Dengan hati-hati, dia mulai membersihkan luka itu, mengoleskan antiseptik dan membalutnya dengan perlahan. Tangan Baekhyun kini lebih tenang, gerakannya lembut, seolah sedang menyembuhkan sesuatu yang lebih dalam daripada sekadar luka fisik.
Chanyeol hanya diam, menatap Baekhyun dengan kehangatan yang tulus. Senyum di wajahnya berkembang, tidak bisa disembunyikan, penuh rasa lega karena melihat Baekhyun mulai merasa aman dan kuat kembali.
Tidak lama kemudian, Baekhyun menyelesaikan balutan perban di lengan Chanyeol.
"Selesai..." gumamnya pelan.
Mata Chanyeol menatap balutan rapi itu, senyum kecil terukir di wajahnya sebelum menoleh kembali ke Baekhyun.
"Wihh, keren. Terima kasih, Dokter Byun," godanya ringan.
Baekhyun menatapnya datar sejenak, tapi bibirnya tidak kuasa menekuk sedikit, membentuk senyum kecil.
"Makasih juga, ya..." jawabnya lembut.
Chanyeol hanya mengangguk pelan, menahan diri dari kata-kata yang bisa membuat suasana semakin hangat.
Beberapa detik berlalu dalam keheningan, hanya napas mereka yang terdengar.
Hingga akhirnya, Chanyeol berdiri perlahan.
Tanpa sepatah kata pun, dia menatap Baekhyun sejenak, lalu jemarinya secara spontan namun lembut meraih tangan Baekhyun dan menggenggamnya erat.
Baekhyun sempat terkejut, tapi tidak menarik tangan itu. Dia menatap tangan mereka yang bertaut, seakan memahami perlindungan dan ketenangan yang coba disampaikan Chanyeol.
Dengan tarikan ringan, Chanyeol membantu Baekhyun berdiri. Tidak ada kata-kata yang diucapkan, hanya genggaman yang tetap erat dan langkah mereka yang mulai bergerak perlahan menuju kamar.
Setibanya di kamar, Chanyeol dengan tenang menyibakkan selimut, menatap Baekhyun dengan hangat, memberi isyarat agar dia berbaring.
"Tidur yang nyenyak, ya..." ucapnya pelan sambil tersenyum, menatap Baekhyun yang perlahan menunduk dan berbaring di atas ranjang.
Baekhyun menarik selimut hingga ke dagu, memeluknya erat seolah mencari perlindungan dari rasa takut yang masih tersisa. Tubuhnya sedikit bergetar, tapi genggaman tangannya pada selimut memberi kesan dia mulai merasa aman.
Chanyeol berdiri sejenak di sisi ranjang, matanya menatap Baekhyun dengan cermat dan penuh perhatian. Diamnya bukan karena tidak ingin bicara, tapi karena ingin memastikan semuanya benar-benar baik.
Lalu, tanpa sepatah kata pun, dia melangkah perlahan keluar, menutup pintu dengan hati-hati di belakangnya, meninggalkan Baekhyun dalam rasa aman dan keheningan yang hangat.
Niat awal Chanyeol adalah pulang, meninggalkan apartemen setelah memastikan Baekhyun aman.
Namun, baru beberapa langkah menjauh dari kamar, kakinya tiba-tiba berhenti di ambang pintu.
Kepalanya menoleh kembali, pandangannya tidak lepas dari kamar yang baru saja dia tinggalkan.
'Gimana kalau Baekhyun butuh sesuatu? Gimana kalau dia mimpi buruk? Atau malah... kenapa-kenapa?'
Pikiran-pikiran itu berputar di kepalanya.
Hatinya terasa berat.
Rasa tanggung jawab dan kekhawatiran menyeretnya kembali. Dia menghela napas pelan, mencoba menenangkan dirinya, lalu memutuskan...
Dia akan tetap tinggal.
Dengan langkah tenang, Chanyeol kembali ke ruang tengah dan menjatuhkan tubuhnya di atas sofa. Matanya menatap langit-langit, penuh dengan pikiran yang berseliweran, bayangan kejadian tadi, kekhawatiran terhadap Baekhyun, dan rasa lega yang belum sepenuhnya muncul.
YOU ARE READING
CTRL + Love •|| END ||•
Random⚠️{TAHAP REVISI!} Bagaimana jadinya ketika dua rival yang tidak pernah bertatap muka dipaksa bekerja sama di dunia nyata? Akankah kebencian mereka tetap menyala, atau justru berubah menjadi sesuatu yang tidak pernah mereka duga? ~ ~ {COMPLETED} ~ ~ ...
CHAP ~ 10
Start from the beginning
