36 - Chandra dan Bara

16 8 0
                                    

Sebuah kamar, dengan meja rias jati bercermin bundar. Akutak tahu warna apa yang melapisi dinding kamar itu, ataupun warna ubin yangkupijak. Karena semuanya terlihat gelap dengan hanya sebatang liling berada diantara aku dan cermin itu.

"Akan kuhapus semuakesedihanmu gadis kecil"

Sebuah suara, terdengar dari dalam cermin dan bergema keseluruh sudut ruangan.

Sosok itu perlahan mengambil wujud bayanganku, mengubahnyamenjadi sesosok wanita muda berwajah putih pucat dengan mata hitam yangkehilangan pasangannya. Wanita muda itu tersenyum kepadaku, menunjukkan deretangigi-gigi tajamnya.

Tapi Aku tak takut, karena ini bukan kali pertamanya Akumelihatnya.

"Akan kubebaskan kaugadis kecil, dari penjara ini. Penjara yang dinamakan kehidupan"

#############

Tubuhku jatuh terduduk di atasaltar berlantai bambu, Chandra yang duduk di unduakan altar tertinggimeninggalkan semadinya. Sosoknya terlihat kabur dengan kepalaku yang masihdipenuhi oleh ingatan-ingatan yang tak kupahami.

"Sepertinya kau sudah mengingat sesuatuGadis Kuntilanak."

Dengan kasarnya Chandra menarikleher bajuku, gambaran ingatan itu mulai menghilang dan digantikan dengan keduamata Chandra yang kini menatap tajam dan menusuk ke arahku. Aku tidak tahukenapa laki-laki itu terlihat marah, akan tetapi ia terlihat seperti inginmembunuhku.

"Nah sekarang ceritakan!Bagaimana bisa kau berada di dalam tubuh Demitnya? Bagaimana bisa wanita itumenyerahkan tubuhnya begitu saja?"

"A... Aku... Aku tidak tahu..."

"Masih belum bisa mengingatnyaya? Kalau begitu mungkin Aku bisa membantumu."

Chandra melemparkanku kembali kelantai bambu, ia kemudian menarik sebuah paku dari saku celananya. Sebuah Pakuhitam berwarna kemerahan, tunggu. Apa yang akan dia lakukan dengan PakuPuntianak milik Aji?

"Jadilah milikku, GadisKuntilanak!"

Paku Puntianak itu kembali masukke kepalaku sebelum aku menyadarinya, tapi rasanya sangat menyakitkan. Berbedaketika Aji yang memasukkannya, seolah-olah benda itu mencoba menghancurkankepalaku dari dalam.

Tubuhku tersungkur di atas altarbambu, perlahan kurasakan ujung kakiku mulai memadat dan kembali menjadi bentukmanusia, begitu juga dengan bagian tubuhku yang lainnya.

"Bahkan meskipun dalam wujudmanusia, kalian benar-benar terlihat mirip satu sama lainnya."

Kusentuh keningku yang berdenyut,kurasakan kini kepalaku mulai terasa sakit. Aku berharap bisa kabur sekarang,Paku Puntianak sudah ada di dalam tubuhku. Jika aku menyia-nyiakan kesempatanini maka Aku mungkin takkan pernah bisa pergi dari tempat ini.

"Merasa kesakitan ya? Bukankahkau juga merasakan hal yang sama saat bersama dengan anak laki-laki itu?

Lalu kini apa bedanya?"

Kulihat aliran sungai yangmengalir di bawah altar, kemanapun air itu mengalir pasti pergi keluar dari guaini. Kuseret tubuhku ke arah pinggir altar untuk mencoba menjatuhkan tubuhku kealiran sungai. Tapi saat itu juga rasa sakit di kepalaku menyerang dengan amatterasa menyakitkan. Sial! Laki-laki itu menggunakan Paku Puntianak untukmemaksaku terus berada di tempat ini.

"Hentikan sekarang juga, Janganmelakukan hal yang sia-sia. Dengan kondisi tubuhmu saat ini kau tak mungkinbisa melawan Paku Puntianak yang telah dialiri oleh Auraku.

Paku Puntianak telah mengakuikusebagai majikanmu Aya."

#############

Setelah bersusah payah menurunilereng gua dengan mengikuti aliran sungainya, pada akhirnya aku kembali kekamar tempat aku terbangun. Tapi kali ini aku tak perlu bersusah payah untukkembali naik, karena Chandra membopongku kembali ke kamar itu dengan keduatangannya.

Malam Sebelum JumatWhere stories live. Discover now