2-3

8.2K 847 552
                                    

Author's POV

Calum menarik nafas panjang, melepaskan genggaman Luna. "Kurasa, kita tidak bisa bersama lagi."

"Apa?"

"Apa?" Calum balik bertanya. Ia menggigit bibir bawahnya grogi, seumur hidupnya ia tidak pernah memutuskan seorang wanita (namun ia sering diputuskan oleh wanita).

"Calum, kau bilang apa?" Tanya Luna mencari kepastian. Ia menelusuri raut wajah Calum yang cemas dan gugup, jika Calum bisa, ia ingin pergi dan mengasingkan diri ke Zimbabwe.

"Aku.. pikir.. kita.. tidak bisa bersama lagi."

Luna menegang di tempatnya, menahan air mata yang sudah berdesakan untuk keluar. "Kau.. ingin putus denganku?"

"Y-ya, t-tidak," Calum benar-benar kacau. Ia sudah sering menghadapi gadis menangis di hadapannya, tapi kali ini, Luna berbeda. Calum merasa air mata Luna sangatlah berharga dan Calum akan sangat berdosa jika membiarkan setetespun air mata Luna keluar.

"Beri aku kepastian Cal. Mengapa kau ingin putus dariku? Cal, katakan padaku!"

"A-aku merasa... kita sudah tidak cocok," Calum melanjutkan, "S-sudahlah, jangan menangis. Kau akan menemukan lelaki yang lebih baik dariku."

"Aku? Menemukan lelaki lebih baik darimu?" Luna tiba-tiba tertawa, mengusap air mata di pipinya. "Bukankah kau yang sudah menemukan yang lebih baik dariku?"

"Apa maksudmu?"

Luna masih tertawa, kali ini ia tidak menutup mulutnya ketika ia tertawa. Ia membiarkan tawanya yang keras terdengar oleh siapapun di cafe ini.

"Sssst! Bisakah kau berhenti tertawa, Luna, kau membuat kita malu," Calum berbisik kepada Luna, yang justru membuat tawa Luna semakin meledak.

"Malu? Kau sendiri yang telah mempermalukan dirimu di depan banyak orang. The hell, Calum. Kau jatuh cinta pada salah seorang groupiemu, kau pikir itu bukan hal yang memalukan?"

Calum menegang di tempatnya, tenggorokannya terasa tercekat. Pertama, Luna tidak pernah berkata kasar, dan kedua, Luna tahu tentang Summer.

"Kau sudah tahu Summer, rupanya." Calum menyisir rambutnya ke belakang, hal yang selalu ia lakukan ketika ia grogi.

"Ya! Aku tahu siapa ia! Summer Villian Gold-"

"Sebenarnya itu Vivian."

"Ya! Terserah apapun kau menyebutnya!" Luna mengacak rambutnya frustasi. "Kau lebih memilihnya dari pada aku? Calum, kau tahu siapa aku. Luna Edmund, putri dari pengusaha kaya di Sydney, memiliki pekerjaan tetap, masa depan, dan segalanya!

"Apakah kau tahu siapa Summer? Seperti apa orangtuanya, dan apa pekerjaan tetapnya selain melacur?"

"Jaga bicaramu!" Calum meninggikan suaranya, tersirat penuh amarah pada nada bicaranya. "Aku tidak mengerti, kau berubah.. kau berubah."

Calum memang benar. Selama tiga tahun Calum mengenal Luna, ia tidak pernah berbicara seperti ini. Luna yang ia kenal adalah Luna yang lembut dalam setiap tutur katanya.

Something's just wrong, pikir Calum.

"Kita tidak sedang membicarakanku, Calum. Kita membicarakanmu." Luna mendengus keras, air mata kembali menggenangi pelupuknya. "Tiga tahun Cal. Tiga tahun aku mengenalmu, aku pikir kau akan setia padaku, tapi apa?"

"Luna, maafkan aku-"

"Tidak, Cal. Kau dengarkan aku. Tiga tahun kita berpacaran dan aku menunggu hal itu untuk datang; aku ingin kau yang mengambil keperawananku, namun kau tak kunjung melakukannya padaku." Luna melirih, air matanya semakin deras. "Namun kau melakukannya dengan gadis lain.. Kau melakukannya dengan puluhan-ratusan- groupiemu di luar sana!"

Groupie101 • calumhoodTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon