🤍
🖤
🤍
HAPPY READING!
---
Setelah mandi kilat dan bersiap seadanya, Chanyeol turun ke bawah hanya mengenakan hoodie oversize dan celana kasual. Rambutnya masih sedikit basah, dengan air yang sesekali menetes ke pelipisnya.
Di ruang tengah, Bibi sudah duduk manis di sofa. Kaki disilangkan, penampilan super rapi, wajahnya cerah semangat seperti baru minum vitamin kebahagiaan. Seolah dari tadi pagi dia udah nongkrong di situ, lengkap dengan mood ceria 200%.
"Ayo, buruan" kata Chanyeol singkat sambil mengambil kunci mobil dari meja.
Tanpa basa-basi, mereka langsung berangkat menuju bandara. Bibi duduk di kursi samping Chanyeol, dan dari awal mobil jalan, energinya langsung nyala kayak speaker bluetooth yang baru dicas.
Kadang nyanyi kecil.
Kadang buka handphone nya sambil ngakak gak jelas.
Kadang nyeletuk, "Udah nyampe belum?"
Padahal baru lima menit jalan...
Sementara itu, Chanyeol di balik kemudi hanya menghela napas pelan. Sesekali dia menggeleng kecil, antara pasrah dan heran dengan kadar energi adiknya yang berlebihan.
Tidak membutuhkan waktu lama, mobil mereka akhirnya memasuki kawasan bandara. Begitu parkir, mereka langsung turun dan berjalan menuju area kedatangan internasional.
Bibi berjalan dengan cepat, matanya langsung menyapu ke segala arah kayak radar yang lagi nyari sinyal.
Dan begitu matanya menangkap sosok tinggi yang familiar keluar dari pintu kedatangan...
"OPPAAAA!!!"
Teriakannya pecah, menggema keras, membuat beberapa orang refleks menoleh.
Tapi Bibi tidak peduli.
Tanpa pikir panjang, dia langsung lari sekencang-kencangnya ke arah pria tinggi yang sedang mendorong koper itu. Langkahnya lebar, ekspresinya campuran antara senang, rindu, dan nyaris histeris.
Mingyu, yang baru saja keluar, langsung tersenyum lebar begitu melihat Bibi datang. Dia membuka tangan lebar-lebar, sambil tertawa kecil.
Bruk!
Mereka langsung berpelukan erat, seperti dua karakter utama film drama yang akhirnya reuni setelah lama terpisah. Bibi bahkan hampir loncat ke pelukan Mingyu, membuat beberapa orang tersenyum melihat adegan itu.
Namun, ketika pelukan mereka perlahan terlepas, ekspresi Bibi berubah. Dia menatap wajah Mingyu dari jarak dekat. Awalnya hanya sekilas, tapi kemudian matanya menyipit, seolah menemukan sesuatu yang janggal. Tatapannya perlahan turun, menyapu dari pipi hingga berhenti di lengan Mingyu yang terbuka sebagian.
Dengan refleks, tangan Bibi terulur, jemarinya menyentuh pelan kulit saudaranya itu.
"Kenapa ini?" tanyanya cepat.
Beberapa goresan tipis dan memar samar tampak jelas di sana. Bahkan di pipi Mingyu ada bekas lecet kecil, cukup nyata untuk membuat Bibi spontan terdiam dan menahan napas.
Mingyu segera menunduk, menghindari tatapan itu. Lengannya buru-buru dia tarik ke belakang punggung, berusaha menyembunyikan luka yang terlihat. Senyum tipis sempat muncul di wajahnya, tapi setelah itu ekspresinya meredup, berganti dengan raut sedih.
YOU ARE READING
CTRL + Love •|| END ||•
Random⚠️{TAHAP REVISI!} Bagaimana jadinya ketika dua rival yang tidak pernah bertatap muka dipaksa bekerja sama di dunia nyata? Akankah kebencian mereka tetap menyala, atau justru berubah menjadi sesuatu yang tidak pernah mereka duga? ~ ~ {COMPLETED} ~ ~ ...
