1-7

9.1K 821 188
                                    

Summer's POV

"—dan setelah mengetahui aku yang mencuri biskuit itu, Ayahku langsung menghukumku." Ujar Calum mengakhiri ceritanya, kemudian kami berdua tertawa.

Dua jam terakhir, kami hanya menonton film dan memakan satu baskom es krim sambil cuddling di sofa apartmentku. Tidak ada hal yang lebih membuatku bahagia namun melakukan hal-hal simple bersama orang pilihanku adalah hal yang membuatku bahagia.

Aku tidak pernah menyangka, memacari Calum akan semenyenangkan ini.

"Apakah kau tidak punya cerita lucu untuk diceritakan?," tanya Calum menghadap ke arahku, mengambil satu sekop penuh es krim cokelatnya.

"Uh, kau ingin dengar cerita lucu?," tanyaku, memikirkan hal lucu yang pernah terjadi dalam hidupku. Pada dasarnya, aku tidak pernah memiliki pengalaman lucu karena sebagian besar hidupku, kuhabiskan dengan mencari uang, survive and repeat.

Ia menaikkan kedua alisnya, "Ya, ceritakan satu saja yang paling menarik." Calum memasukkan satu sekop penuh es krim ke dalam mulutnya. "Tapi kukira kau tidak memiliki cerita menarik,"

"Enak saja! Tentu, aku punya." Lanjutku, "Kau tahu? Sebenarnya aku bukan benar-benar fan dari bandmu.., apa namanya? 5SOS? hahahaha!" Tawaku meledak, sehingga aku terpingkal-pingkal.

Calum memutar bola matanya cepat, kemudian menoyor kepalaku dengan ujung sendoknya. "Pertama, itu sama sekali tidak lucu. Kedua, kau ini kurang ajar sekali."

Aku masih tertawa sambil mengusap-usap kepalaku, "Aku butuh uang, Cal, kau tahu hal itu."

"Tetap saja kau berbohong padaku." Ia memajukan bibir bawahnya dan pura-pura menangis. "Kau membuatku sakit hati." tangannya ia letakkan diantara dadanya, membuatku tertawa.

"Kau memang jalang sungguhan."

"Ya, apa kau baru tahu?" Jawabku sambil menyeringai, membuat ia memutar bola mata cepat.

Kami menghentikan percakapan sejenak, hanya terfokus pada film kali ini. Sementara Calum masih sibuk memasukkan sekop es krim ke mulutnya, sambil sesekali melirik ke arahku.

"What." tanyaku sambil menoleh ke arahnya. "Apakah ada kotoran di wajahku?"

"Tidak apa-apa, aku hanya suka pada hidungmu." ucapnya sambil menggosok ujung hidungnya dengan punggung tangan. "Seperti perosotan."

"Really, Cal? Kukira ada sesuatu yang lebih penting daripada memuji hidungku."

"Ya! Hidungmu sangat penting because its tiny and cute as fuck. Coba, bandingkan dengan hidungku yang besar ini." Ia mencodongkan tubuhnya ke arahku dan menggosok leherku dengan ujung hidungnya, sehingga nafas hangatnya menjalar ke leherku.

"Cal, no touching." Ucapku menahan geli dan berusaha menjauhkan tubuhnya dariku. Namun gagal, ia jauh lebih kuat tenaganya dariku.

"Callll." Lidahku memanjangkan huruf L sambil menahan desahan ketika ia mengecup leher dan rahangku secara bergantian.

"No, no, do you think I can resist you and your beautiful?" Ia menyeringai, dan dengan satu gerakan tangannya mengelus pahaku yang tidak terbalut apapun. Aku hanya mengenakan kaos hitam oversized tanpa bra.

"Calum, kupikir kau akan melanggar peraturan nomor dua, ugh." Secara tidak sengaja aku mengerang ketika ia mencubit pelan pahaku, and give me a goosebumps.

"Summy-babygirl.. Peraturan itu diadakan untuk dilanggar." Ia menjilat bibirnya perlahan dengan tatapan kelaparan.

Aku belum pernah melihatnya selapar ini sebelumnya, membuatku sedikit menjauhkan tubuhku darinya.

Groupie101 • calumhoodOù les histoires vivent. Découvrez maintenant