Chanyeol mengangguk kecil.

Dia menarik napas pelan, mencoba meredam detak di dadanya yang mendadak tidak karuan.

Pandangan matanya beralih singkat ke arah Hoshi dan Bibi yang masih berdiri canggung di dekat meja. Tatapan itu saja sudah cukup menjadi kode bagi mereka berdua.

Hoshi yang sepertinya paham lebih dulu, langsung menepuk pelan bahu Bibi lalu menarik lengannya, mengajak menyingkir. Keduanya berjalan ke arah sofa dan duduk di sana, meski pandangan mereka masih sesekali melirik ke arah Baekhyun dan Chanyeol, penuh rasa penasaran, tapi menahan diri untuk tidak bersuara.

Yang lain pun sama.

Tidak ada yang bicara. Hanya lirikan-lirikan kecil, senyum tertahan, dan komentar yang jelas ditelan kembali.

Suasana menjadi semakin hening.

Chanyeol mendesah pelan. Tangannya sempat memijat pelipisnya sebentar sebelum dia berbalik menuju meja kerjanya.

Dia duduk, membetulkan posisi tubuhnya agar tampak lebih formal.

Namun...

Dari sudut matanya, dia menangkap Baekhyun yang masih berdiri kaku di dekat pintu. Kepala tertunduk, dan map yang masih dipeluk erat.

"Baekhyun," panggilnya pelan.

Baekhyun langsung mendongak.

Tatapan mereka kembali bertemu, hanya sepersekian detik, tapi cukup untuk membuat rona merah merambat ke wajah Baekhyun.

"Bawa sini dokumennya," lanjut Chanyeol.

Baekhyun mengangguk cepat.

Langkahnya pelan mendekat ke meja. Kepalanya tetap tertunduk, seolah takut menatap siapa pun. Dengan gerakan hati-hati, dia memberikan map itu kepada Chanyeol.

Chanyeol menerimanya, berusaha tetap terlihat biasa saja.

Tanpa banyak kata, dia menegakkan punggungnya, membuka lembar demi lembar dokumen. Ujung pena mulai bergerak, menandatanganinya dengan garis rapi dan tegas.

Suara gesekan pena di atas kertas menjadi satu-satunya bunyi di ruangan.

Baekhyun berdiri di sisi meja dengan postur kaku, kedua tangannya saling menggenggam di depan perutnya. Sesekali dia menarik napas pelan, berusaha menahan gugup yang semakin terasa.

Sementara itu, teman-teman Chanyeol hanya saling melirik.

Ada yang menahan tawa.

Ada yang memasang senyum usil.

Tapi tidak satu pun berani membuka suara.

Beberapa menit berlalu begitu saja, dalam keheningan yang terasa jauh lebih ramai daripada keributan apa pun.

Hingga akhirnya, Mingyu melangkah mendekat ke sisi meja kerja.

Dia berdiri di samping kakaknya yang masih membolak-balik lembaran dokumen, pena bergerak cepat menandatangani beberapa berkas dengan raut serius seolah dunia di sekitarnya tidak ada.

"Hyung," panggil Mingyu pelan.

"Hm."

Chanyeol hanya bergumam tanpa mengangkat kepala.

"Suho hyung ada di bawah. Bisa ketemu sebentar?"

"Gue kelarin ini dulu."

Mingyu menghela napas pendek.

"Dia lagi buru-buru, hyung. Abis ini langsung mau jalan lagi. Turun bentar aja, nggak lama."

Gerakan Chanyeol terhenti.

CTRL + Love  •|| END ||•Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang