01 - Gadis Kecil di Atas Beringin

10.8K 409 46
                                    

Saat itu, aku tak menyangka bahwa aku akan melihatnya lagi.

Kedua mataku kini terpaku menatap sesosok gadis dalam balutan gaun putih, kulihat rambut panjangnya yang tertiup angin dengan lembutnya. Hanya suara gemerisik dedaunan beringin di bawah sinar rembulan yang menemaniku.

Gadis berambut panjang itu duduk di salah satu dahan pohon beringin yang paling besar. Rambut panjangnya menjuntai sampai menyentuh ujung kakinya, sementara itu salah satu matanya hitam sayu menatapku. Aneh, aku tidak bisa melihat mata sebelah kirinya karena rambut-rambut poninya.

Dalam balutan kain putih koyak itulah, ia terlihat menawan dengan langit malam dibelakang tubuhnya. Menawan dan mengerikan.

"Mendekatlah..."

Bibir mungilnya bergerak, ia memanggilku. Tanpa suara, hanya dengungan yang terdengar bagai bisikan di kepala. Apakah itu semacam telepati? Atau aku terlalu lelah sampai-sampai mendengar suara-suara aneh dalam kepalaku? Entahlah, yang aku ketahui aku merasakan ada sesuatu yang seolah-olah menarik tubuhku untuk mendekatinya.

Di bawah sinar rembulan itu, kulit pucatnya terlihat rapuh bagaikan kertas. Sementara itu rambut-rambutnya hitam lembut tertiup angin bagai benang-benang sutera. Kuakui dia benar-benar cantik, tapi kecantikan seperti itu bukanlah kecantikan milik manusia. Bagaikan fatamorgana, kecantikan milik makhluk itu hanyalah ilusi.

Kulangkahkan kakiku menjauh darinya dengan sepasang mata yang tak mau lepas darinya. Mata bola hitam kelam itu nampak bergerak-gerak seolah ingin menyampaikan sesuatu, aku tahu ia kecewa untuk alasan yang tak kumengerti.

Namun mengapa ia tak mengejarku? Seolah beringin tempatnya berada kini adalah sebuah penjara baginya. Gadis itu tak bisa berbuat apa-apa selain meremas ujung gaunnya. Kekesalannya padaku membuatnya tanpa sengaja membuat jemari tangannya yang lentik menjadi jemari busuk dengan kuku-kuku tajam.

Suara-suara itu kini menghilang dari kepalaku. Begitu juga sosok gadis itu yang perlahan menghilang bagaikan kabut dari pandangan mataku.

Kututup pintu belakang rumahku. Bayangan akan sosok dan juga tatapan mata sendu itu terasa begitu menghantuiku. Bahkan setiap kupejamkan mata, sosoknya akan muncul dalam benakku tanpa bisa kukendalikan. Apakah ini semacam kutukan? Atau aku hanya merasa kesepian saja?

Aku tertawa tanpa suara saat berjalan menaiki tangga menuju kamarku yang berada di lantai atas. Begitu kubuka pintu kamarku, hal yang pertama kulihat adalah jendela kamar yang terbuka. Dari jendela itu aku biasa mengawasi gadis itu, dan ia tahu bahwa aku sering melihatnya diam-diam.

Sosoknya yang penuh misteri membuatku terus bertanya-tanya akan keberadaannya. Apakah dia manusia? Hantu? Atau makhluk lainnya? Kalau dia adalah hantu, mengapa hanya dia yang kulihat? Bukankah jika hantu merupakan sosok manusia yang sudah mati, bukankah jumlah mereka banyak dan dunia ini akan dipenuhi oleh makhluk seperti mereka?

Bahkan meskipun aku sudah beberapa kali menuju Bukit Sujati untuk menziarahi makam Ayah kandungku, tapi tak sekalipun aku melihat makhluk seperti gadis di atas beringin itu. Aneh bukan?

Selain itu, mengapa gadis itu terus berada di atas beringin itu? Apakah ia semacam roh penunggu atau semacamnya? Atau ada kekuatan lain yang menyebabkannya terperangkap pada tempat itu?

Kututup daun jendela lalu kubaringkan tubuhku pada tempat tidur. Langit-langit kamar yang gelap perlahan menciptakan bayangan sosok gadis itu. Kugelengkan kepalaku dengan cepat untuk menghilangkannya, lalu kutarik selimut dan mencoba untuk tidur.

Malam harinya, aku bermimpi aneh. Entah mengapa, seakan-akan aku melihat diriku yang lain

Ia berdiri memandangku dengan senyuman ganjil. Di atas sebuah bukit dengan beringin yang sama seperti di belakang rumahku.

Kemudian di atasnya kulihat gadis itu meloncat turun menerkam sosok diriku yang lain.

Malam Sebelum JumatWhere stories live. Discover now