"Sendirian aja, Syel?" Tanya seseorang dari balik punggung Michelle yang sedang duduk di kursi kayu itu.

"Memangnya harus sama siapa lagi?" Tanya balik Michelle pada orang yang perlahan sudah ada di dekat Michelle.
"Hmm. Kenapa akhir-akhir ini jadi melempem? Apa karena rasa itu kembali hadir merasuki hati, lo?" Tanya orang itu lagi, Michelle hanya tertawa sesaat.

"Wah! Wah! Joitus segitu hausnya akan berita kami ya, Ndel?" Tanya Michelle lalu berdiri menghadap, ya pada Andela.

Andela hanya tersenyum. "Yah, begitulah." Andela lalu duduk di kursi kayu yang sebelumnya diduduki Michelle, "Sejak kapan tahu status gw?"

"Hmm. Yah, belum lama, sih." Michelle kembali duduk, duduk di sebelah Andela. "Tapi, itu juga gak penting buat gw. Selama kalian gak mengganggu rencana gw." Michelle tersenyum menatap Andela.

"Hmm, gw akan bantu kalau itu bagus."

"Hah? Lucu juga melihat kalian lebih memilih membantu hal yang menyakiti saudara kalian demi Joitus."

"Saudara? Siapa? Sejak kapan? Dia bukan sepupu gw, gak akan pernah gw anggap dia sepupu gw."

"Hmm. Kalau Kak Ve?" Tanya Michelle masih tersenyum.

Andela terlihat berpikir. "Hmm, dia gak ada urusannya."

"Hmm. Kalau Elaine, gimana?"

Andela langsung menatap Michelle yang entah mengapa tersenyum begitu lebar sambil menaikkan kedua alisnya. Sejenak keheningan terjadi, akhirnya Andela menjawabnya.

"Bukannya sejak awal, lo udah melibatkan Elaine."

Andela hanya menatap lurus pemandangan di depannya.

"Hmm. Yah, benar juga sih. Ahahaha!" Michelle tertawa begitu lepas hingga dirinya terbatuk-batuk menghentikan tawanya.

"Le? Kamu gak apa-apa kan?" Tanya Andela khawatir, dengan nada bicara seperti dulu, bukan sebagai Andela Joitus, tapi Andela sahabat Michelle.

Andela langsung mendekat pada Michelle.

"Hmm. Gw gak apa-apa. Lo tenang aja."

Michelle tersenyum, tapi wajah Andela tetap terlihat khawatir dan terus memandangi sudut bibir Michelle.

"Kenapa sih, Ndel?"

Barulah Michelle sadar, ada bekas darah di bibirnya itu, saat menyekanya dengan tangan.

"Le, kamu-"

"Lupakan obrolan kita hari ini." Michelle langsung berdiri. "Anggep aja gak ada." Ucap Michelle lalu pergi tinggalkan Andela.

Tanpa diketahui, seseorang yang mereka kenal baik, merekam kejadian dan obrolan keduanya. Seseorang yang merekam dengan tangan gemetar dan keringat dingin mengaliri tubuhnya.

Perasaan itu masih terasa hingga di perjalanan pulangnya. Raut wajahnya terlihat begitu aneh, tidak riang gembira seperti biasanya. Membuat kekasihnya yang sedang memakan es krim sambil berjalan di sampingnya itu kesal sendiri.

"Kenapa sih?" Tanya Gracia menghentikan langkahnya.

Hamids hanya menatapnya datar.

"Ishh!!"

Gracia langsung menariknya untuk duduk di sebuah bangku kayu di taman.

"Makan!"

Gracia menyodorkan es krim yang sedari tadi dimakannya pada Hamids.
"Gak nafsu, babe." Jawab lemas Hamids.

Joifuru High Schoolحيث تعيش القصص. اكتشف الآن