39 - Serangan Udara Jenglot Terbang

23 8 0
                                    

Saat kupejamkan mataku, air sungai di sekitar tubuhku berubah menjadi menghangat. Lalu ketika mataku terbuka, sebuah api raksasa telah menyala di belakang tubuh Mina.

Menyadari ada bahaya di dekatnya, Mina segera menyingkir dengan mengibaskan ekornya dengan cepat. Akan tetapi gerakan ekornya terhambat oleh sebuah tangan kecil yang menjambak rambutnya.

Agnia muncul dengan tubuh yang berselimutkan api, tepat sebelum seluruh api itu padam ia memindahkan seluruh apinya ke salah satu tangannya. Saat itulah aku tahu apa yang akan dilakukan Agnia pada Mina, dengan seluruh sisa tenagaku kudorong kedua kakiku menjauh dari Gadis Ifrit gila itu.

Tubuhku sempat menjauh beberapa meter, lalu kembali terdorong kembali oleh ledakan api milik Agnia. Air sungai berubah semakin hangat dan panas, tubuhku berontak tapi hal itulah yang membuatku semakin tenggelam dan terseret oleh arus air.

Sampai kemudian tubuhku terangkat oleh tangan mungil seseorang.

"Kau hebat juga bocah!"

Gadis Ifrit itu melemparkanku ke atas tanah berumput, disana tergeletak Keris Atmaja yang kotor oleh debu dan tanah. Dengan ujung jaketku kubersihkan bilah berlekuknya, dan memasukannya kembali ke sarungnya.

Dua Jenglot berhasil dikalahkan, jika si tua Slamet benar berarti masih ada tiga Jenglot lagi yang masih belum keluar.

"Ternyata kalau basah kuyup mukamu jelek sekali ya bocah."

Agnia segera merapat mendekatiku, bersiaga jika ada serangan balasan dari Jenglot lain. Mendengar komentarnya Aku tak bereaksi dan tetap fokus mengawasi area sekitar, sampai kemudian tangan kecil Agnia mengeluarkan api mungil yang terarah ke wajahku.

"Keringkan dia! Api Saqar!"

Api itu meloncat ke tubuhku tanpa peringatan, refleks tanganku mencoba menepisnya. Tapi tanpa Keris Atmaja api itu dengan mudah meluncur ke tubuhku dan membakarku dengan api hangatnya. Dalam sekejap tubuhku langsung kering, akan tetapi bau angus tercium menyengat dari tubuhku.

"Jangan khawatir bocah, gadis seperti Aya takkan memperpedulikan bau badanmu bukan?"

Karena takut kejadian yang tak terduga barusan terulang, Aku berniat untuk membalas kata-kata Agnia. Tapi sebelum Aku mengatakannya Gadis Ifrit itu mendorongku menjauh darinya.

Beruntung kali ini Aku tak jatuh ke tanah berumput lagi, dan lebih beruntungnya lagi Agnia berhasil menghalau serangan dadakan yang muncul tepat setelah ia mendorong tubuhku.

Jenglot kelelawar yang dulu pernah memaksaku untuk tiarap ke tanah dan membuatku tak berkutik dengan sayapnya tiba-tiba muncul dan menukik untuk menyarangkan tendangan hebat ke arah kami.

"Ratri si Gadis Kelelawar! Berani-beraninya kau menyerang tanpa peringatan!"

"Sayang sekali gadis jin, Aku tak mau repot-repot berbicara denganmu!"

Ratri kembali terbang ke udara, Agnia yang baru saja menggunakan apinya untuk melindungi kedua tangannya yang menangkis serangan Ratri segera memadamkannya. Ia memilih menyimpan kekuatannya untuk serangan di kesempatan yang lebih baik.

Berbeda dengan Mina dan Ranna, musuh kami saat ini bisa terbang dengan bebas di udara.

Melihat manuver Ratri di udara, Aku menyadari satu keanehan. Kenapa Ia tidak menggunakan manuver menyerang balik, jika Agnia memadamkan apinya?

Kualihkan pandanganku ke arah lain, saat itulah Aku melihat bayang kepak sayap lain yang terdengar samar dan terbang melayang di dekat Agnia.

"Agnia! Di belakangmu!"

Karena tak menyadari serangan tiba-tiba yang muncul dari belakang tubuhnya, Agnia terlambat mengeluarkan serangan Apinya. Dengan mudah makhluk bersayap itu menggunakan kedua tangannya untuk mengangkat Agnia ke udara dan melemparkannya kembali ke tanah.

Malam Sebelum JumatWo Geschichten leben. Entdecke jetzt