Di ujung lorong, sebuah dinding besar menghadang, sekilas terlihat seperti tembok biasa. Tepat sebelum mencapai dinding itu, Chanyeol menginjak pedal rem, menghentikan mobilnya perlahan. Mesin tetap menyala, tapi suasana di sekeliling terasa begitu sunyi.

Di sampingnya, tepat di permukaan tembok, terdapat sebuah panel tersembunyi dengan pahatan kepala harimau. Pahatan itu nyaris tidak terlihat di kegelapan, namun jika diperhatikan lebih dekat, detail ukirannya begitu halus, seolah menjadi bagian dari tembok itu sendiri.

Chanyeol mengulurkan tangannya, ibu jarinya dengan mantap menyentuh bagian mata harimau yang terukir pada dinding.

Awalnya, permukaannya terasa seperti pahatan batu biasa. Namun, begitu kulitnya bersentuhan, sesuatu yang tidak terlihat langsung aktif di balik ukiran.

Bip.

Sebuah suara halus terdengar, seolah ada sensor yang baru saja membaca sidik jarinya.

Lalu...

Klik.

Pahatan kepala harimau itu perlahan bergeser ke bawah, memperlihatkan panel kecil di baliknya.

Pemindai kartu akses.

Tanpa ragu, Chanyeol mengeluarkan kartunya dan menempelkannya ke pemindai. Beberapa detik berlalu sebelum lampu kecil di sisi panel berkedip hijau, diiringi suara mekanisme berat yang mulai bergerak.

Perlahan, tembok besar di depannya terangkat ke atas, membuka akses menuju lorong tersembunyi yang mengarah ke bawah tanah.

Begitu celahnya cukup lebar, Chanyeol kembali menginjak pedal gas, membiarkan mobilnya menelusuri jalan yang mulai menurun, semakin menegaskan bahwa ini adalah tempat rahasia di bawah tanah. Dinding di belakangnya pun mulai bergerak kembali, perlahan menutup dengan suara mekanisme berat yang menggema di sepanjang lorong.

Hingga akhirnya...

Dia sampai di area parkiran yang tertata rapi.

Cahaya redup menyinari garis-garis putih yang membatasi tiap kendaraan, cukup untuk melihat setiap detail ruang bawah tanah itu.

Tanpa membuang waktu, Chanyeol meraih tas ransel kecilnya lalu keluar dari mobil, melangkah mantap menuju toilet.

Beberapa menit kemudian, dia keluar dengan penampilan yang berbeda.

Rambutnya yang sebelumnya tertata rapi dengan gaya hair up kini dibiarkan tergerai dalam model hair down. Kemeja formalnya telah berganti menjadi hoodie oversized, celana bahannya berubah menjadi jeans robek, dan sepatu pantofel dia ganti dengan sneakers bermerek.

Dari seorang eksekutif muda yang elegan, kini dia lebih terlihat seperti pemuda rebel yang bebas dan santai.

Setelah itu, Chanyeol kembali ke mobilnya untuk menyimpan pakaian kantornya, sebelum akhirnya berjalan menuju bangunan di sebelah area parkir.

Di depan pintu masuk, dua satpam berdiri berjaga. Begitu melihat Chanyeol, mereka segera menundukkan kepala dengan hormat.

Chanyeol menatap keduanya sekilas, membalas dengan senyum tipis, kemudian melangkah masuk dengan langkah mantap penuh percaya diri.

Tepat di atas pintu yang baru saja dilewati Chanyeol, tertulis nama tempat itu.

LR Club.

LR Club adalah sebuah club eksklusif yang dimiliki oleh Chanyeol. Dulunya, sebelum dia menjadi seorang presdir, dia sendiri yang mengelola tempat ini. Namun, sejak mengambil alih Park Groub, dia menyerahkan pengelolaan club ini kepada Seungkwan sebagai manajer, dibantu oleh Jaehyun dan Mark sebagai bartender.

CTRL + Love  •|| END ||•Where stories live. Discover now