[71]. See You In The Suffering

733 78 15
                                    

Jackson menutup luka bekas masuknya peluru di punggung (Name) dengan balutan kasa dan perban, dibantu oleh Boboiboy.

Van, Teo, Adele, Hana, dan Luna sudah memegang senjata tajam juga pistol yang peluru nya masih sisa beberapa. Mereka berwajah serius. Acara sialan ini, akan mereka tuntut di pengadilan China setelah ini. Lihat saja.

"Selesai." Jackson kembali merapikan alat-alatnya. Dia baru saja selesai menempelkan plester di atas kasa nya.

Boboiboy menatap punggung (Name) yang terbalut kasa. Amarah begitu memuncak dalam dirinya. Dia mengepalkan tangan nya hingga urat-urat nya terlihat sangat menonjol. Boboiboy melepas kepalan tangan nya dengan hembusan nafas pelan berusaha sabar akan bajakan acara ini. Dia memperbaiki dress (Name), kemudian menggendong istrinya dengan penuh kehati-hatian.

"Hati-hati, Boboiboy. Tangan mu jangan sampai mengenai kasa nya. Nanti darah nya bisa merembes keluar. Ayo kita keluar bersama." Jackson juga mengambil gunting yang biasa dipakai para dokter ketika melakukan operasi.

Boboiboy mengangguk. Dia mencium lama kening (Name). Kemudian pria itu menatap seluruh teman-teman nya. "Ayo."

Mereka semua mengangguk. Berdiri melingkari Boboiboy sebagai bentuk perlindungan mereka terhadap (Name) yang baru saja diobati. Van membuka pintu pelan-pelan.

Kosong. Lorong itu kosong. Memanfaatkan waktu yang berharga, mereka mulai keluar bersamaan. Lalu berjalan.

Boboiboy dengan penuh hati-hati berlari kecil sambil sesekali melirik kearah wajah (Name). Memastikan apakah wanita ini akan sadar atau tidak. Hati Boboiboy panas. Dia serasa ingin menangis.

"Lewat sini." Bisik Teo menunjuk lorong sebelah kanan.

Mereka dengan gesit melewati lorong itu tanpa menimbulkan bunyi akibat pantulan alas kaki dengan lantai. Lorong itu sangat gelap, hanya di terangi oleh cahaya bulan yang lewat memantul dari jendela kaca.

"Siapa disana!?" Seorang pria dengan balutan setelan serba hitam juga senapan tampak menodongkan senapan nya kearah mereka.

Hana dengan mental nya yang baja dengan cepat melempar sebuah pisau.

Mantap. Itu tepat sasaran. Pisau itu mengenai perut pria tadi hingga darah mulai bercucuran membasahi setelan serba hitam nya.

Mereka meninggalkan pria yang sedang meringis kesakitan itu.

Mereka terus berlari dengan sedikit berjinjit agar tak menimbulkan suara. Hana, Luna, dan Adele saling berpegangan tangan. Mereka berlari menuju gerbang belakang yang sedikit terbuka, melewati gerbang itu.

"Sana. Ayo kesana." Teo menunjuk jalan raya. Mereka menyetujui arahan Teo dan mulai pergi ke jalanan raya.

"Gedung itu dekat dengan jalan raya. Pasti ada oknum yang sengaja menaruh alat kedap suara di setiap inci tembok nya agar gedung benar-benar senyap dan tak menarik perhatian warga. Dasar bedebah licik." Adele meludah kearah aspal.

Mereka sudah sampai di jalan raya. Boboiboy melirik kearah Jackson, lalu mengode mata nya menatap kearah taxi yang hendak lewat. Mereka lumayan di perhatikan warga karena tampilan mereka yang berantakan, juga ada sedikit noda darah di pakaian mereka. Jackson mengangguk paham. Dia melambaikan tangan nya hingga supir taxi itu cepat tanggap dan berhenti di hadapan mereka.

Asik. Kapan lagi ada taxi pakai mobil Alphard? Ini doang bro.

Supir taxi itu membukakan pintu mobil. Mereka dengan cepat masuk.

"Lho? Tampilan kalian seperti baru saja dikejar perampok. Eh? Gadis ini kenapa? Dia terluka? Astaga! Ayo bawa kerumah sakit!" Supir taxi itu khawatir sendiri melihat (Name) yang masih pingsan di pangkuan Boboiboy.

Boboiboy X Reader (Possesive Husband) Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin