2-2

8.6K 932 455
                                    

Calum's POV

Pernahkah gadis ini tidak merepotkanku walau hanya sedetik?

Jawabannya, tidak.

Ia dengan keras kepala berdiri di tengah hujan deras dan membawa kue tartnya, meneriakiku, meminta perhatianku agar aku turun.

Dan ketika ia berhenti berteriak - teriak, saat itulah aku merasakan ada yang tidak beres dengannya.

Ia jatuh pingsan diantara derasnya hujan, sambil masih memegang boksnya keras kepala. Aku jadi penasaran, dengan apa ia membuat kuenya, apakah ia menambahkan emas dan perak pada kue itu?

Ah, kue itu tidak penting. Namun, gadis berambut pirang dengan tahi lalat di dekat mata itu lebih penting. Aku tidak menyangka, ia rela seperti ini demi aku.

Bagaimana mungkin ia bisa membuatku dari sebal kemudian cemas? Kurasa, ia selalu menemukan caranya sendiri.

Aku ditemani Ashton -yang membawa payung- turun ke bawah, dan aku segera berlari ke arah tubuh tak berdaya Summer.

"Summer, Sum, Summy!" perlahan, aku menepuk - nepuk pipinya halus, berharap ia akan sadar. Namun nihil, tubuhnya dalam suhu yang tinggi dan tubuhnya lemas.

Ashton berlari ke arahku dan melindungi kami dari hujan dengan payung yang ia bawa, kemudian ia meraih boks merah muda yang didekap erat oleh Summer.

Seharusnya, aku menerima boks itu dari awal. Sehingga ini semua tidak perlu terjadi....

Tidak pernah terpikir olehku jika akan ada seorang gadis yang nekat demi aku. Maksudku, ya, Luna tidak akan pernah melakukan hal se-nekat ini.

"Ayo, kita harus segera membawanya ke dalam." Ashton menepuk bahuku pelan, membuatku segera tersadar ke alam nyata.

Aku mengangguk dan membopong tubuh Summer masuk ke dalam apartmentku, membawanya masuk ke dalam kamarku dan segera aku menidurkannya di atas tempat tidur.

Bibirnya pucat, matanya tertutup erat, jari - jarinya berkerut karena terlalu lama terkena air. Ia seperti mayat hidup yang cantik.

"Aku akan mengambilkan handuk untuknya, dan membuatkan teh hangat. Kau tugasmu, mengganti pakaiannya. Kurasa, ia akan segera demam." Celoteh Ashton, membuatku mendongak ke arahnya.

"Ash." Panggilku, saat ia hendak keluar meninggalkan kamar.

"Ya?"

"Apakah ia akan baik - baik saja..."

Ashton memandangku dan Summer secara bergantian, aku bisa merasakan bahwa ia ikut cemas.

"Ya, ia akan baik saja. Kita hanya harus segera menangani hal ini," Dan dengan itu, Ashton keluar dari kamar.

Aku ingin berterimakasih padanya, namun aku mengurungkan niatku itu. Fokusku sekarang pada Summer, dan hanya Summer.

Dengan sigap, aku beranjak dan mengambil kaos Green day favoritku dan sebuah celana pendek untuk Summer.

Kali ini aku tidak akan macam - macam padanya walaupun aku menggantikan pakaiannya.

Aku terhenti ketika menatap wajahnya, dan tanganku tergerak untuk menyentuh pipinya halus.

Ia sangat, sangat, sangat cantik.

Saat aku berkata padanya bahwa aku phobia orang cantik, aku jujur padanya. Semenjak Luna meninggalkanku, aku menganggap semua gadis cantik hanya akan pergi meninggalkanku seperti apa yang Luna lakukan padaku.

Dan, aku sangat menghindari sosok perempuan - perempuan cantik yang hanya akan berakhir menyakitiku.

Namun, ia; Summer. Ia cantik, ia baik, ia mandiri walaupun ia sedikit naif.

Groupie101 • calumhoodWhere stories live. Discover now