xvi

66.6K 6.4K 188
                                    

Kira

Kami keluar dari rumah Indra sekitar jam tiga pagi. Keadaan saat itu sepi sekali. Setelah menyiapkan barang-barang yang akan kami bawa, kami pun menyiapkan diri.

"Its gonna be coooll yeahh! Oh yes oh nooo!" kicauan siapa lagi selain Indra, cowok itu emang tong kosong nyaring bunyinya.

"Watch your english bro." kata Bayu, menyahuti Indra.

Gue buru-buru masuk ke jok depan mobil, sebelum Indra menempatinya. Gue gak bakal ngasih tempat gue dengan cuma-cuma, of course.

"Ah ya, handphone? Powerbank? Udah bawa itu semua kan, kak?" tanya Lia.

Powerbank? Ya, kami memang membawanya beberapa. Tapi, lagi pula handphone yang saat ini gue pegang adalah salah satu handphone keluaran tahun 90 an. Yang batrenya awet, gak perlu pake powerbank.

"Udah semua kami bawa." kata Bayu.

"Bayu, hati-hati." kata Om Dani.

Bayu tersenyum, kami semua sudah siap di dalam mobil. Akhirnya, kami berangkat.

"I'm gonna miss you dadd!!" teriak Indra.

Astaga, anak itu.

Gue mengambil sebuah buku dari ransel yang gue letakkan dibawah kaki, lumayan, buat baca-baca. Buku ini gak sengaja, uhm ralat, sengaja gue temukan di kamar Lia. Akhirnya, gue minta pinjem aja. Ya walaupun pasti isinya tentang cinta-cintaan gak jelas.

"Jadi, apa misi pertama kita?" tanya Indra, dia kelihatannya semangat banget.

"Misi palalo peang!" kata gue.

"Lho, kalian pasti dong nyiapin misi pertama!"

"Misi pertama kita ke rumah nenek gue, memastikan keadaannya aman. Dan kedua, gue mau bawa nenek gue ke rumah sodara gue di daerah Jogja juga, biar mereka gabisa celakain nenek gue." jelas Bayu.

"Bukan itu Bay! Maksud gue, misi berantem-berantemannya."

Nah kan, benar. Itu yang tadi ada di kepala gue. Mana mungkin nyamperi nenek Bayu dianggap sebuah misi oleh Indra?

"Itu belakangan. Yang penting, tugas lo dan gue itu melindungi Kira. Dan lo, Kira, juga harus jaga jarak sama mereka."

"APA-APAAN?! Lo pikir gue gak bisa berantem apa?!" kata gue, tentu aja gue protes!

"Bukan gitu Kira, tapi selama ini yang diincer mereka itu lo. Dan gue tentunya, sang penghianat. Tapi dari pada lo yang kenapa-napa, mending gue yang kenapa-napa."

"Oh so sweet. Gue terharu banget, dickhead."

"Woah! Cewek lo menarik banget ternyata ya, Bay." ledek Indra.

Astaga. Sampe kapan gue ada di antara dua cowok idiot kayak gini?! Mending kalo dua cowok idiot ini kayak Harry Potter dan Ron Weasley gitu, masih bisa ditoleran lah.

Kami masih sibuk pada kegiatan masing-masing dimenit-menit berikutnya. Bayu yang fokus menyetir mobil, Indra yang sibuk main gamebot, dan gue yang sibuk baca buku percintaan.

Yah, biasa, seorang cewek yang gak sengaja ketemu cowok. Lalu cewek itu dihianati, lalu...

Suara tembakan terdengar, dan berhasil menembus kaca mobil belakang kami. Untungnya, peluru itu melesat hingga kaca depan mobil. Jadi, tidak ada yang terluka.

"Ndra... We gonna do some party, yes?" kata Bayu, ia menoleh ke spion.

"Sure." kata Indra.

Bayu menekan tombol, entah tombol apa, yang pasti saat ini atap mobil ini terbuka. Indra dengan cepat mengambil senapan yang sudah dibekali Ayahnya tadi.

"Ndra, lo bisa kan?" kata Bayu.

"Lo nggak perlu meremehkan gue."

Gue lihat, Indra dengan tenang dan fokus menembakkan senapannya ke arah ban mobil yang sedang mengejar kami. Ah, lalu gue harus apa?!

Tembakan pertama Indra melesat, dan dua orang menembaki mobil kami dari sana. Gue dengan cepat menyambar sebuah pistol, lalu membuka jendela. Gue gak pernah menembak sebelumnya, tapi entah kenapa tembakan gue berhasil mengenai salah satu orang yang sedang menembaki mobil kami.

Aksi tembak-tembakkan di jalan tol, mungkin besok jadi headlines di koran dan berita.

Indra masih menembak dengan membabi buta ke arah mobil tersebut, sama dengan gue. Entah tembakkan gue tertuju ke arah mana. Yang gue tahu, sepertinya tembakkan gue hanya melesat ke badan mobil saja. Yah, setidaknya orang itu sudah terluka dan berhenti menembak.

"YES!" kata Indra, cowok itu ternyata sudah berhasil mengenai ban mobil depan.

Seketika, mobil itu kehilangan arah. Dan berhenti mengejar kami. Indra sudah kembali pada posisi awalnya saat ini, dan Bayu kembali menutup atap mobil ini.

Kaca mobil kami rusak, tidak parah, namun kaca belakang hampir bolong walau tidak sepenuhnya.

Tapi harus gue akui, Indra boleh juga.

AftertasteWhere stories live. Discover now