"Mereka bilang seks dapat berguna untuk kehamilan, siapa tahu kita bisa dapat anak kembar?"

__

"Dia terbentur apa?" bisikku pada Baekhyun yang duduk di seberangku.

Saat ini aku dan Baekhyun sedang berada di ruang makan rumah Yoona, berniat untuk sarapan. Ketika aku dan Baekhyun berjalan menuruni tangga tadi, salah satu pembantu menyuruh kami untuk segera ke ruang makan. Sesampainya kami di ruang makan, aku tidak dapat mempercayai mataku. Tadi kulihat Yoona sedang menyiapakan makanan dan mengatur alat makan. Ia melihat kami dan tersenyum lebar sebelum menyuruh aku dan Baekhyun untuk duduk. Setelah itu ia kembali berjalan kedapur.

"Aku tidak tahu," Baekhyun menggelengkan kepala sambil melirik kearah dapur. "Haruskah kita memakan semua makanan ini?" bisiknya sambil memandangi berbagai macam makanan yang ada di depan kami.

Semuanya terlihat enak, terutama steaknya. Ah, wanginya sangat lezat dan terlihat sangat enak!

Baru saja aku membuka mulut untuk menjawab, Yoona datang dan meletakkan pancake kimchi di atas meja.

"Dan ini sajian terakhir! Selesai! Wah, sudah lama meja makanku terlihat penuh dan cantik seperti ini. Biarkan aku mengambil foto sebentar," ujar Yoona sambil menarik keluar ponselnya dari kantong celemek dan memotret. Dia terkikik senang sendiri kemudian melihat kearahku dan Baekhyun.

"Hey, bisakah kalian berdua mendekat kearah meja? Aku ingin kalian berdua ada dalam foto bersama masakanku!" pintanya dengan ceria.

Terkejut, aku melotot kearah Baekhyun dan ternyata ia juga melakukan hal yang sama. Dari wajahnya ia terlihat kaget dan bingung. Aku kembali melihat Yoona. Ia masih memandangi kami dengan senyuman lebar diwajahnya.

"Sorry? Aku tidak salah dengar?" tanyaku.

Yoona tertawa dan menggelengkan kepala. "Tidak kak!" jawabnya.

Oke, aku mulai merasa sedikit aneh mendengarnya memanggilku kak.

"Aku akan melanjutkan koleksi album hidupku. Aku ingin memotret momen dimana Baekhyun akhirnya kembali memakan masakanku setelah sekian lama dan hari dimana kau mencoba masakanku untuk pertama kalinya! Sekarang mendekatlah dan berpose!" perintahnya sambil mendorongku lembut mendekat kearah meja dan melangkah mundur.

Aku melirik Baekhyun yang wajahnya hanya memiliki satu ekspresi. Bingung.

Aku menghadap kamera begitu mendengar panggilan Yoona dan tersenyum canggung. Ia menyuruh kami melakukan pose lain dan dengan senyuman yang sama, aku mengangkat tangan kiriku dan membentuk huruf V.

"Aaah! Manis sekali!" ucapnya gembira. Ia meletakkan ponselnya dimeja dan melepas celemek yang dikenakannya. Seorang pembantu menghampirinya dan mengambil celemek itu dari tangan Yoona.

Yoona duduk dikursi tepat diujung meja. "Selamat makan!"

Ia mulai mengambil makanan di atas meja. Aku tidak tahu apakah ini karena kehamilannya atau bukan namun makannya sangat banyak. Piringnya hampir penuh dengan makanan.

Saat ia menyuap suapan pertama, ia memandangiku dan Baekhyun. "Kenapa kalian tidak makan?" Tanyanya. Aku melempar lirikan pada Baekhyun dan menendang kakinya di bawah meja. Ia mengerang kesakitan dan memelototiku.

"Kenapa kau tidak makan?" tanyaku padanya sambil melotot.

"Kau sendiri kenapa?" tanyanya balik, tidak kalah melotot.

"Kalian ini kenapa?" tanya Yoona, menarik perhatian kami padanya. Aku dan Baekhyun saling bertatapan dan menggelengkan kepala. Dalam diam dan bingung aku mulai mengambil steak yang daritadi sudah kupandangi.

Namun Baekhyun, ia masih terlihat ragu untuk mengambil makanan dan sesekali melirik Yoona dan aku.

"Ah, kau bingun dengan perubahan sikapku ya?" tebak Yoona tersenyum sambil memotong sosis di piringnya.

"Bingo," jawabku dan Baekhyun bersamaan. Yoona tertawa.

"Well," Yoona berhenti makan dan meletakkan pisau-garpunya. Ia menyilangkan tangannya diatas meja dan memberikan kami senyuman yang hangat. "Setelah percakapan terbukaku dengan Baekhyun –karena kau disana-, aku menyadari sesuatu," Mulainya, menunduk menatap piring di depannya.

"Aki ungat saat kami masih SMA dan berpacaran," ia melihat kearah Baekhyun dan kemudian mengarahkan pandangannya padaku. "Dia berkata padaku, 'Im Yoona, aku mencintaimu apa adanya. Jangan pernah berubah. Tetaplah menjadi kutu buku dan kelilingi dirimu dengan buku, karena kau terlihat paling cantik seperti itu.' Kata-katanya selalu terngiang di hatiku dan sudah melekat dalam diriku. Meski begitu, aku merubah penampilanku saat mengetahui bahwa Baekhyun menjadi seorang photographer. Aku tahu, dengan penampilanku yang seperti kutu buku aku tidak akan pernah memiliki kesempatan untuk bertemu lagi dengannya. Semenjak ia mencampakkanku Baekhyun memblokir semua akses komunikasi denganku. Mungkin karena aku terus-terusan menghubunginya. Dan seperti yang ia katakan, aku kembali mendapatkan nomor teleponnya namun masih mendapatkan perlakuan yang sama. Hal itu membuatku berhenti sejenak," Yoona tertawa kecil.

"Ya, aku akhirnya memilih menjadi model. Aku bekerja keras untuk berkesempatan menjadi model Baekhyun sampai suatu hari, ibunya menghadiri peragaan busana dimana aku tampil. Setelah peragaan selesai, ia juga ada di afterparty dan kami mengobrol. Aku dan ibu Baekhyun memiliki banyak kesamaan, dan ia mengatakan akan mengenalkanku pada anaknya," lanjut Yoona, menunduk tersenyum.

Yoona mengangkat kepalanya dan matanya tidak lagi melihat kearahku. Melainkan pada Baekhyun yang mendengarkan semuanya dengan wajah serius.

"Hatiku berdegup kencang saat aku akhirnya melihat wajahnya lagi. Dia sangat gentle padaku. Tapi entah mengapa ia semakin kasar padaku dan mengabaikanku. Karena itu aku terus menerus mencoba menarik perhatiannya, berharap ia mengatakan mengapa ia seperti itu. Tapi sepertinya aku justru mendorongnya lebih jauh. Aku sedih dan marah. Kemudian kabar pernikahan kalian sampai di telingaku," Yoona kembali menunduk.

"Aku sangat cemburu. Aku sangat membencimu tanpa alasan. Yah, sebenarnya ada satu alasan bodoh," tawanya sambil melirik padaku. "Aku membencimu karena Baekhyun mencintaimu, bukan aku. Dan fakta itu membunuhku. Jujur saja, kupikir kau akan menyerah dengan Baekhyun saat aku menyampaikan berita kehamilanku. Aku sangat senang saat kau menyuruh Baekhyun untuk tinggal disini. Tapi aku sadar, meski raganya disini, pikirannya berada ditempat lain dan aku tahu dimana lebih tepatnya. Setelah aku mendengar apa yang Baekhyun katakan,"

Yoona berhenti dan menggenggam tanganku, membuatku terkejut dengan perilakunya. Sentuhannya sangat lembut dan aku dapat merasakan ketulusan hatinya dari caranya menggenggam tanganku.

"Baekhyun benar. Aku sangat mencintainya dengan seluruh hatiku. Aku mencintainya lebih dari yang kau dan Baekhyun tahu. Tidak ada ada yang bisa mendeskripsikan betapa besarnya cintaku padanya. Saat Baekhyun memintaku untuk tidak membunuh bayinya karena itu justru membuatnya semakin membenciku, aku mulia berpikir, 'Ya, benar. Kenapa aku membunuh bayi yang memiliki darah dan DNA-nya? Aku seharusnya merawatnya karena bayi ini bagian dari Baekhyun,'. Saat itu aku menyesali usahaku untuk bunuh diri dan bersyukur bahwa kalian mendobrak masuk ke dalam kamarku," ucapnya.

Air mata berlinang di kedua matanya, mengalir satu demi satu ke pipinya. Aku tidak bisa menahan untuk menghapus tetesan airmatanya dengan jariku, senyuman tipis tersungging di bibirnya.

"Maafkan aku, sudah membuat masalah dan menyakitimu. Maafkan aku sudah merusak pernikahan kalian. Sekarang, setelah kupikirkan sepanjang malam," Yoona melihat kepada Baekhyun dan menggenggam tangan Baekhyun, tanpa melepaskan genggamannya padaku. "Aku memberikan restuku pada kalian," ucapnya.

Aku dan Baekhyun menatap satu sama lain, tidak mempercayai apa yang baru saja Yoona ucapkan.

Tidak mungkin Yoona menyerah begitu saja dalam waktu satu malam. Aku baru saja menyerbu masuk kerumahnya kemarin dan hari ini ia sudah memberikan restu pada aku dan Baekhyun?

Haruskan aku dan Baekhyun mempercayai Yoona? Atau tidak?


update update update!

I Met You On Our Wedding Day [BAHASA INDONESIA]Where stories live. Discover now