Chanyeol menarik napas dalam-dalam, menahan amarah yang bergemuruh di dadanya. Tatapannya tidak lepas dari Tao, sementara pikirannya bergerak cepat, menimbang jarak, posisi, serta celah sekecil apa pun yang mungkin bisa dia manfaatkan.

Lalu, perlahan, dia mengangkat kedua tangannya. Sebuah isyarat menyerah yang dipaksakan.

"Oke," ucapnya pelan. "Gue mundur."

Langkah kakinya bergerak ke belakang.

Satu langkah.

Dua langkah.

Pelan dan penuh kehati-hatian.

Chanyeol memberi ruang, seperti yang Tao inginkan, agar pria itu merasa mengontrol situasi. Namun tatapannya sama sekali tidak lepas dari Baekhyun, yang masih gemetar hebat, pipinya masih berdarah tipis akibat goresan pisau.

Di balik ketenangannya, otak Chanyeol bekerja cepat. Dia merencanakan satu hal, bagaimana caranya membawa Baekhyun keluar dari situasi gila ini tanpa ada yang terluka lagi. Matanya terus mengamati setiap gerakan Tao, genggaman tangannya, posisi pisaunya, ritme napasnya. Semua dianalisis dalam hitungan detik.

Ketika akhirnya pandangannya bertemu dengan mata Baekhyun yang penuh air mata, Chanyeol menatapnya dalam-dalam. Perlahan, dia memberi isyarat kecil dengan anggukan tipis. Gerakan itu nyaris tidak terlihat, tapi cukup jelas bagi Baekhyun untuk menangkap maksudnya. Tatapan itu seolah berkata menyuruhnya untuk melakukan sesuatu.

Meski tubuhnya masih gemetar hebat dan napasnya tersengal, tatapan Chanyeol perlahan menyalurkan kekuatan baru ke dalam dirinya. Ada harapan tipis yang menembus ketakutannya, memberikan keberanian untuk bergerak. Baekhyun menelan ludah dengan susah payah, lalu mengangguk pelan.

Air matanya masih menetes, tapi pikirannya mulai bekerja cepat, mencari jalan keluar di tengah kekacauan ini. Dengan napas berat dan tangan mengepal, dia menarik napas dalam-dalam, mencoba mengumpulkan sisa keberanian yang tersisa.

Lalu... tiba-tiba.

Dugh!

"Arghh!"

Siku Baekhyun menghantam keras ke perut Tao. Serangan itu cepat, mendadak, dan tidak terduga.

Tao terhuyung, tubuhnya membungkuk menahan sakit. Genggaman tangannya pada Baekhyun terlepas begitu saja.

Kesempatan itu langsung dimanfaatkan oleh Baekhyun. Dengan langkah tergesa tapi pasti, dia berlari menuju Chanyeol. Tanpa ragu, dia memeluknya erat, seolah hanya pelukan itu yang mampu memberinya rasa aman kembali.

Chanyeol segera membalas pelukan itu. Tubuh kecil Baekhyun ditarik ke dalam dekapannya dengan protektif. Lengan Chanyeol melingkari tubuh itu erat, menandakan bahwa di sisinya, Baekhyun akhirnya bisa merasa aman, meski hanya sesaat.

"BAEKHYUN SIALAN!" bentak Tao, nadanya penuh desisan kemarahan sambil memegangi perutnya yang masih terasa sakit.

Di dalam pelukan itu, Baekhyun kembali terisak.

Tangisnya pecah, terdengar jelas di ruangan yang hening. Tubuhnya gemetar hebat, napasnya tersengal di dada Chanyeol, sementara tangannya mencengkram erat baju belakang Chanyeol seolah menempelkan diri sepenuhnya pada pelindungnya.

Chanyeol menepuk lembut punggung Baekhyun, berusaha menenangkan, lalu dengan hati-hati melepaskan genggaman tangannya, membiarkan Baekhyun melepaskan diri sedikit demi sedikit.

Perlahan, Baekhyun mengendurkan cengkeramannya, melepaskan tangan dari baju Chanyeol.

"Baekhyuna... tunggu sebentar, ya," ucap Chanyeol lembut, matanya menatap Baekhyun penuh ketenangan, suaranya menenangkan namun tegas. "Aku janji nggak akan lama, hm?"

CTRL + Love  •|| END ||•Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz