Di tengah tawa dan candaan yang terdengar ringan bagi mereka, Baekhyun tetap menjadi satu-satunya yang berjuang keras menahan kegugupannya sendiri.

Sehun, yang duduk di sebelah Bibi, menangkap gelagat itu. Dia menatap Baekhyun sambil tersenyum tipis.

"Baekhyun-ssi..." panggilnya pelan.

Baekhyun refleks mendongak. Matanya sedikit membesar, tampak canggung seperti anak kucing yang kehujanan dan kebingungan.

"Santai aja," lanjut Sehun lembut. "Jangan terlalu kaku. Mereka emang gitu orangnya. Kalau lagi ngumpul, mulutnya pada nggak bisa direm."

Dia mengedikkan dagu ke arah yang lain.

"Kita juga sering main ke ruangan ini. Chanyeol, kalau lagi suntuk, biasanya malah manggil kita biar rame."

"Tapi kali ini kita yang ke sini sendiri, tanpa dipanggil sama dia," potong Seungkwan santai.

Sehun langsung mengacungkan jempol ke arahnya.

"Nice."

Baekhyun hanya mengangguk pelan. Tatapannya kembali menunduk, ekspresi canggungnya masih jelas terlihat meski napasnya sedikit lebih teratur.

Mingyu, yang duduk di sampingnya, menoleh pelan ke arah Baekhyun. Senyuman hangat muncul di bibirnya, jauh dari kesan menghakimi.

"Mereka ke sini karena excited aja," jelasnya. "Penasaran. Mau lihat siapa sih yang bisa tahan sama sikap Chanyeol yang... ya, gitu deh."

Baekhyun mengerjap bingung.

"Ma-maksudnya?" tanyanya pelan.

"Maksudnya gini, sekretaris Chanyeol itu kan jarang banget ada yang betah. Kebanyakan kabur duluan karena kelakuan dia yang...ya,meresahkan." balas Seungkwan sambil terkekeh kecil. "Makanya kita penasaran, orang sekeren apa yang bisa tahan sama Chanyeol. Dan ternyata itu lu!"

"Lu keren banget!" lanjut Seungkwan antusias.

"Iya, bener!" sahut Hoshi sambil tersenyum. "Bisa tahan sama bos modelan begitu tuh nggak gampang."

"Ya kan!" celetuk Bibi tiba-tiba. "Gue bilang juga apa. Calon kakak ipar gue emang keren!"

Baekhyun langsung menoleh ke arahnya. Alisnya terangkat, bingung.

"Hm?" gumamnya pelan.

"Hehe, hallo calon kakak ipar..." ucap Bibi sambil melambaikan tangan kecilnya.

Kai mendengus pelan mendengar itu.

"Lu sat set banget, ege," katanya datar.

"Takut Chanyeol oppa keburu mati kalau kelamaan," timpal Bibi ringan.

"Bego," sahut Hoshi tanpa ragu.

Tawa kembali pecah, kali ini lebih lepas. Dan tanpa Baekhyun sadari, bahunya yang semula tegang mulai sedikit rileks.

Mingyu menggeleng pelan sambil tersenyum ke arahnya.

"Udah, nggak usah didengerin, Baek. Dia emang agak gila."

Baekhyun menahan senyum kecil, masih kaku, tapi sudah tidak sepenuhnya tegang.

"I-iya... tidak apa-apa," ucapnya sopan, meski rona merah di pipinya justru semakin jelas.

Dan tepat saat suasana mulai terasa hangat...

Ceklek.

Suara pintu ruangan yang terbuka tiba-tiba memecah suasana.

Refleks, semua kepala langsung menoleh ke arah yang sama.

Chanyeol muncul di ambang pintu dengan ekspresi datarnya. Satu tangannya masuk ke saku celana, bahunya tegak, posturnya santai, terlalu santai untuk ukuran seseorang yang sebenarnya sedang menahan malas sekaligus curiga.

Pandangan matanya menyapu ruangan perlahan, dari meja kerja yang ditinggalkan, ke arah sofa... sampai akhirnya berhenti di satu titik.

Kerumunan.

Semua orang berkumpul rapat di sekitar Baekhyun.

Alis Chanyeol terangkat tipis.

"Ngapain pada gerombolan di sekitar Baekhyun gitu?" tanyanya datar. "Lagi kerja kelompok?"

Nada suaranya terdengar tenang, namun terselip tekanan halus yang langsung terbaca.

Dan justru itulah yang seketika memicu ledakan suasana di ruangan itu.

Tawa pecah serempak, lebih keras dari sebelumnya, seolah mereka memang sudah menunggu momen ini. Beberapa sampai menepuk-nepuk pahanya, sementara yang lain tertawa sambil menunjuk ke arah Chanyeol.

Di tengah riuh itu, Kai tiba-tiba mengalihkan pandangannya ke Chanyeol. Seringai lebar muncul di wajahnya.

"Kelompok satu izin bertanya," ucapnya santai sambil mengangkat satu tangan. "Boleh nggak sih, Baekhyun buat gue aja?"

Dalam hitungan detik, ekspresi Chanyeol berubah.

Matanya membelalak seketika, tajam menusuk Kai. Rahangnya mengeras, napasnya tertahan jelas, dan satu alisnya terangkat tinggi, terlalu tinggi untuk disebut wajar.

"Woilah, mata lu biasa aja dong!" sahut Hoshi cepat sambil tertawa terbahak. "Mau keluar itu!"

Tawa langsung kembali meledak lebih keras.

Beberapa orang bahkan sampai membungkuk karena tidak kuat menahan geli melihat ekspresi Chanyeol yang jelas-jelas tersulut.

Kai ikut tertawa, tangannya terangkat setengah seperti orang menyerah.

"Becanda, Loey... sumpah," katanya disela tawanya.

Chanyeol mendengus kesal. Tangannya terangkat memijat batang hidungnya pelan, bahunya naik-turun menahan emosi yang campur aduk antara jengkel dan... malu.

"Gak jelas..." gumamnya pelan.

Suaranya hampir tenggelam oleh tawa yang masih menggema di seluruh ruangan.

Dan Baekhyun?

Dia masih diam di sofa.

Tubuhnya makin membenam ke sandaran, seolah ingin menghilang. Pipi putihnya sudah memerah hampir semuka, telinganya pun ikut panas. Bibirnya menahan senyum kecil yang canggung, matanya sesekali terpejam, bingung harus bereaksi bagaimana di tengah kehebohan absurd yang tiba-tiba menyeret namanya ke pusat perhatian.

Di tengah tawa itu, Baekhyun hanya bisa duduk diam, menjadi satu-satunya yang merasa jantungnya berdetak terlalu kencang untuk suasana yang katanya bercanda itu.
















TBC!

~ ~ ~


See you next chapter 🖤

Typo bertebaran dimana-mana!

Jangan lupa vote dan komen ><

CTRL + Love  •|| END ||•Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang