"Kau punya teman untuk bermain sekarang," Ucap Jessica, menunjuk dirinya sendiri. Aku tertawa.

"Ya memang, tapi tetap saja berbeda," balasku. Aku merasakan tatapannya padaku dan aku menoleh balik menatapnya.

"Kau menyukainya?" tanya Jessica.

Aku tersenyum dan mengangguk, mengalihkan pandangan ku darinya. "Kurasa iya. Aku mulai jatuh hati padanya. Ia sangat menarik bagiku," Jawabku, masih dengan senyuman yang menolak untuk hilang dari wajahku.

"Aih, kalian berdua sangat manis! Terlalu manis sampai membuatku ingin menangis," candanya membuat kami berdua tertawa. "Tapi sungguh, kalian seperti pasangan omong kosong di novel yang dipaksa untuk menikah tapi pada akhirnya jatuh cinta satu sama lain dan hidup bahagia. Apakah kau sedang mencoba mereka ulang adegan novel-novel tersebut?" godanya. Aku tertawa.

"Haha, novel-novel seperti itu memang menggelikan. Tapi ketika kau mengalaminya sendiri, kurasa rasanya indah dan romantis," jawabku sambil tersenyum lebar.

Jessica mendorong pelan pundakku dan tertawa. "Aku tidak tahu kau orang yang seperti ini. Kesan pertama ku padamu adalah mesum," ucap Jessica.

Aku langsung menengok ke arahnya. "Kenapa?"

"Taeyeon bercerita padaku kalau kau menelanjanginya saat ia tidur. Apakah kau benar-benar tidak menyentuhnya?" ia bertanya dengan tatapan curiga.

"Tidak! Aku benar-benar tidak menyentuhnya," belaku. Dan hal itu memang benar adanya! Aku berhasil menahan nafsuku malam itu. Jika tidak, Taeyeon pasti sudah hamil sekarang.

"Baiklah aku percaya," Jessica tersenyum dan meneguk minumannya, menikmati music Jazz yang mengalun indah.

Aku bercengkrama dengan Jessica sepanjang sore sampai pada akhirnya ia harus kembali ke butih untuk mengurus sesuatu. Tidak lama setelah ia pergi, aku juga memutuskan untuk pulang karena sudah hampir waktu makan malam. Aku tidak ingin Taeyeon makan malam sendirian. Lebih tepatnya memastikan bahwa ia sudah makan. Aku juga ingin meminta maaf karena sudah menganggunya tadi.

*****
Kemacetan sialan!

Aku sudah terjebak macet selama 2 jam dan sudah hampir jam 9 saat aku memasuki halaman rumah. Aku berjalan masuk dan langsung menuju ruang makan untuk mengambil makanan. Aku merasa buruk meninggalkan Taeyeon makan malam sendirian tapi percayalah, aku mencoba pulang lebih cepat. Kemacetan yang tidak mengizinkanku.

Saat aku berjalan masuk ke ruang makan, aku melihat pemandangan yang tidak terduga.

Disana, Taeyeon tertidur dengan kepalanya diatas meja, kedua tangannya menjadi alasnya. Aku berjalan mendekatinya dan jongkok sehingga wajahku selevel dengan wajahnya. Taeyeon terlihat sangat sempurna.

Matanya dengan bulu mata hitam yang lentik.

Hidungnya yang membiarkannya bernafas.

Bibirnya merah mudanya yang diciptakan begitu indah.

Semua begitu sempurna. Mungkin inilah yang orang-orang lihat saat mereka sedang jatuh cinta: kesempurnaan.

Aku tersenyum dan mengusap pipinya. Ia sedikit bergerak dan sedikit-sedikit mulai membuka matanya.

"Ah, kau sudah pulang," ucapnya saat menyadari keberadaan ku dan mengucek mata. "Oh tidak! Makanannya sudah mulai dingin!" Ia panik saat menyadari makanannya yang sudah tidak mengeluarkan asap.

"Tidak apa. Aku akan tetap memakannya. Aku sudah terlalu lapar untuk menunggu makanannya dihangatkan," Ucapku sambil berjalan dan duduk di kursi tepat didepannya. Ia menatapku dan mengangguk.

Aku mengambil satu suap nasi goreng kimchi yang sudah disediakan dan rasanya cukup enak. "Memang sudah dingin tapi rasanya masih lumayan. Masih bisa dimakan," kataku.

Taeyeon memandangi ku. "Benarkah? Menurutmu rasanya lumayan? Tidak terlalu asin atau apapun?" Tanyanya dan aku menggelengkan kepalaku.

"Tidak, rasanya lumayan. Mengapa?" aku bertanya balik padanya. Aku melihat pipinya merona dan ia menundukkan kepalanya.

"Aku membuatnya," Ucapnya dengan suara kecil namun aku masih bisa mendengarnya.

Aku terkejut dengan pernyataannya. "Apa?" aku bertanya tidak percaya.

Memang terdengar tidak sopan tapi terakhir kali ia memasak rasanya sangat asin dan membuatku ingin muntah. Tapi kali ini rasanya lumayan dan layak untuk dimakan.

"Aku yang memasaknya. Dengar, aku minta maaf karena sudah memakimu tadi siang. Aku harus menyelesaikan lukisannya malam ini. Aku harus fokus. Saat aku selesai, aku mencarimu dan Sulli memberitahuku kau sedang pergi dengan temanmu. Sejujurnya aku merasa sangat bersalah dan memutuskan memasak untukmu sebagai permintaan maaf," Ujarnya tanpa melihat ku sama sekali, terus menunduk selama menjelaskan alasannya memasak ini.

Aku tersenyum melihat perilakunya. Sisi dirinya yang polos membuat hatiku semakin tertarik padanya.

"Bagaimana kau belajar masak?" tanyaku.

"Seohyun membantuku memasak. Aku sangat ingin membuat makanan yang lumayan layak untuk dimakan. Aku minta maaf Baekoong," ucapnya, berjalan kearahku dan mengecup pipi kananku.

Hatiku berdesir dan berdegup kencang. Aku terduduk kaku, terkejut dengan ciuman mendadak dari Taeyeon dan juga nama panggilan darinya.

Taeyeon kembali duduk di kursinya dan mulai memakan nasi goreng buatannya. Di pipinya masih terdapat rona merah. Aku tersenyum melihatnya.

Aku sangat tersanjung Taeyeon mau belajar masak untukku. Caranya meminta maaf padaku sangat manis dan cute.

Kau membuatku semakin jatuh cinta padamu Tae.

"Permintaan maaf diterima, Taengoo," ucapku, membuatnya tersenyum indah.

I love yah XOXO

I Met You On Our Wedding Day [BAHASA INDONESIA]Where stories live. Discover now