"Ya."

Hyungseo mendecak pelan sambil melipat tangan di dada.

"Hmmm... beliau ini sangat menyebalkan," gumamnya dramatis.

Mingyu hanya mendengus kecil, memilih untuk tidak berdebat dan kembali fokus pada masakannya. Setelah semuanya siap, mereka duduk bersama di meja makan dan mulai menikmati sarapannya.

Chanyeol sengaja belum dibangunkan.

Karena...

"Chanyeol hyung jangan sampai tahu kalau gue ke Jepang sebelum gue pergi."

"Oke." jawab Bibi cepat.

"Duitnya udah gue transfer ke rekening lu. Pastiin Chanyeol hyung ke kantor hari ini."

Tanpa pikir panjang, Bibi langsung berdiri dan memberi hormat ala prajurit.

"Siap! Dimengerti! Terima kasih, bos!" katanya dengan gaya sok serius.

Mingyu hanya menggeleng kecil, tidak bisa menahan senyum melihat tingkah adiknya yang selalu ceria.

Setelah mereka selesai sarapan, Mingyu berdiri sambil merapikan barang-barangnya.

Tidak butuh waktu lama, mereka turun menuju lobi apartemen. Begitu pintu lift terbuka, terlihat taksi yang tadi dipesan Mingyu sudah terparkir rapi di depan gedung, menunggunya.

"Gue pergi dulu ya. Jangan bandel, lu!" pesan Mingyu sebelum masuk ke dalam mobil.

"Gue anak baik kok!" balas Bibi dengan senyum lebarnya.

"Iya deh..."

Belum sempat Mingyu masuk ke mobil, Bibi tiba-tiba merentangkan kedua tangan selebar mungkin.

"Mau peluk..."

Mingyu hanya bisa terkekeh pelan sebelum ikut merentangkan kedua tangannya.

"Sini."

Tanpa ragu, dia menarik Bibi ke dalam pelukan erat, menggoyang-goyangkan tubuh mereka ke kanan dan kiri layaknya dua anak kecil yang sudah lama tidak bertemu.

Setelah beberapa saat, pelukan mereka akhirnya terlepas.

Namun sebelum Mingyu benar-benar masuk ke dalam taksi, Bibi tiba-tiba menarik tangannya. Wanita itu sedikit menjinjit...

Dan...

Cup!

Sebuah kecupan cepat mendarat di pipi Mingyu.

"Hadiah dari gue," katanya sambil tersenyum jahil. "Itu artinya lu wajib bawain oleh-oleh buat gue nanti, ya."

Mingyu terkekeh pelan.

"Siap, Tuan Putri!"

Tidak lama kemudian, dia masuk ke dalam taksi dan menurunkan kaca jendelanya sebelum mobil benar-benar berangkat.

"Love you, Mingyu oppa..." ucap Bibi, kali ini dengan suara jauh lebih lembut dibanding biasanya. "Jaga diri baik-baik, dan kabarin gue kalau udah sampai."

Mingyu tersenyum hangat.

"Hm, love you too. Gue pergi dulu... Babay!" katanya sambil melambaikan tangan.

"Babay!"

Bibi membalas lambaian itu dengan antusias, dan tersenyum lebar.

Taksi perlahan melaju, membawa Mingyu menjauh sedikit demi sedikit.

Tubuh Bibi terpaku di tempat, tidak bergeser sama sekali, hanya menatap mobil itu tanpa berkedip.

Dia mengikuti kepergian kakaknya dengan pandangan yang tidak lepas sampai akhirnya taksi itu benar-benar menghilang di tikungan.

CTRL + Love  •|| END ||•Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang