1-6

9.9K 907 328
                                    

Summer's POV

Sudah empat hari sejak kepulanganku ke Sydney dan tanpa Calum di sisiku.

Namun setidaknya, ada Megan yang telah kembali dari Florida untuk menemaniku.

Sebenarnya, ada-tidak ada Calum, rasanya tetap biasa saja karena setiap kali kami bertemu pun pasti bertengkar.

Namun, kalau dekat tengkar, kalau jauh kangen. Seperti itulah perasaanku padanya saat ini.

Ia mungkin tipikal pria yang akan dihindari oleh wanita manapun; namun tidak denganku.

Ia adalah tipikal pria yang sangat ingin aku jinakkan. Pria yang ingin aku tunjukkan arti menghargai wanita; dan pria yang kuharapkan selalu terbangun di sampingku setiap pagi hari.

Jika memang ini yang orang katakan dengan jatuh cinta, ya aku jatuh cinta dengannya.

Aku selalu kecewa jika ia bersikap mengacuhkanku dan di detik kemudian aku akan dengan mudah memaafkannya; aku tidak punya hati untuk berlama-lama marah padanya.

Dan, aku juga selalu khawatir padanya, jika itu yang disebut cinta, maka aku benar-benar cinta padanya.

Ya. Aku bukan tipikal wanita yang gengsi dan menutupi perasaannya, aku adalah wanita yang independent, aku menyukai kejujuran dan kebebasan.

Getaran ponselku menginterupsi my silent thoughs, membuatku bangkit dari ranjangku dan memungut ponselku.

From: Calum
semenjak kita berpacaran dan management memintaku untuk tetap mesra denganmu

From: Calum
jadi aku mengajakmu kencan

To: Calum
jadi kau sudah kembali ke Sydney?

From: Calum
yes, i'll pick you up at 8

Setelah mendapat pesan dari pacark-Calum, aku segera bersiap untuk pergi berkencan dengannya.

*
Calum benar-benar menjemputku pukul 8, dan untungnya aku sudah siap, jika tidak, ia akan mengomel dan menungguku berdandan dengan tidak sabaran.

"Kau mau kemana?" Tanyanya, ketika kami sudah di dalam mobil.

"Um, breakfast?, park, or-"

"I think its better we are staying in your bed." sahutnya cepat, sambil menyalakan mesin mobil.

"Calllum!" Aku memanjangkan huruf L pada namanya, membuat ia memutar bola mata dengan tampak kesal.

"Whaaat?!" jawabnya, dengan nada penuh kekesalan.

Aku selalu suka membuat Calum kesal dan marah, merupakan suatu kebanggaan jika aku dapat membuatnya kesal seperti ini. Ia sudah sering kesal, sewot, marah dan acuh kepadaku, sehingga sudah makanan sehari-hari untukku.

"We're going to park!" pintaku, menggelayuti lengannya dengan manja.

"No." jawabnya cepat, sambil menjauhkan tubuhnya dariku. "Kita hanya akan membeli sarapan, kemudian pulang."

"Ugh, fine." Gerutuku, sambil menyilangkan lenganku di dada.

Ia memperhatikanku dan jalanan secara bergantian, menyadari bahwa aku sedang marah padanya.

"Summer, oh God, kenapa kau marah-fuck," desahnya kesal, namun aku hanya melanjutkan aksi mogok bicaraku dengannya.

"Summyyyyy." panggilnya lagi, kini memegang pundakku lembut. "Okay. We're going to park." ia akhirnya menyerah, mengalah dariku.

Groupie101 • calumhoodWo Geschichten leben. Entdecke jetzt