14 - Apakah Hantu Juga Bisa Sakit?

2.4K 133 21
                                    

Aku pingsan...

Aku tidak begitu ingat apa yang terjadi saat itu, aku hanya merasa kalau ada beberapa teman sekelas yang menuntunku berjalan menuju sebuah lorong panjang. Aku ingin melihat wajah mereka, tapi sayang mataku kesulitan melihat wajah-wajah mereka. Salah seorang dari mereka membantuku berbaring di atas tempat tidur dalam ruangan serba putih, kuucapkan terima kasih dengan sangat lirih padanya.

Kupejamkan mataku sejenak, mencoba membuat tubuhku merasa lebih baik. Entah telah berapa lama mataku terpejam. Ketika kubuka mataku, tak ada seorang pun disekitarku, selain seorang anak laki-laki yang bersandar pada dinding putih.

Ruangan tempatku berada terasa sempit, ada dua buah tempat tidur dengan tirai dan kotak kaca tergantung di tembok. Sebuah meja cokelat terlihat ada di salah satu sudut ruangan bersanding dengan sebuah kursi cokelat. Bagian atas meja itu dipenuhi buku dan catatan yang tak kukenal.

"Ahh akhirnya kau bangun Aya..."

Anak laki-laki yang bersandar pada salah satu bagian dinding putih itu adalah Aji, ia tersenyum seperti biasanya. Ada beberapa pertanyaan yang ingin kutanyakan kepadanya begitu aku melihatnya. Akan terapi kuurungkan niatku ketika Aji terlihat mengambil sesuatu dari bawah tempat tidur.

"Efek bunganya berkurang, kau harus minum lagi Aya. Sepertinya cahaya matahari membuat efeknya berkurang lebih cepat. Besok aku akan mengusulkan agar tempat dudukmu dipindah."

Tak ada suara yang keluar dari bibir mungilku, kata-kata Aji sempat membuatku tak bersemangat. Setelah tadi pagi menikmati cahaya matahari yang biasanya tak bisa kunikmati, kini akhirnya aku harus kembali menghindarinya.

"Jadi aku tetap lemah pada matahari ya? Hmm... Padahal kupikir kelemahanku itu telah hilang."

Aji hanya terdiam sambil mengeluarkan sebuah termos air dari sebuah tas kecil yang ia ambil dari bawah tempat tidur. Kemudian ia menuangkan air kembang hangat dari termos ke dalam gelas yang ia ambil dari lemari kaca.

"Oh ya Aji, ngomong-ngomong tempat ini... Tempat tidur siswa?"

Kupikir Aji akan mengangguk kecil atau mendiamkanku kembali, tetapi ternyata ia malah tertawa. Apakah ada yang salah dengan pertanyaanku?

"Ah maat Aya, tempat ini adalah UKS. Tempat merawat siswa yang sakit, anggap saja seperti rumah sakit sekolah."

Mendengar penjelasan Aji, aku hanya mengangguk sambil meminum air kembang yang ia berikan padaku. Air harum nan hangat itu mengalir masuk ke tenggorokanku. Untuk sejenak aku merasa tubuhku sedikit lebih segar.

"Bagaimana pelajaran pertamamu Aya?"

"Tidak buruk, awalnya aku pikir ini terlalu cepat. Namun setelah menyadarinya, cepat atau lambat aku harus terbiasa hidup dengan manusia. Karena itulah aku mencoba sedikit memaksa diriku..."

Kukembalikan gelas kaca yang telah kosong itu kepada Aji, ia pergi sebentar untuk membersihkan dan mengeringkan gelas itu di kamar mandi. Saat Aji pergi aku merasakan aura dan gelombang-gelombang aneh yang muncul di ruangan sekitar tempatku berada.

Tak beberapa lama kemudian Aji kembali, ia membawa gelas kaca yang nyaris kering sempurna. Ia mengeluarkan sebuah kotak biru berisi makanan kesukaanku, Telur Ayam Kampung Rebus...

"Oh ya Aya, tentang ingatanmu... Apakah kau sudah mengingat sesuatu?"

Aji bertanya tepat saat aku menggigit telur rebus pertamaku, aku mudah saja memakannya karena Aji telah mengupaskan kulitnya untukku. Mulutku terlalu penuh untuk bicara. Sampai telur gurih itu tercerna sempurna di mulutku, aku hanya bisa menjawab pertanyaan Aji dengan gelengan kecil.

Malam Sebelum JumatWhere stories live. Discover now