55 - Masa Lalu

10 0 0
                                    

"Sebenarnya, Baskara bukanlah majikan pertamaku. Majikan pertamaku adalah Sugito."

Widia memulai ceritanya, sebagai sesama perempuan Aku merasakan getir yang terasa ketika Ia memulai ceritanya. Ada rasa jijik, benci, dan takut ketika bibirnya mulai bergerak menceritakan kisah masa lalu Baskara.

"Sugito menangkapku saat Aku masih berada dalam wujud Demit liar yang sering memangsa orang-orang di sebuah kuburan tua di bagian selatan pulau Jawa.

Aku tidak tahu darimana Ia mendapatkan Paku Puntianak Kencana Kemuning, tapi Ia berhasil membuatku terjebak bersamanya.

Dia mungkin adalah majikan pertamaku, tapi majikan pertama yang berhasil melakukan kontrak sempurna denganku hanya Baskara seorang."

Sekilas kulihat wajah Baskara memerah, Ia mencoba menyembunyikannya dengan meminum kopi luaknya kembali. Aji yang tak memperdulikan itu lebih memilih fokus mendengarkan Widia yang bercerita sambil menundukkan wajahnya.

"Sugito adalah dukun yang terikat dengan perguruan Gagak Hitam, dia adalah salah satu petingginya."

"Gagak Hitam? Apa yang kalian maksud adalah orang-orang aneh berpakaian hitam dengan ikat kepala yang bisa menembakkan aura dengan keris aneh mereka?"

Aji tiba-tiba menyela, membuatku mengingat laporan Lia selama kami tidak ada di rumah, tentang orang-orang yang tiba-tiba menyerang rumah.

"Jadi kalian juga sudah berhadapan dengan mereka?"

"Tida Widia, temanku yang menghadapinya untukku."

Setelah memikirkan ancaman dari Gagak Hitam, entah mengapa Aku merasa bahwa masalah yang kami hadapi dengan Chandra bukanlah apa-apa dibandingkan dengan apa yang nanti akan kami hadapi. Perguruan Gagak Hitam masih terasa samar bagi kami, selain itu keberadaan kontraktor puntianak seperti Baskara membuktikan bahwa masih ada kontraktor lain yang lebih berbahaya lagi.

"Boleh Aku lanjutkan ceritanya? Menceriakan hal seperti ini pada orang lain selain Baskara membuatku merasa tidak nyaman."

Aku dan Aji menganggukkan kepala kami bersamaan, sepertinya waktu akan berjalan begitu lambat dan begitu lama, tapi kami tak perlu khawatir. Aji sudah mengabari Ajeng tentang keterlambatan pulang kami, dan Aku sudah menghubungi Lia untuk menyiapkan sayuran dan bumbunya agar dapat kumasak begitu kami pulang.

"Sugito, tidak seperti dukun yang lainnya Ia adalah seorang penipu. Ia tidak pernah menggunakan kekuatannya untuk menolong orang lain, karena apa yang Ia lakukan hanyalah menipu orang-orang.

Ia menggunakan kekuatannya untuk membuat orang-orang kagum kepadanya, tapi sekalipun dia tak pernah menolong orang-orang yang pernah dia tolong.

Selain penipu, dia adalah seorang kakek tua mesum yang suka mencabuli pasien wanitanya, dan Baskara...

Adalah salah satu hasil dosanya."

Baskara membuang mukanya, menyembunyikan kebencian yang ada pada sepasang mata cokelat mudanya, salah satu alasanku sering menjauhi manusia yang menangkapku adalah untuk menghindari orang-orang seperti Sugito. Pada dasarnya dimataku hanyalah mangsa yang bisa berubah menjadi makhluk menjijikan.

"Sugito mempekerjakanku untuk memunuh orang-orang yang ingin Ia singkirkan, selama ini hanya itulah pekerjaanku. Aku tak pernah memperdulikan pada wanita-wanita simpanan yang sering Ia gunakan di rumahnya meski Aku ada disana. Tapi kemudian Ia sering melakukan hal-hal aneh dengan memintaku mengganti dan memakai pakaian di hadapannya.

Saat itu Aku pikir dia takkan tertarik padaku karena tubuh manusiaku yang belum sempurna memiliki lubang di belakang tubuhku yang sering kusembunyikan di balik pakaianku, tapi ternyata bagi Sugito asalkan Aku memiliki wajah yang cantik Ia tak mempermasalahkannya.

Malam Sebelum JumatDonde viven las historias. Descúbrelo ahora