena gue sadar gue belum siap menghadapi penerbit. Ceritanya gue publish disini, judulnya moonlight. Selamat baca! Semoga kalian bisa jatuh cinta sama anak anak keluarga Adijaya ya!

AftertasteWhere stories live. Discover now