"Gak usah. Mending saya beli aja daripada mati keracunan teh buatan kamu," ucapnya tenang namun menusuk. "Kamu bisa balik ke ruangan."

Tanpa menunggu jawaban atau penjelasan apa pun, Chanyeol bangkit dari kursinya dan melangkah keluar, meninggalkan Baekhyun yang masih berdiri kaku dengan wajah campur aduk antara panik dan malu.

Begitu pintu tertutup...

Suasana menjadi hening.

Baekhyun menutup mata sejenak dan menarik napas panjang, berusaha mengontrol diri.

"Ingin ku berkata kasar..." gumamnya pelan, mencoba menahan emosi yang mendesak naik.

Namun semakin dipikirkan, semakin terasa ada sesuatu yang membakar di dadanya. Rahangnya mengeras dan kedua tangannya mengepal tanpa sadar.

Sampai akhirnya...

"BANGSAT!" umpatnya keras.

Setelah luapan itu keluar, Baekhyun terdiam.

Dia kembali menarik napas panjang, berusaha menenangkan diri dan meredam rasa kesalnya yang masih tersisa. Perlahan, sebuah senyum kecil muncul di wajahnya, meski jelas terlihat dipaksakan.

Dengan sedikit menggerutu, dia menunduk dan mulai membersihkan sisa teh yang tadi sempat dia semburkan ke lantai. Gerakan tangannya cepat, seolah ingin menghilangkan jejak kejadian itu secepat mungkin.

Begitu semuanya bersih, Baekhyun langsung mengambil cangkir teh tadi, lalu melangkah keluar ruangan.

Kembali ke ruangan pribadinya.

Masih dengan perasaan kesal yang belum benar-benar hilang.






~ ~ ~ ~ ~ 






Hari sudah beranjak malam.

Udara mulai mendingin, sementara langit gelap perlahan diterangi oleh cahaya lampu-lampu kota.

Setelah seharian bekerja, Chanyeol berjalan menuju area parkir untuk mengambil mobilnya.

Mobilnya memang sudah kembali ada di sana. Mingyu akhirnya mengembalikannya, meski Chanyeol harus mengeluarkan sedikit sogokan dulu supaya bocah itu mau menyerahkan kunci-nya.

Sesampainya di area parkir, Chanyeol langsung membuka pintu mobil dan masuk ke dalam.

Begitu mesin menyala, pandangannya sekilas menatap ke jam di pergelangan tangannya. Setelah itu, dia mulai melajukan mobil, menuju suatu tempat yang hanya dia sendiri yang tahu tujuannya.

Perjalanannya memakan waktu cukup lama.

Deretan lampu jalan berjajar di luar, memantulkan bayangan-bayangan panjang di dalam mobil yang hening.

Hingga akhirnya, di sisi jalan, sebuah bangunan tua yang tampak kosong mulai terlihat dari kejauhan.

Tanpa ragu sedikit pun, Chanyeol membelokkan mobilnya memasuki area bangunan itu.

Dia terus melaju, melewati lorong-lorong gelap yang semakin menyempit. Tidak ada tanda kehidupan di sekitarnya, hanya kesunyian yang pekat dan menekan.

Semakin dalam dia masuk, semakin jelas bahwa tempat ini bukanlah area sembarangan. Jalanan mulai berubah, diapit tembok-tembok besar yang menjulang tinggi di kedua sisinya, membentuk lorong sempit yang hanya cukup untuk satu kendaraan. Seolah siapa pun yang masuk ke sini tidak memiliki jalan lain untuk berbalik.

CTRL + Love  •|| END ||•Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang