Begitu panggilan berakhir, ponsel benar-benar terlepas dari genggamannya, jatuh menghantam lantai dengan suara keras. Tubuh Jaehyun juga ikut jatuh terduduk, bergetar hebat.
"ARRRGHHHH!!!" teriakannya pecah, menggema memenuhi kamar.
"EOMMA! APPA!!"
Tangisnya meledak tidak terkendali.
Air matanya mengalir deras, suaranya parau dipenuhi isakan.
"Hiks... kenapa... kenapa kalian ninggalin Jaehyun... hiks..."
Dia menghantam lantai berkali-kali dengan kepalan tangannya. Rasa marah, sedih, dan putus asa bercampur jadi satu, menghancurkan dirinya dari dalam.
Beberapa menit kemudian, dengan tubuh lemah dan wajah basah air mata, Jaehyun memaksa berdiri. Tangannya meraih jaket yang tergantung, lalu kunci mobil di atas meja.
Tanpa pikir panjang, dia berlari keluar kamar, menuruni tangga, dan menembus pintu rumah.
Suara hujan deras langsung menyambut, membasahi tubuhnya yang masih bergetar. Dengan langkah tergesa, dia masuk ke mobil, menyalakan mesin, dan melaju kencang menembus gelapnya malam.
Isakannya belum juga reda, sementara roda mobil membelah derasnya hujan menuju rumah sakit, menuju kenyataan pahit yang belum siap dia terima.
-----
Sudah satu minggu berlalu sejak kepergian kedua orang tua mereka.
Rumah keluarga Byun kini hanya menyisakan dua anaknya.
Jaehyun dan Baekhyun.
Sunyi.
Tidak ada lagi suara tawa, hanya tersisa rumah yang dingin dan hampa.
Ngomong-ngomong soal Baekhyun...
Bulan depan dia sudah dinyatakan lulus dari SHS. Namun rencana masa depan yang dulu sering dia bayangkan kini seolah hilang arah. Dia masih belum tahu apakah akan melanjutkan kuliah atau tidak. Pikirannya terlalu penuh, hatinya pun masih berat menanggung rasa bersalah.
Sedangkan Jaehyun, baru kemarin dia mengenakan toga wisuda sarjana. Senyum bangga kedua orang tuanya yang dulu dia bayangkan kini hanya tinggal kenangan.
Sebenarnya, dia masih ragu apakah akan melanjutkan S2 atau tidak. Tapi setelah kepergian mereka, entah kenapa, keputusan itu tiba-tiba menjadi mantap. Jaehyun memutuskan untuk melanjutkan S2 di luar negeri.
Selama seminggu ini, tidak ada percakapan di antara Jaehyun dan Baekhyun.
Makan masing-masing.
Tidur masing-masing.
Bahkan sekadar sapaan sederhana pun tidak pernah terdengar.
Mereka tinggal di bawah satu atap, tetapi seolah-olah hidup di dua dunia berbeda.
Baekhyun bahkan belum sekalipun menyentuh komputernya sejak hari itu. Setiap kali dia mencoba mendekat, bayangan wajah Eomma dan Appa muncul begitu jelas, membuat kepalanya berdenyut hebat. Rasa bersalah itu menghantamnya tanpa ampun, seakan mengingatkan bahwa semua terjadi karena dirinya.
Hari ini, Baekhyun berusaha menenangkan diri dengan alasan sederhana, membeli buku tulis yang sudah habis, sekaligus beberapa camilan di toko. Itu saja sudah cukup baginya untuk mencari udara luar, menjauh sebentar dari sesak yang mencekik di dalam rumah.
Dia berdiri di depan cermin, merapikan pakaian santainya. Tatapannya kosong, matanya masih sembab, namun dia memaksa langkahnya keluar dari kamar.
Perlahan tapi pasti, dia berjalan menyusuri rumah.
YOU ARE READING
CTRL + Love •|| END ||•
Random⚠️{TAHAP REVISI!} Bagaimana jadinya ketika dua rival yang tidak pernah bertatap muka dipaksa bekerja sama di dunia nyata? Akankah kebencian mereka tetap menyala, atau justru berubah menjadi sesuatu yang tidak pernah mereka duga? ~ ~ {COMPLETED} ~ ~ ...
CHAP ~ 21
Start from the beginning
