Sekarang...

Chanyeol sudah berada di kantor dan langsung masuk ke ruangannya.

Tanpa berkata apa-apa, dia duduk di kursinya dalam diam.

Menatap kosong ke depan, seperti tubuhnya ada di sana, tapi pikirannya tertinggal entah di mana.

Hingga...

Ceklek!

Pintu tebuka tanpa aba-aba.

"PARK CHANYEOL!!!!"

Jeonghan muncul dengan wajah panik, tergesa-gesa masuk sambil membawa beberapa lembar dokumen di tangannya.

Chanyeol hanya melirik sekilas, tidak terkejut sedikit pun.

"Lu bisa gak, kalo masuk ketuk dulu pintunya"

"Bisa, tapi gak sekarang" sahut Jeonghan cepat, nyaris setengah teriak. Napasnya memburu. "Ini gawat, Chan. Ada masalahnya besar! Lebih besar dari dosa-dosa lu!"

Chanyeol mendesah panjang, sambil menyandarkan punggungnya ke kursi.

Tanpa membuang waktu, Jeonghan langsung meletakkan dokumen-dokumen itu di atas meja, lalu mendorongnya ke arah Chanyeol.

"Baca semuanya"

Chanyeol mengambilnya dengan enggan.

Awalnya dia membacanya perlahan, ekspresinya datar seolah tidak tertarik.

Namun...

Semakin lama matanya menelusuri baris demi baris tulisan, ekspresinya mulai berubah.

Dahinya berkerut, rahangnya mengeras, dan bahunya tampak menegang.

Hingga akhirnya, dia duduk lebih tegak di kursinya.

Matanya membelalak, terpaku pada isi laporan yang kini mengguncang pikirannya.

"Apa-apaan ini?"

"Aduh... gue juga gak tau" sahut Jeonghan cepat, terlihat panik. "JB Groub tiba-tiba narik semua dana investasinya. Proyek kerja sama buat ekspansi pasar Asia juga batal total"

"Tapi kita udah deal dari awal. Kontraknya juga juga udah di tanda tangani, kan? kata Chanyeol, masih setengah tidak percaya.

"Iya, tapi gak ada celah di kontrak buat nahan mereka" jawab Jeonghan. "Dan lu juga tau, Presdir JB gak pernah muncul di publik. Yang ngurus semuanya cuma sekretarisnya. Tapi surat penarikan dana sama pembatalan proyek udah resmi keluar"

Chanyeol kembali membaca dokumen itu, berharap dia salah lihat.

Tapi ternyata...

Isinya tetap sama.

Dia mendongak, menatap Jeonghan tajam.

"Gue perlu ketemu sama Presdirnya langsung"

"Gak bisa Chan, gue kan udah bilang sama lu. Presdir JB itu gak pernah muncul di publik, belum pernah ada yang ketemu dia secara langsung"

"Gue gak peduli. Pokoknya gue harus ketemu sama dia"

Jeonghan mendecak. "Dan lu pikir gue ngerti gimana caranya?"

"Ya itu tugas lu buat cari tau caranya"

"Lu be-"

Ceklek!

Ucapan Jeonghan terpotong oleh suara pintu yang kembali terbuka secara tiba-tiba, membuat keduanya langsung menoleh.

Irene muncul di ambang pintu dengan langkah cepat, membawa beberapa dokumen di tangannya.

"Chanyeol!" serunya.

Chanyeol menghela napasnya panjang.

"Ini juga... lu bisa gak, kalau masuk tuh ketuk pintu dulu?"

"Bisa" jawab Irene sambil berjalan mendekat. "Tapi gak sekarang"

Chanyeol memutar matanya dan melirik ke arah Jeonghan.

"Lu berdua janjian?"

"Janjian apaan?" tanya Irene bingung.

"Udahlah" Chanyeol mengibaskan tangannya. "Sekarang gue tanya, kenapa lu ke sini?"

"Gue bawa kabar duka" jawab Irene cepat dengan ekspresi yang serius.

Ucapan itu membuat mata Chanyeol dan Jeonghan langsung membelalak serempak.

"Siapa yang meninggal?" tanya Jeonghan cepat.

Irene menatap mereka dalam-dalam.

"Perusahaan ini" jawabnya datar

Chanyeol mengerutkan alis, tidak mengerti dengan ucapan Irene.

"Maksud lu?"

Irene meletakkan dokumen-dokumen yang dia bawa tadi di atas meja Chanyeol tanpa menjelaskan lebih lanjut.

"Baca sendiri"

Dengan alis terangkat dan dada yang mulai terasa sesak, Chanyeol langsung menarik tumpukan kertas itu dan mulai membacanya.

Jeonghan yang penasaran pun ikut menarik beberapa dokumen lain untuk dia baca juga.

Hanya butuh beberapa detik hingga...

"Anjing!" seru Jeonghan dengan ekspresi terkejutnya. "Apaan ini?"

Irene menyilangkan tangan di dadanya.

"Buta mata lu? Itu dokumen penarikan investasi"

"Ya gue tau... Tapi maksud gue, kok bisa investor lain narik juga?"

Irene memiringkan kepalanya, bingung.

"Lain?"

"Baru aja, JB Groub narik investasinya, sekaligus batalin semua kerja sama" jelas Jeonghan sambil menunjukkan dokumen yang tadi dibawanya.

"Wah... ini pasti efek domino" ucap Irene pelan. "Begitu JB cabut, semua investor lain mulai ikut mundur. Tapi kenapa bisa tiba-tiba gitu?"

Tidak ada yang menjawab.

Ruangan mendadak hening.

Ketiganya diam dalam tekanan yang berat.

Hanya suara kertas yang dibolak-balikkan oleh Chanyeol menjadi satu-satunya suara yang terdengar.

Dia masih fokus membaca tiap detail di beberapa dokumen itu.

Hingga akhirnya...

Dengan napas berat, Chanyeol menegakkan tubuhnya.

"Siapin ruang meeting sekarang" ucap pelan tapi tegas, matanya menatap Irene dan Jeonghan bergantian. "Kita bahas semuanya, hari ini juga"

Irene dan Jeonghan saling pandang beberapa detik sebelum akhirnya mengangguk dan melangkah keluar ruangan tanpa banyak bicara.




























































TBC!

-----

See you next chapter 🖤

Typo bertebaran dimana-mana!

Jangan lupa vote dan komen ><

CTRL + Love  •|| END ||•Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang