"Jirr! Yang bener lu? Wuih! Wuih!" Farish lalu memberikan tab-nya pada Deni. Denipun mulai melihat-lihat lalu duduk di dekat Farish.

"Girang dah lu. Cari satulah, biar gak ngenes-ngenes amat. Buahahaha!!"

"Sial lu. Eh, eh, cakep nih. Elaine Hartanto." Deni menyebut sebuah nama, sambil melihat foto murid perempuan itu. Gadis yang memiliki senyum lebar, mata sipit dan wajahnya begitu imut.

"Ahh! Pedofil lu, bocah banget itu tampangnya."

"Sonia Natalia Winarto. Kaya namanya si Stella." Kali ini Deni membuka profil Wawa.

"Heh! Pe'a! Itu ada bacaannya 'Stella Young Sister'."

"Iya, ya? Yailah. I didn't look it. Eh, nih juga cakep. Michelle Christo Kusnadi."

"Mana?" Deni pun menunjukkan foto profil Michelle pada Farish. "Dih! Kaya gitu. Gak demen gw. Mukanya tipe-tipe galak kaya Ibu Melody."

Ibu Melody yang disebutkan oleh Farish adalah guru Matematika di Joifuru. Beliau terkenal cukup galak pada murid-muridnya. Farish pernah menjadi 'korban'nya. Padahal Farish cukup pintar dalam bidang Matematika. Tapi, dia malah kena omel Ibu Melody yang melihatnya berkelahi di luar sekolah. Itulah yang membuatnya jadi tidak suka pada Ibu Melody. Walau dikenal galak, guru yang bernama lengkap Melody Nurramdhani Laksani ini sebenernya cukup disegani dan bisa dibilang 'guru idola sekolah' karena wajah cantiknya dan umurnya yang memang masih muda.

"Kacau lu, Rish."

"Kenyataan bego! Atau mending lu sama Ibu Melody aja tuh. Jomblo juga, kan?"

"Buakakakakak! Wuanjir lu!" Suasana home-pun dipenuhi oleh tawa yang dikeluarkan oleh Deni, Farish bahkan juga Boby yang entah sejak kapan mendengar pembicaraan kedua sahabatnya.

"Kenapa temen-temen gw ini. Pagi-pagi udah ribut aja?" Akhirnya Deva masuk ke dalam home saat mendengar tawa yang begitu kencang dari dalam tempat nongkrongnya itu.
"Gak apa-apa kok, K." Jawab Deni yang hanya mendapatkan lagi tatapan peringatan dari Deva.

"Si Deni mau nembak Bu Melody, Va!" Jelas Farish sambil menahan tawanya.

"Wuanjing! Gak! Gak!" Melihat keributan antara Deni dan Farish yang sudah sering terjadi, Deva hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya dan ikut tertawa.

"Wakakakakak! Iya aja lu! Buahaha." Farish kembali menertawakan Deni. "Ahaha. Iya. Tapi, dari semuanya belum ada yang semempesona kaya Kak Ve atau Nju."

Entah mengapa ucapan Farish barusan membuat suasana di home tiba-tiba menjadi hening kembali. Terutama bagi Deva dan Boby.

"Kok jadi pada diem?" Seperti berpura-pura tidak ada apa-apa, Deva dan Boby kembali melihat layar HP mereka, sementara Deni dan Farish hanya saling tatap dalam kebingungan.

DING-DONG!

Bel sekolah pun berbunyi, menandakan saatnya murid-murid masuk ke dalam kelas mereka. Jam pelajaran Joifuru berlangsung selama 7 jam, dari pukul 08.00 pagi hingga pukul 15.00 sore. Saat ini jam sudah menunjukkan pukul 16.00, sudah cukup sore bagi para murid jika masih berkeliaran di sekolah, apalagi jika tidak ada kegiatan lainnya seperti ekstrakurikuler. Tak terkecuali bagi Boby yang memang suka menghabiskan waktu di sekolah, salah satunya di perpustakaan. Seperti hari ini, walau hari ini ada yang berbeda, salah satunya bertemu dengan Veranda. Boby jarang sekali berpas-pasan dengan kakak kelasnya itu, padahal mereka berdua masuk ke dalam daftar murid yang rajin ke perpustakaan.

BRAK!!!

Terdengar suara buku-buku berjatuhan, terlihatlah sosok Veranda yang ternyata menjatuhkan novel-novel yang ingin di pinjamnya. Dengan cepat Boby langsung menghampiri Veranda. 'Sherlock Holmes, Sherlock Holmes dan Sherlock Holmes, sepertinya Kak Ve ini maniak Sherlock Holmes.' Pikir Boby dalam hatinya saat membantu Veranda dan melihat tiga novel yang kini sudah dipegang gadis itu kembali.

Joifuru High SchoolWhere stories live. Discover now