35 - Karang Bulan

19 9 0
                                    

Dunia kini benar-benar terlihat berbeda dengan sebelumnya. Dunia yang kuanggap indah berubah menjadi sarang monster mengerikan yang siap untuk memakanku.

Begitu aku masuk ke dalam hutan itu, makhluk-makhluk yang kepalanya berada di bawah tubuhnya itu langsung menembakkan bola-bola api dari mulut mereka. Melihat hal itu Agnia segera menggunakan api tubuhnya untuk melindungiku.

"Pasukan Banaspati ya? Bocah tua itu benar-benar mengendalikan mereka seolah-olah makhluk-makhluk tak berotak itu adalah prajurit penjaga.

Datanglah, Api Saqar!"

Api di tubuh Agnia berpindah di tangannya, lalu meluncur ke arah makhluk-makhluk aneh itu.

Tubuh Banaspati memiliki wujud yang mirip seperti kera tanpa bulu, dengan kepala yang berada di bawah tubuh dan juga kaki yang menggantung di atas kepala mereka. Kedua tangan makhluk itu berada di kedua sisi tubuhnya, mengumpulkan energi aura dan menembakannya kepada kami.
"Agnia, kita harus mencari tempat yang lebih luas, kalau seperti ini aku akan kesulitan menyerang mereka dengan keris Atmaja!"

"Tak bisakah kau menggunakan keris itu untuk menembakkan aura tubuhmu bocah?"

Menembakkan aura? Bagaimana caranya?

Banaspati-banaspati api yang ada di udara muncul semakin banyak, Agnia yang merasa bahwa usahanya untuk menghancurkan Banaspati dengan Api Saqar sia-sia mulai mencoba strategi baru. Ia kumpulkan seluruh Api yang ada di tubuhnya di kedua kakinya lalu mencoba menendang mereka satu persatu.

Strategi itu berhasil, satu persatu Banaspati itu tumbang, akan tetapi sayang sekali. Ketika Banaspati terakhir nyaris terkena serangan Agnia, Banaspati itu meledakkan tubuhnya sampai membuat tubuh Agnia terpental menghantam pokok Pohon Waru.

"Sial..."

Agnia mengumpat, aku mencoba untuk menolongnya berdiri. Tapi saat kugerakkan kakiku seekor makhluk yang terlihat mirip dengan Banaspati muncul dari tanah dan menyeret kakiku ke tanah.

Dengan satu tusukan Keris Atmaja makhluk itu terlihat menguap berubah menjadi asap putih dan melepaskan tangannya dari kakiku.

"Bansapati Tanah ya? Aku pikir bocah tua itu hanya menguasai Banaspati Api."

Agnia berdiri di belakangku, sepertinya ia bisa segera pulih setelah menerima serangan berbahaya itu. Dalam hati Aku bersyukur, Banaspati-banaspati lain juga sudah tidak terlihat dimanapun.

"Ngomong-ngomong bocah, barusan apa yang Keris Atmaja lakukan pada Banaspati itu?"

"Entahlah, tubuh makhluk itu seakan berubah menjadi asap. Tapi sebelum seluruh tubuhnya hancur makhluk itu pergi melarikan diri."

"Boleh aku memegangnya?"

Kuserahkan bilah Atmaja yang telah lepas dari sarungnya pada Agnia. Saat tangan Agnia mendekati bilah keris itu, Api merah yang menyelimuti tangan Agnia tiba-tiba padam secara mendadak.

"Difusi Aura ya? Tapi bagaimana Eyang mendapatkan senjata sehebat itu?"

"Difusi Aura?"

"Akan kujelaskan secara singkat padamu bocah, tapi sebelum itu mari kita lanjutkan perjalanan kita."

Kuanggukkan kepalaku. Aku dan Agnia melanjutkan perjalanan kami untuk memasuki bagian terdalam hutan. Semenjak kami mengetahui kemampuan Keris Atmaja dalam mendifusikan Aura, Agnia menjadi lebih terlihat santai. Keris Atmaja memiliki kemampuan untuk melemahkan setiap serangan yang Banaspati lakukan pada kami.

Selain itu Banaspati yang menyerang kami secara langsung juga bisa langsung terkena serangan fatal dari Keris Atmaja.

"Difusi Aura adalah kemampuan khusus untuk membuat Aura kehilangan kemampuannya dalam membentuk wujud. Aura adalah pancaran dari roh, dan ketika Aura kehilangan kemampuan mempertahankan wujudnya roh di dalam Aura akan terlepas ke udara.

Konsep pemadatan aura pada ilmu Demonology dikenal sebagai Ectoplasma, sementara konsep roh dikenal sebagai spirit.

Demit seperti Banaspati, Gadis Kuntilanakmu, dan juga Palasik yang kita hadapi memiliki tubuh fisis yang juga memiliki kemampuan pemadatan aura, dan juga roh di dalam tubuh fisisnya. Tapi berbeda dengan manusia yang rohnya terperangkap dalam tubuhnya, demit dapat memanipulasi roh dalam tubuhnya untuk berinteraksi dengan Aura di luar tubuhnya.

Pada akhirnya tubuh fisis mereka hanyalah wadah untuk berinteraksi dengan manusia.

Sementara itu Jin sepertiku adalah makhluk yang murni terbentuk dari roh murni dengan tubuh fisis berbahan dasar api, karena itulah untuk mempertahankan wujudku saat ini aku menggunakan konsep pembentukan Ectoplasma

Dan Keris Atmaja yang ada pada dirimu sekarang adalah, benda pusaka yang mendatangkan mimpi buruk bagi kaumku maupun kaum para Demit"

Sekuat itukah Keris Atmaja? Tapi kalau memang begitu, kenapa Kakek tua itu memberikan senjata ini begitu saja? Aku ingin menanyakan hal itu pada Agnia, akan tetapi melihat jalan keluar dari hutan Karang Bulan membuatku menahan pertanyaanku untuk lain waktu.

Namun entah mengapa, aku merasa hal ini sama seperti ketika Kakek Slamet memberikanku Paku Puntianak untuk menangkap Aya setelah memancingnya keluar dari Pohon Beringin di belakang rumahku.

"Kita sudah hampir sampai bocah."

Terlihat di hadapan kami, sebuah ngarai dengan tebing batu dan aliran sungai kecil yang mengalir. Orang-orang menyebut tebing batu itu sebagai karang Bulan, karena dari bawah Karang itu Bulan akan terlihat sangat indah saat bersinar.

Seperti malam ini, Bulan terlihat tersenyum sempurna di langit. Tapi sayangnya keindahan bulan ini akan membunuh kami. Karena seperti namanya, Chandra yang berarti Bulan. Kekuatan laki-laki itu berasal dari Bulan.

Dan kekuatannya akan sempurna ketika Bulan menunjukkan seluruh wujudnya pada Sang Malam.

Malam Sebelum JumatWo Geschichten leben. Entdecke jetzt