Tanpa kata Boby pun meninggalkan mereka, menuju perpustakaan. Dan benar, Farish masih ada disana....

~~~

Di sebuah gedung usang tak terpakai yang sebenarnya tidak jauh dari keramaian pasar. Seorang preman menggendong tubuh Elaine bagaikan membawa sebuah karung beras ke dalamnya.

BRUK!!!

Dengan seenaknya preman itu meletakkan tubuh Elaine keatas kardus-kardus. Kini, gadis itu sedang bersama 3 preman.

"Bocahnya pingsan bos. Gimana nih?" Tanya preman 1 setelah meletakkan tubuh Elaine.

"Yah, gak gimana-gimana lah." Si bos preman mengeluarkan pisaunya. "Justru bagus, kan. Jadi kita bisa seneng-seneng tanpa kesusahan."

Sementara Elaine dalam keadaan gawat seperti itu, seseorang yang mengaku dirinya 'sahabat terbaik' Elaine sedang tertawa dan senyum-senyum sendiri sambil memandangi gedung usang itu dari kejauhan.

"Hmm. Dengan begini pada akhirnya Michelle-lah yang akan disalahkan atas semua yang terjadi." Ucap Andela pada dirinya sendiri.

"Jadi, dari awal memang berniat untuk menggunakan pertengkaran Michelle dan sepupumu sendiri. Lalu menghancurkan keduanya bersamaan?" Tanya seseorang di belakang Andela, kagetkan dirinya.

"Kak Boby? Kenapa masih disini?"

Boby hanya diam, Andela langsung berbalik, kali ini dia lebih kaget saat melihat Boby bersama seseorang. Seseorang yang menurutnya harusnya juga ada di dalam sana.

"Kak Shania?? Kenapa ada disini?!"

"Sepertinya ada kesalahan komunikasi antara kamu, Michelle dan preman yang kamu mintai tolong itu."

Boby pun menunjukkan HPnya, terlihat Joitus di layar HP Boby. Andela langsung memeriksa HPnya.

"I-ini- Kenapa cuma... Elaine?"

PLAK!!

Belum selesai Andela dari kagetnya melihat berita Elaine di Joitus, Shania menampar gadis itu. Boby benar-benar kaget melihatnya. Pipi yang masih sakit bekas ditampar Elaine itu kembali memerah.

"Kamu bilang kamu sahabat terbaik Elaine?! Lihat apa yang kamu lakuin!!" Teriak Shania sambil memegang kerah baju Andela. "Kak Shania tahu, Kak Shania jahat sama kamu. Michelle juga mem-bully kamu. Tapi, Andela yang Kak Shania dan Kak Ve tahu anak yang baik, anak yang rajin, penurut dan ramah sama orang! Bukan pendendam seperti ini! Kemana Andela yang dibangga-banggain Kak Ve?!" Teriak Shania, tanpa disadari air matanya menetes.

"Kak Shania, aku-"

"Kebakaran!! Tolong!!"

Tiba-tiba suara rusuh orang-orang berteriak terdengar dari arah pasar yang mengelilingi gedung usang itu. Alihkan perhatian mereka bertiga.

"E-Elaine!!" Andela berteriak kencang ke arah sumber suara, hampir saja berlari ke pasar itu, namun Boby menahannya.

"Kita pergi ke tempat Michelle dulu sekarang."

"Ta-tapi-"

"Ikut Kak Boby!!"

Boby pun menarik Andela, membawanya ke tempat teman-teman mereka.

Sementara itu di dalam gedung usang itu.....

BRAK!!

BRUG!!

BRAK!!

Terdengar suara gaduh di luar sana.

"Ada apaan, tuh?" Tanya si bos preman. "Coba cek gih sana." Perintahnya pada preman 2, preman 2 itu langsung menurutinya dan pergi mengeceknya. "Lalalala." Si bos preman mulai membuka dasi Joifuru yang mengikat di leher Elaine perlahan, setelah membuka blazer Elaine sebelumnya.

Joifuru High SchoolWhere stories live. Discover now